CASE STUDY (TERJEMAHAN) Maskapai Penerbangan Southwest:



CASE STUDY (TERJEMAHAN)
Maskapai Penerbangan Southwest: 
KESUKSESAN AKHIRNYA DIPENTASKAN

Di tahun 1992, maskapai penerbangan mengalami kerugian sebesar 2 milyar dollar, didahului tekanan yang terjadi tahun sebelumnya, yang membawa tiga tahun mereka pada defisit finansial sebesar 8 milyar dollar. Tiga maskapai itu – TWA, Continental, dan America West – dibahas kebangkrutannya Chapter 11 dan yang lainnya berkumpul, segera menyusul mereka. Namun ada satu maskapai penerbangan, yaitu SouthWest, yang mendapat keuntungan seiring dengan pertumbuhannya yang cepat – dengan peningkatan sebesar 25% di tahun 1992. Menarik diperbincangkan karena hal itu disebabkan harga tiket yang lebih terjangkau, operasional yang transparan, dan dijalankan oleh CEO yang flamboyant, Herb Kelleher. Ia memiliki kedudukan, peluang melakukan gebrakan yang strategis, dan betapa ia memerah keutungan dari sana. Lihat Kotak Informasi berikut ini untuk pembahasan mengenai peluan-peluang melakukan strategi gebrakan dan rekan kerja yang mereka inginkan, analisa SWOT.

HERBERT D. KELLEHER.
Herb Kelleher memberi kesan kepada siapapun sebgai orang yang eksentrik. Ia suka bercerita, seringkali menempatkan dirinya sendiri sebagai korban lelucon yang ia buat sendiri. Di ruang kerjanya yang amburadul, ia menempatkan selusin keramik dengan ontanya sebagai sebuah testimony bahwa ia menyukai brand whiskey itu. Herb merokok lima bungkus sehari. Sebagai bukti kejenakaannya, ia melukis salah satu pesawat jenis 737 supaya kelihatan seperti paus pembunuh, selama penerbangan Herb menyuruh para awak penerbangannya mengenakan pakaian layaknya rusa kutub dan para kurcaci, sementara si pilot adalah Sinterklas yang  bernyanyi Christmas Carol melalui loudspeaker dengan hati-hati kerena ia mengguncangkan pesawat.

Ini hanya versi sample, 
untuk versi lengkapnya 
silahkan pesan ke o85 868o 39oo9 (Diana)
ditunggu ordernyaa yaa.... :D




UPAH MINIMUM DAN STANDAR HIDUP MINIMUM TENAGA KERJA INDONESIA

UPAH MINIMUM DAN HIDUP MINIMUM PEKERJA DI INDONESIA

LATAR BELAKANG
Penetapan upah minimum kabupaten/kota (UMK) maupun upah minimum provinsi (UMP) menjadi ritual tahunan. Tidak mengherankan jika terjadi tarik ulur antarpihak yang berkepentingan, baik buruh maupun asosiasi pengusaha. Di satu pihak, para pengusaha berupaya mempertahankan hak penguasaan atas wilayah otoritas bisnis, yaitu kelayakan biaya dan keuntungan produksi. Di pihak lain, para buruh berusaha mendapatkan hak atas kelayakan hidup sebagai manusia, yaitu upah yang secara normatif layak bagi diri dan keluarganya.
Bagi kalangan buruh, kenaikan upah minimum tiap tahun amat dinantikan. Meskipun kenaikan yang diterima jauh dari harapan, setidaknya sedikit meringankan kesulitan hidup buruh di tengah tekanan hidup yang tinggi; sekalipun upah riil yang diterima buruh justru turun dan makin jauh dari standar hidup layak.
Rendahnya upah buruh di Indonesia memang bukan isapan jempol belaka. Penelitian TURC menyebutkan pada 1997 upah minimum buruh mampu membeli 350 kg beras (dengan harga beras Rp700 rupiah per kilogram pada tahun itu), sedangkan upah minimum buruh 2008 hanya mampu untuk membeli beras sebanyak 160 kilogram beras (dengan asumsi harga berasRp 5.000 per kg di tahun 2008). Ini bermakna upah riil buruh berkurang hampir 50 persen.
Penelitian INDOC juga menyatakan upah buruh Indonesia kini sangat rendah, hanya berkisar 5% sampai 6% dari biaya produksi. Data yang diperoleh dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyatakan upah buruh hanya menghabiskan 25 persen dari total komponen pengeluaran perusahaan. Yang 60 persen adalah biaya produksi, 15 persen lain uang siluman yang terus-menerus dilakukan oknum aparat pemerintah (Ihsan Prasodjo: 2006).

PERUMUSAN MASALAH
Apakah penetapan upah minimum telah mencukupi standar kehidupan minimum pekerja?

PEMBAHASAN
Konsepsi Upah Minimun
Pada prinsipnya, sistem penetapan upah minimum dilakukan untuk mengurangi eksploitasi atas buruh. Ini sesungguhnya berisi kewajiban pemerintah memproteksi buruh. Intervensi dan peran pemerintah dalam hubungan industrial adalah bentuk penguatan terhadap posisi tawar yang memang tidak seimbang antara buruh ketika berhadapan dengan pengusaha.

Implikasi Upah Minimum terhadap Pemenuhan Kebutuhan
Faktor dominan yang  menetapkan upah minimum sebagai bahan pertimbangan adalah standar Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) buruh yang sebelumnya telah dilakukan survey serta penelitian di masing – masing daerah. Kebutuhan hidup minimum merupakan sebuah kalkulasi yang menstandarkan pada kebutuhan hidup minimum seseorang maupun telah berkeluarga dengan asumsi dapat dipenuhi oleh setiap orang.
Sesuai Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 81 / 1995 tentang Penetapan Komponen Kebutuhan Hidup Minimum telah distandarkan 4 komponen pokok dalam perhitungan KHM meliputi komponen makanan dan minuman, komponen perumahan dan fasilitasnya, komponen sandang dan komponen aneka kebutuhan untuk kurun waktu satu bulan dengan 3.000 kalori per hari.
Data KHM yang ada di Kabupaten / Kotamadya tetap diperlukan serta tetap menjadi salah satu bahan dalam pembahasan penetapan upah minimum, namun data tersebut sering tidak dapat dipergunakan sebagai patokan baku karena adanya penafsiran antara satu daerah dengan daerah lainnya. Khususnya perbedaan penafsiran materi komponen khususnya yang berstandar kualitas sedang. Di lapangan banyak barang yang justru tidak ada di pasaran atau tidak banyak digunakan oleh pekerja dalam keseharian, demikian halnya terhadap produk – produk tertentu sudah agak sulit ditemukan.

PENUTUP
Oleh karena itu, penetapan upah minimum sebagai produk keputusan kebijaksanaan (policy decision) juga berpengaruh terhadap pelaksanaan di lapangan karena ada pihak yang merasa diuntungkan maupun dirugikan.  Para pekerja yang dapat mempertahankan pekerjaannya di pabrik-pabrik jelas mendapat keuntungan dari peningkatan upah minimum. Pekerja kerah putih jelas merasakan manfaat besar dari penegakan kebijakan upah minimum. Namun, mereka yang kehilangan pekerjaan sebagai akibat meningkatnya upah minimum adalah mereka yang dirugikan oleh kebijakan upah minimum. Mereka ini khususnya terdiri dari para pekerja yang rentan terhadap perubahan kondisi pasar tenaga kerja, seperti pekerja perempuan, muda usia, dan mereka yang berpendidikan rendah.

Analisis Persaingan Industri Menurut Porter



Dalam dunia bisnis sekarang ini tidak ada satu bidang bisnis pun yang tidak mengalami persaingan. Persaingan ini bisa datang dari pesaing dengan produk sejenis atau bahkan produk yang tidak sejenis. Namun dalam sebuah persaingan, kita menemukan salah satu kesalahan konsepsi yang paling populer mengenai persaingan: Gagasan bahwa kesuksesan datang dari “menjadi yang terbaik.” Disini kita akan berusaha mengungkap kesalahan konsepsi ini. 
Sebagian besar orang menganggap persaingan sebagai persaingan langsung antar pesaing. Itu adalah definisi standar yang akan anda temukan jika anda memperhatikannya. Apple menjual iPhone. Research In Motion mengembangkan andalannya, BlackBerry. Kedua pesaing ini terlibat dalam persaingan untuk memenangkan bisnis smartphone. Disaat yang sama, Yamaha bersaing dengan Steinway untuk menjual piano. BMW dan Audi bersaing menjual mobil, sedangkan Hyat dan Westin bersaing menyewakan kamar hotel.
Tapi cara pemikiran mengenai persaingan ini terlalu sempit. Poin nyata persaingan bukanlah untuk menghancurkan pesaing anda. Ini bukanlah tentang memenangkan sebuah penjualan. Poin utamanya adalah untuk memperoleh keuntungan. Bersaing demi keuntungan lebih rumit. Ini adalah perjuangan yang melibatkan para pemain ganda, bukan hanya para pesaingnya, tapi siapapun yang dapat menciptakan nilai dalam sebuah industri. Perusahaan bersaing demi keuntungan dan juga para pesaingnya, tapi mereka juga terlibat dalam persaingan demi keuntungan para konsumen mereka, yang akan selalu merasa lebih senang untuk  membayar lebih murah dan mendapatkan lebih banyak. Mereka bersaing dengan para pesaing yang membuat produk yang dapat digantikan dengan produk mereka sendiri. Dan mereka bersaing dengan para pesaing potensial dan juga para pesaing yang sudah ada, karena bahkan ancaman tempat-tempat peserta baru mengenai seberapa banyak mereka dapat menjejali para konsumen mereka dengan produk yang mampu mereka buat..


Analisis ini masih dalam tahap versi draft
Untuk pemesanan analisis ini atau 
permintaan pembuatan judul lain
Silakan Request Aja ke
Diana o85868o39oo9

Ditunggu Ordernya yaa??

ANALISIS WANITA SEBAGAI PELAKU KORUPSI DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGI HUKUM



ANALISIS WANITA SEBAGAI PELAKU KORUPSI DARI
PERSPEKTIF SOSIOLOGI HUKUM
(Studi Kasus pada Angelina Sondakh sebagai Koruptor Proyek Wisma Atlet)

PENDAHULUAN
Masalah korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat. Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah keuangan negara maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat. Meningkatnya tindak korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Korupsi yang meluas dan sistematis juga merupakan pelanggaran terhadap hak – hak sosial dan hak – hak ekonomi masyarakat.
Pelaku korupsi kelas kakap saat ini sudah tidak menjadi monopoli kaum pria lagi. Dengan adanya emansipasi wanita, maka kedudukan, pangkat, jabatan, dan kekuasaan yang tinggi pun sekarang tidak lagi didominasi oleh kaum pria, melainkan membuka kesempatan bagi kaum hawa untuk memiliki jabatan tersebut. Jabatan yang tinggi memiliki potensi dalam terjadinya kasus korupsi, karena adanya kesempatan untuk menangani proyek – proyek besar yang melibatkan aliran dana yang tidak sedikit. Jika dicermati dengan teliti kasus demi kasus korupsi yang sedang diusut KPK belakangan ini, kita akan menemukan satu benang merah yang menghubungkannya, yakni keterlibatan perempuan sebagai aktor penting dalam jejaring mafia perampok uang rakyat. Sederet nama perempuan terseret dalam kasus korupsi. Setidaknya ada sembilan nama yang bisa disebut di sini. Mulai dari Angelina Sondakh, Miranda Swaray Goeltom, Nunun Nurbaitie, Wa Ode Nurhayati, Yulianis, Mindo Rosalina Manulang, Neneng Sri Wahyuni, Arthalyta Suryani (Ayin) hingga Harini Wiyoso.
Dari sekian nama- nama koruptor wanita tersebut, salah satu yang mendapat perhatian publik adalah Angelina Sondakh. Angelina Sondakh sebelumnya dikenal sebagai public figure karena merupakan Puteri Indonesia 2001 dan berkarier sebagai artis, menyusul pernikahannya dengan aktor terkenal Adjie Massaid, mantan suami penyanyi Reza Artamevia. Angelina Sondakh kemudian melebarkan kariernya untuk terjun ke dunia politik sebagai kader Partai Demokrat pada tahun 2004. Kehadirannya sebagai politisi muda partai yang berkarir cepat, memiliki pengaruh luar biasa, karena ia telah berhasil menarik gerbong fraksi di tubuh partai yang berimplikasi munculnya gesekan di internal partai. Situasi politik, khususnya di internal partai Demokrat dewasa ini tengah mengalami babak genting. Suatu fase dimana dinamika organisasi membutuhkan energi besar untuk menghadapi berbagai implikasi tekanan politik akibat kasus yang disebabkan salah satu kadernya.
Ranah hukum yang membekap kader muda demokrat dengan berbagai skandal hukum tersebut disebut-sebut telah menyeret banyak petinggi partai demokrat yang tengah berkuasa saat ini. Angelina Sondakh menjadi tersangka menerima fee dalam pembahasan anggaran di DPR tentang proyek Wisma Atlet yang berbiaya Rp191 miliar dan proyek pengadaan alat laboratorium di beberapa perguruan tinggi dengan nilai proyek Rp600 miliar. Dengan perkembangan yang ada sekarang ini maka alangkah bijaknya kasus Angelina Sondakh selain dibahas pada sisi hukumnya juga pada politik hukum dan sosiologi hukum.

IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
Bagaimana tinjauan perspektif sosiologi hukum terhadap kasus Angelina Sondakh sebagai salah satu wanita pelaku korupsi?

Tulisan ini hanya versi draft saja..
klo mau versi lengkapnya atau mau minta dibuatkan judul lain,
silahkan contact o85 868o 39oo9 (Diana)
kami tunggu ordernya ya...