Testimoni

Halaman

REVIEW JURNAL - RELIGION IN WORKPLACE


AGAMA DI TEMPAT KERJA : 
KONTROVERSI SALIB PADA BRITISH AIRWAYS
Richard Ivey School of Business-The University of Western Ontario

LATAR BELAKANG
 Pada tanggal 20 September 2006, Nadia Eweida bekerja seperti biasa di terminal check-in Trayek Udara BA (British Airways) di Terminal 5 Airport Heathrow London. Tidak lama setelah itu, anggota staff  memberitahukannya untuk membuang atau menyembunyikan anting-anting perak salib kecil yang menunjukkan keyakinan Kristennya. Saat dia menolak, dia dirumahkan dan dianjurkan untuk tidak perlu bekerja sampai dia bersedia untuk tunduk terhadap seragam perusahaan.
Pada tahun 2004, British Airways memperkenalkan kebijakan seragam baru yang melarang penggunaan simbol yang bukan seragam, termasuk simbol agama, kecuali yang diwajibkan oleh keyakinan/kepercayaan. Para karyawan yang diwajibkan oleh agama untuk memakai atribut tertentu dapat mempergunakannya sebagai pengecualian. Misalnya, karyawan Sikh dapat menggunakannya sebagai pengecualian untuk memakai ikat kepala.

Reaksi Media
Tidak lama setelah dia diskors dari pekerjaan, Eweida menghubungi media berita. Suatu waktu situasinya menjadi sangat menghebohkan, para kelompok agama di kedua pihak Atlantis menyalahkan British Airways karena menjadi anti-Kristen. Uskup Besar Cantebury, Lord George Carey, menjelaskan tindakan BA sebagai kasus diskriminasi agama yang jelas. “Saya yakin ini bukanlah pernyataan berlebihan untuk mengatakan bahwa orang-orang percaya kepada Tuhans edang mengalami kesulitan khusus dalam periode dimana kebebasan dan hak berbeda sedang saling diuji.” Katanya.
Para sekularis terhina dengan respon uskup tersebut. “Gereja Inggris sekarang ditangan awak kapal evangelis pemarah yang ingin seperti sepupunya di Amerika dan Afrika, ingin menghentikan apapun untuk mendapatkan tujuan mereka,” tulis Terry Sanderson Masyarakat Sekuler Nasional. Sanderson, akan tetapi, berada dalam kelompok minoritas. ICM Research LTd., badan survei Kerajaan Inggris yang terkenal, menemukan bahwa 80 persen dari mereka yang telah mendengar tentang kontroversi mengatakan“tindakan-tindakan BA terkutuk.”. tidak lama setelah itu, Neil Robertson, eksekutif BA yang bertanggung jawab terhadap kebijakan seragam, mengumumkan bahwa dia mengundurkan diri dari perusahaan tersebut.
Di tahun 2007, BA akhirnya tunduk pada tekanan publik dan mengumumkan membuang kebijakan seragamnya. Perusahaan juga menawarkan Eweida ganti rugi £8.500 dan mengijinkannya untuk kembali ke pekerjaan lamanya. Akan tetapi, Eweida merasa BA belum cukup menyelesaikannya dan memenuhi gugatan diskriminasi sebanyak £120.000 kerugian dan kehilangan gaji,” tunjangan yang ditolak BA untuk diselesaikan.
Perusahaan mempertahankan bahwa mereka memiliki hak untuk mengimplementasikan kebijakan seragam yang menolak penggunaan simbol-simbol keagamaannya. Menurut BA, fakta bahwa mereka telah menghilangkan kebijakan yang tidak relevan dengan kasus tersebut.

Pengadilan Pekerjaan
Langkah Eweida selanjutnya adalah pengadilan pekerjaan di Kerajaan Inggris, pengadilan pekerjaan adalah badan yang berhubungan dengan pengadilan yang mendengarkan perselisihan karyawan dan pemimpin. Walaupun pengadilan tersebut kurang formal dari pada b pengadilan, mereka memberikan fungsi sama seperti pengadilan.
Darren Sherborne, partner perusahaan hukum Rickerby memperingatkan kebijakan tidak fleksibel BA akan menjadi mahal meskipun BA memenangkan kasus tersebut. Mudah untuk “kehilangan jejak mengenai apa yang penting, dan untuk apa staff bekerja,” dia bilang. Para manajer perlu “berdiri kembali dan mengingatkan diri mereka mengenai alasan berada dalam bisnis dan tujuan berada di dalam bisnis.”



 Nadia Eweida memenangkan gugatannya dgn British Airways


Sekian dulu....
untuk versi lengkapnya
atau mau bikin review jurnal lain
sekalian dicariin jurnalnya
request saya aja
Diana - o85868o39oo9
Ditinggu ordernya....
Thanks