Testimoni

Halaman

REVIEW JURNAL - The Role of Trade and International Economic Policy in Indian Economic Performance



review jurnal
The Role of Trade and International Economic Policy in Indian Economic Performance
(Peran Perdagangan dan Kebijakan Ekonomi Internasional dalam  Performa Ekonomi India)
Anne O. Krueger, Asian Economic Policy Review 2008

Original Text

Abstrak

Kebijakan ekonomi India telah mengalami reformasi utama sejak awal tahun 1990an. Sebelumnya, regulasi pemerintah dan kontrol aktivitas ekonomi bersifat pervasif, dan sektor perdagangan sangat buruk. Satu konsekuensi adalah bahwa impor sangat terbatas dan pengorbanan mereka sendiri merupakan batasan utama dari pertumbuhan. Setelah krisis pada awal tahun 1990an, kebijakan perdagangan secara substansial sangat terliberalisasi. Dalam paper ini, rezim pada awal tahun 1990an pertama – tama dijelaskan secara singkat. Kemudian, reformasi kebijakan ekonomi sebagian besar secara langsung berkaitan dengan sektor perdagangan, dan respon ekspor dan impor terhadap perubahan tersebut digaris bawahi. Ekspor telah mengalami pertumbuhan secara cepat, dari kira – kira 5% dari gross domestic product hingga kira – kira 15% mereka terus bertumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan rata – rata 20%. Performa yang meningkat pad sektor perdagangan telah menjadi kontribusi utama pada akselerasi performa pertumbuhan India secara dramatis. Bagian akhir dari paper ini menilai situasi saat ini, dan sekumpulan tantangan kebijakan publik yang perlu dipertemukan apabila kinerja tersebut dipertahankan, apabila tidak terdapat peningkatan di dalamnya.
 
PENDAHULUAN

Tingkat pertumbuhan India yang terakselerasi akhir – akhir ini menggugah perhatian dunia. Setelah kemerdekaannya dan lebih dari tiga dekade mengalami masa pertumbuhan yang sangat sulit, kira – kira 3-4% setiap tahun, tingkat pertumbuhan meningkat – pertama sebesar 5-6% pada tahun 1980 dan kemduian, setelah keseimbangan krisis pembayaran pada awal tahun 1990an, pertumbuhannya meningkat kira – kira 7% pada akhir tahun 1990an dan memiliki rata – rata hampir 9% setelah beberapa tahun terakhir.
Dengan standar apapun, performa ekonomi India dikatakan meningkat; pendapatan per kapita meningkat lebih cepat daripada tahun sebelumnya seperti tingkat pertumbuhan populasi yang menurun sementara tingkat output meningkat; jumlah absolut dari fraksi orang – orang yang hidup dalam kemiskinan, sementara masih besar, telah menurun secara dramatis. Partisipasi India dalam ekonomi internasional meningkat, dengan hambatan perdagangan yang menurun terhadap transaksi internasional.


KINERJA EKONOMI DAN KEBIJAKAN INDIA HINGGA TAHUN 1990
Walaupun India mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 1947, kekacuan seringkali diasosiasikan dngan pemisahan dan pembentukan pemerintahan baru yang pada awalnya berada pada tahap pusat. Bahkan pada tahun 1950/51, ketika Rencana Lima Tahun Pertama (FFYP) diumumkan secara resmi, hal ini terdiri dari sebagian besar daftar infrastruktur dan proyek pemerintah lainnya. Tidak sampai Perancanaan Lima Tahun Kedua (SFYP),  yang mencakup tahun 1956/57 sampai 19611/62, bahwa dewan menggaris besarkan kebijakan ekonomi India yang mendominasi sampai tahun 1980.
Pada tahun 1950an, diperkirakan bahwa lebih dari 70% populasi tinggal di area pinggiran, dan pertanian dihitung kira – kira 56% dari GDP. Pendapatan per kapitanya berada di antara yang paling rendah di dunia, harapan hidup pada kelahiran diperkirakan kira – kira 32 tahun, dan tingkat melek huruf 18% (27% untuk pria dan 9% untuk wanita). Dengan penilaian menggunakan standar apapun, India termasuk negara yang miskin.
Selama tahun – tahun dimana harga global stabil (dalam istilah dollar AS), 2-3% per tahunnya, inflasi India berkisar 5-10%. Hasilnya lebih tinggi ketika rupee menjadi dinilai terlalu tinggi, bahkan membuat impor lebih menguntungkan bagi yang dapat memiliki lisensi, memberikan insentif yang lebih kecil untuk memproduksi pasar ekspor. Sebagai konsekuensinya, pertumbuhan ekspor relatif lambat, dan sedikit persentasi GDP dari 6.2% dari GDP pada tahun 1950 – 1951 hingga 3.2% dari GDP di tahun 1964 – 1965. Saham India dari pasar dunia menurun, dan terus menurun hingga tahun 1980an.
Purse et al. (2007) memperkirakan bahwa tingkat rata – rata dari proteksi nominal pada manufaktur adalah 120% di tahun 1986, yang meningkat hingga 130% di tahun 1992 sebelum mulai menurun setelah terjadinya reformasi.
Selama tahun prioritas 1990, berbagai macam usaha ad hoc dibuat untuk mendorong pertumbuhan ekspor dan merasionalisasikan rezim perdagangan mereka. Sebagian dari hal tersebut memiliki efek yang paling marginal, seperti bias dalam insentif terhadap subtitusi impor yang tetap besar. Sebagai konsekuensi dari hal tersebut (dan kebijakan lainnya), keseluruhan pertumbuhan ekonomi relatif lambat. Total produktivitas pertumbuhan dalam manufaktur diperkirakan negatif hingga tahun 1980an, dan 0.3% untuk industri secara keseluruhan. 

REFORMASI KEBIJAKAN SETELAH 1991 – 1992
Selama tahun 1980an, terdapat  ketidak seimbangan ekonomi makro yang sangat besar. Defisit fiskal dari pemerintah pusat kira – kira 4-5% dari GDP hingga GDP tahun 1970an, meningkat hingga kira – kira 8.5% dari GDP tahun 1985/86, dan tetap pada tingkat tersebut hingga awal tahun 1990an. Pada tahun 1991, timbul krisis ekonomi makro yang terutama. Walaupun akar dari masalah itu khususnya pada ekonomi makro, faktor yang mempercepat hal tersebut adalah cadangan nilai tukar asing, yang disertai dengan penghentian pinjaman swasta asing dan penurunan tingkat kredit di India.
Pemerintah melakukan reformasi struktural untuk mengatai ketidak seimbangan ekonomi makro, pertama- tama. Bantuan baru dari IMF mendukung paket reformasi, yang termasuk 19% devaluasi rupee (walaupun tingkat inflasi mencapai 14% di tahun 1991), penghapusan subsidi ekspor. Pengawasan impor yang ketat dan kondisi yang buruk pada tahun 1991/1992 menghasilkan panen yang buruk. Bagaimanapun, situasi fiskal yang ketat, dengan defisit yang menurun dari 8.3% dari GDP tahun 1991/92 hingga 5.9% dari GDP tahun 1992/93, pelambatan pertumbuhan GDP, dan devaluasi ruppee semuanya berkontribusi pada penurunan impor, sehingga jumlah defisit saat ini menurun dari 3.2% dari GDP sampai 0.4% dari GDP pada tahun – tahun berikutnya.
Perubahan struktural mulai dilakukan pada tahun 1992. Untuk tujuan menganalisa jumlah dan modal saat ini, sebagian besar penting untuk mempengaruhi perdagangan – tarif, tingkat nilai tukar, dan hambatan non-tarif, dan aliran modal.

PERDAGANGAN INDIA DAN ALIRAN MODAL PADA TAHUN – TAHUN TERAKHIR
Walaupun India masih menjadi anggota pembentuk GATT/WHO, pendirian India secara historis masih mendukung sistem multilateral tetapi memberikan penilaian pada perlakuan khusus untuk negara – negara berkembang dan pembatasan pada liberalisasi manapun. Prakarsa perdagangan kedua akhir – akhir ini difokuskan pada pergerakan Zona Ekonomi Eksklusif (SEZ). Tujuannya untuk memungkinkan eksportir menghindari transaksi birokratis dan pembatasan undang – undang tenaga kerja.
Rezim perdagangan asing masih dirombak secara radikal dari pembatasan pendirian yang sangat tinggi pada awal tahun 1991. Tarif, seperti yang telah diketahui, masih merupakan standar yang tinggi dari pasar lainnya yang muncul, tetapi target resmi membuat hal tersebut lebih rendah pada tingkat ASEAN di masa depan.
Perdagangan dalam hal jasa maupun investasi asing yang masuk ke dalam keduanya merupakan perkembangan utama yang mempercepat pertumbuhan sektor teknologi informasi (TI) di India. Ekspor layanan TI mengalami pertumbuhan kira – kira $800 juta di tahun 1995/96 hingga $17.3 milyar di tahun 2005/2006 dan terus terjadi pertumbuhan yang cepat.

PROSPEK UNTUK INTEGRASI EKONOMI INDIA DI MASA DEPAN
Ada sejumlah alasan untuk mempercayai bahwa tingkat pertumbuhan saat ini sebesar 7-9% tidak dapat dipertahankan untuk jangka menengah tanpa adanya reformasi lebih lanjut. Proteksi pertanian di India sangatlah tinggi, dan ada ketidak efisienan yang dapat diukur yang dihasilkan dari subsidiasi input (khususnya pupuk), kontrol harga, dan intervensi lainnya. Asset terbesar dan keunggulan komperatif yang dimiliki India adalah melimpahnya tenaga kerja tidak terdidik. Tetapi ada dua masalah yang berkaitan dengan hal ini. Di antaranya, ini merupakan bukti bahwa mereka terdapat bukti bahwa mereka merupakan pencegah yang signigfikan terhadap pertumbuhan yang terakselerasi dan penjelasan utama mengapa India gagal mengalami pertumbuhan ekspor yang cepat dari tenaga kerja tidak terdidik.
Masalah yang pertama adalah pendidikan. Pendidikan yang rendah dalam hal kulitas maupun kuantitas merupakan penyumbat utama dari pertumbuhan di masa depan. Pencegah yang kedua adalah pengembangan manufaktur dari tenaga yang tidak terdidik yang merupakan kerangka kerja perkembangan di India.

KESIMPULAN
Mungkin resiko yang paling penting untuk mencapai potensi India adalah keberhasilan yang menghasilkan eforia dan kepercayaan bahwa tugas reformasi telah usai. 
 

Review Jurnal ini masih dalam tahap draft

Untuk versi lengkap, atau order judul lain

silahkan hub O85868O3OO9 (Diana)

Ditinggu Ordernya yaa...