MAKALAH - PERANANAN INDIVIDU DALAM PERUBAHAN ORGANISASI



Salah satu upaya pemerintah dalam rangka memajukan pembangunan di daerah adalah dengan membentuk suatu badan yang bertugas khusus dalam perencanaan pembangunan yaitu melalui keputusan Presiden No.27 tahun 1980,
tentang pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang disingkat BAPPEDA pada daerah tingkat I dan daerah tingkat II di seluruh tanah air. Penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai pemerintahan integral dari sistem pemerintahan dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, secara historis telah mengalami berbagai perubahan pada tatanan manajemen penyelenggaraan pemerintahan daerah yang ditandai dengan adanya penyempurnaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang diteruskan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Hal ini tentunya menuntut sebuah konsekuensi yang mendorong terjadinya perubahan dalam proses implementasi dengan prinsip otonomi seluas-luasnya di daerah. Perubahan tersebut, selain tuntutan reformasi yang mengharuskan pemerintahan lebih responsif, transparan, akuntabel, juga dipengaruhi oleh berbagai fenomena dan desakan kebutuhan seiring dengan perkembangan dinamika organisasi publik dalam upaya mengakomodasikan berbagai kebutuhan masyarakat serta upaya mengoptimalkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Melaksanakan pembangunan bukanlah suatu pekerjanan yang cukup mudah, namun sebaliknya adalah salah satu pekerjaan yang sangat berat dan sulit. Oleh sebab itu dibutuhkan tenaga dan pikiran yang benar-benar mampu dan sesuai dengan tugas dan wewenang yang menjadi tanggung jawab nya, untuk itu dibutuhkan Orang-Orang yang mempunyai dedikasi, kejujuran dan tanggung jawab akan pelaksanaan tugas dan wewenang yang di emban oleh setiap penyelenggara pemerintahan di daerah maupun dipusat.
Peran Individu dalam suatu organisasi sangat penting, karena faktor sumber daya manusia adalah salah satu elemen yang sangat berpengaruh untuk pertumbuhan suatu organisasi. Ada dua konsep yang mendasari mengapa faktor individu perlu dipelajari dan dipahami dalam fungsi perubahan suatu organisasi, yaitu faktor kontribusi dan kompensasi. Faktor kontribusi menitikberatkan pada sebuah pernyataan apa yang diberikan oleh individu untuk sebuah organisasi, kontribusi apa saja yang diberikan untuk menunjang pencapaian tujuan agar berada dititik keberhasilan, seberapa besar peran individu dalam memberikan kontribusinya baik kontrubusi tenaga maupun akal fikiran.
 Kemudian faktor yang lain adalah faktor kompensasi, faktor kompensasi mengacu pada pernyataan berbalik dari faktor kontribusi, yaitu pernyataan apa yang telah diberikan sebuah organisasi untuk seorang individu. Hal ini biasanya menyangkut reward yang telah diberikan oleh suatu perusahaan atau organisasi atas jerih payah dan keberhasilan yang telah dicapai oleh seorang individu.
Kompensasi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan juga sangat mempengaruhi kinerja dari seorang karyawan, jika antara kontribusi dan kompensasi berjalan secara balance hal ini akan lebih mendekatkan pada pencapaian sebuah tujuan dari organisasi itu sendiri.
Kepribadian atau personality pada dasarnya merupakan karakteristik psikologi dan perilaku dari individu yang sifatnya permanen yang membedakan antara satu individu dengan individu yang lain. Sedangkan perilaku merupakan bentuk perwujudan dari tingkah laku seorang individu yang kepribadiannya sudah terbentuk sejak awal.
Mengutip apa yang dikemukan oleh “Griffin (2010) jenis perilaku yang dialami  oleh seorang individu terdapat 5 dimensi, yaitu aggreableness, conscistiousness, extravertion, openess dan negative emotion. Dimensi aggreableness adalah dimensi yang melihat  tingkat kemampuan individu dalam berinteraksi dan bekerja  dengan orang lain. Seperti yang sudah saya paparkan diatas sebagai pegawai pada Bappeda saya harus mampu berinteraksi dengan konsumen, mengerti apa yang dibutuhkan konsumen dan menampung solusi apa yang dikeluhkan oleh konsumen, disamping berinterkasi dengan publik juga harus berinteraksi dan bekerja dengan orang lain dalam institusi Bappeda, saya harus bisa menjadi mediasi antara konsumen dengan perusahaan, harus bisa menyampaikan dengan tepat apa yang menjadi kritik dan saran oleh publik kepada institusi, hubungan saya dengan individu yang lain sesama pegawai ataupun dengan atasan dalam perusahaan juga sangat penting untuk dijalin dengan baik.
Peran saya sebagai individu yang conscistiousness (Kesadaran dan keseriusan) juga harus tetap terjaga konsistensinya, secara pribadi saya di sebuah Bappeda sebagai pegawai yang tak pernah merasa letih dalam berusaha dan serius untuk mencapai diatas target penjualan tentu mencerminkan peran  mengimplementasikan rencana pencapaian tujuan dari sebuah organisasi.
Peran individu dalam perubahan organisasi  juga dipengaruhi oleh dimensi faktor kepribadian negative emotion yakni tingkat emosi yang negative yang merujuk kepada ketidakstabilan emosi yang dimiliki oleh individu dalam pekerjaan. Dampak kepribadian ini bisa saja berefek positif dan juga berefek negatif. Misalnya sebagai contoh dalam sebuah perusahaan atau organisasi seorang individu kalah pamor perannya oleh individu yang lain, padahal mereka satu teamwork, akan tetapi hasil yang dicapai berbeda,secara emosional  jiwa hal ini dapat berdampak negatif karena bisa menimbulkan persaingan yang sangit akibat karirnya tak melejit sepadan dengan teman sejawatnya, kejadian ini dapat memicu permusuhan atau ketidakharmonisan antara keduanya, namun perkara demikian juga bisa bedampak positif yakni dapat memotivasi individu yang lain untuk meningkatkan produktivitasnya, menumbuhkan semangat kinerja yang lebih tinggi untuk menciptakan inovasi dan kreasi bagi pertumbuhan organisasi perusahaannya.
Peran individu yang lain adalah kepribadian openness, yakni keterbukaan antara satu individu yang satu dengan yang lain, sebagai contoh dalam tugas saya sebagai pegawai Bappeda saya mendapatkan reword atas hasil jarih payah saya yang otomatis menjadikan pendapatan saya lebih besar daripada rekan saya, tentu saya dan perusahaan harus secara terbuka memaparkan hasil dari apa yang dicapai, agar tidak terjadi persilisahan antar individu dalam suatu organisasi perusahaan.
Saran yang bisa diberikan dalam deskripsi ini adalah tetaplah berperan aktif dalam suatu organisasi atau perusahaan, karena peran individu dalam sebuah organisasi adalah sumber yang menentukan kemajuan dan kemunduran dari suatu organisasi, individu sebagai elemen terpenting harus bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Kesuksesan tidak dapat dicapai dengan mudah, terlebih kesuksesan organisasi yang lingkupannya terdiri dari banyak individu dengan kepribadian yang berbeda-beda, tentu akan banyak hambatan dan rintangan ataupun kesalahpahaman. Hubungan antara leader dengan bawahan harus terjalin dengan baik, komunikasi antara individu dalam organisasi harus terjaga, motivasi untuk bisa selalu meningkatkan produktivitas dan kreativitas harus selalu meningkat, kontribusi dan kompensasi harus selaras. Jadilah organisasi perusahaan yang bersemboyan “quality time, quality product and  quality human”.
Untuk meningkatkan kwaliatas inplementasi pembangunan daerah, perlu juga di sokong dengan sumber daya manusia (SDM) nya, yakni pegawai- pegawai yang ada pada jajaran bappeda itu sendiri seputar tugas pokok dan fungsinya, hal ini bersentuhan dengan hasil yang akan dicapai, sebab SDM sangat lah berpengaruh , mengingat tanpa SDM maka suatu perencanaan dan pembangunan takkan berjalan dengan sendirinya.


Makalah / Paper ini masih dalam tahap draft

Untuk versi lengkap, atau order judul lain

silahkan hub O85868O3OO9 (Diana)

Ditinggu Ordernya yaa...



REVIEW JURNAL - The Role of Trade and International Economic Policy in Indian Economic Performance



review jurnal
The Role of Trade and International Economic Policy in Indian Economic Performance
(Peran Perdagangan dan Kebijakan Ekonomi Internasional dalam  Performa Ekonomi India)
Anne O. Krueger, Asian Economic Policy Review 2008

Original Text

Abstrak

Kebijakan ekonomi India telah mengalami reformasi utama sejak awal tahun 1990an. Sebelumnya, regulasi pemerintah dan kontrol aktivitas ekonomi bersifat pervasif, dan sektor perdagangan sangat buruk. Satu konsekuensi adalah bahwa impor sangat terbatas dan pengorbanan mereka sendiri merupakan batasan utama dari pertumbuhan. Setelah krisis pada awal tahun 1990an, kebijakan perdagangan secara substansial sangat terliberalisasi. Dalam paper ini, rezim pada awal tahun 1990an pertama – tama dijelaskan secara singkat. Kemudian, reformasi kebijakan ekonomi sebagian besar secara langsung berkaitan dengan sektor perdagangan, dan respon ekspor dan impor terhadap perubahan tersebut digaris bawahi. Ekspor telah mengalami pertumbuhan secara cepat, dari kira – kira 5% dari gross domestic product hingga kira – kira 15% mereka terus bertumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan rata – rata 20%. Performa yang meningkat pad sektor perdagangan telah menjadi kontribusi utama pada akselerasi performa pertumbuhan India secara dramatis. Bagian akhir dari paper ini menilai situasi saat ini, dan sekumpulan tantangan kebijakan publik yang perlu dipertemukan apabila kinerja tersebut dipertahankan, apabila tidak terdapat peningkatan di dalamnya.
 
PENDAHULUAN

Tingkat pertumbuhan India yang terakselerasi akhir – akhir ini menggugah perhatian dunia. Setelah kemerdekaannya dan lebih dari tiga dekade mengalami masa pertumbuhan yang sangat sulit, kira – kira 3-4% setiap tahun, tingkat pertumbuhan meningkat – pertama sebesar 5-6% pada tahun 1980 dan kemduian, setelah keseimbangan krisis pembayaran pada awal tahun 1990an, pertumbuhannya meningkat kira – kira 7% pada akhir tahun 1990an dan memiliki rata – rata hampir 9% setelah beberapa tahun terakhir.
Dengan standar apapun, performa ekonomi India dikatakan meningkat; pendapatan per kapita meningkat lebih cepat daripada tahun sebelumnya seperti tingkat pertumbuhan populasi yang menurun sementara tingkat output meningkat; jumlah absolut dari fraksi orang – orang yang hidup dalam kemiskinan, sementara masih besar, telah menurun secara dramatis. Partisipasi India dalam ekonomi internasional meningkat, dengan hambatan perdagangan yang menurun terhadap transaksi internasional.


KINERJA EKONOMI DAN KEBIJAKAN INDIA HINGGA TAHUN 1990
Walaupun India mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 1947, kekacuan seringkali diasosiasikan dngan pemisahan dan pembentukan pemerintahan baru yang pada awalnya berada pada tahap pusat. Bahkan pada tahun 1950/51, ketika Rencana Lima Tahun Pertama (FFYP) diumumkan secara resmi, hal ini terdiri dari sebagian besar daftar infrastruktur dan proyek pemerintah lainnya. Tidak sampai Perancanaan Lima Tahun Kedua (SFYP),  yang mencakup tahun 1956/57 sampai 19611/62, bahwa dewan menggaris besarkan kebijakan ekonomi India yang mendominasi sampai tahun 1980.
Pada tahun 1950an, diperkirakan bahwa lebih dari 70% populasi tinggal di area pinggiran, dan pertanian dihitung kira – kira 56% dari GDP. Pendapatan per kapitanya berada di antara yang paling rendah di dunia, harapan hidup pada kelahiran diperkirakan kira – kira 32 tahun, dan tingkat melek huruf 18% (27% untuk pria dan 9% untuk wanita). Dengan penilaian menggunakan standar apapun, India termasuk negara yang miskin.
Selama tahun – tahun dimana harga global stabil (dalam istilah dollar AS), 2-3% per tahunnya, inflasi India berkisar 5-10%. Hasilnya lebih tinggi ketika rupee menjadi dinilai terlalu tinggi, bahkan membuat impor lebih menguntungkan bagi yang dapat memiliki lisensi, memberikan insentif yang lebih kecil untuk memproduksi pasar ekspor. Sebagai konsekuensinya, pertumbuhan ekspor relatif lambat, dan sedikit persentasi GDP dari 6.2% dari GDP pada tahun 1950 – 1951 hingga 3.2% dari GDP di tahun 1964 – 1965. Saham India dari pasar dunia menurun, dan terus menurun hingga tahun 1980an.
Purse et al. (2007) memperkirakan bahwa tingkat rata – rata dari proteksi nominal pada manufaktur adalah 120% di tahun 1986, yang meningkat hingga 130% di tahun 1992 sebelum mulai menurun setelah terjadinya reformasi.
Selama tahun prioritas 1990, berbagai macam usaha ad hoc dibuat untuk mendorong pertumbuhan ekspor dan merasionalisasikan rezim perdagangan mereka. Sebagian dari hal tersebut memiliki efek yang paling marginal, seperti bias dalam insentif terhadap subtitusi impor yang tetap besar. Sebagai konsekuensi dari hal tersebut (dan kebijakan lainnya), keseluruhan pertumbuhan ekonomi relatif lambat. Total produktivitas pertumbuhan dalam manufaktur diperkirakan negatif hingga tahun 1980an, dan 0.3% untuk industri secara keseluruhan. 

REFORMASI KEBIJAKAN SETELAH 1991 – 1992
Selama tahun 1980an, terdapat  ketidak seimbangan ekonomi makro yang sangat besar. Defisit fiskal dari pemerintah pusat kira – kira 4-5% dari GDP hingga GDP tahun 1970an, meningkat hingga kira – kira 8.5% dari GDP tahun 1985/86, dan tetap pada tingkat tersebut hingga awal tahun 1990an. Pada tahun 1991, timbul krisis ekonomi makro yang terutama. Walaupun akar dari masalah itu khususnya pada ekonomi makro, faktor yang mempercepat hal tersebut adalah cadangan nilai tukar asing, yang disertai dengan penghentian pinjaman swasta asing dan penurunan tingkat kredit di India.
Pemerintah melakukan reformasi struktural untuk mengatai ketidak seimbangan ekonomi makro, pertama- tama. Bantuan baru dari IMF mendukung paket reformasi, yang termasuk 19% devaluasi rupee (walaupun tingkat inflasi mencapai 14% di tahun 1991), penghapusan subsidi ekspor. Pengawasan impor yang ketat dan kondisi yang buruk pada tahun 1991/1992 menghasilkan panen yang buruk. Bagaimanapun, situasi fiskal yang ketat, dengan defisit yang menurun dari 8.3% dari GDP tahun 1991/92 hingga 5.9% dari GDP tahun 1992/93, pelambatan pertumbuhan GDP, dan devaluasi ruppee semuanya berkontribusi pada penurunan impor, sehingga jumlah defisit saat ini menurun dari 3.2% dari GDP sampai 0.4% dari GDP pada tahun – tahun berikutnya.
Perubahan struktural mulai dilakukan pada tahun 1992. Untuk tujuan menganalisa jumlah dan modal saat ini, sebagian besar penting untuk mempengaruhi perdagangan – tarif, tingkat nilai tukar, dan hambatan non-tarif, dan aliran modal.

PERDAGANGAN INDIA DAN ALIRAN MODAL PADA TAHUN – TAHUN TERAKHIR
Walaupun India masih menjadi anggota pembentuk GATT/WHO, pendirian India secara historis masih mendukung sistem multilateral tetapi memberikan penilaian pada perlakuan khusus untuk negara – negara berkembang dan pembatasan pada liberalisasi manapun. Prakarsa perdagangan kedua akhir – akhir ini difokuskan pada pergerakan Zona Ekonomi Eksklusif (SEZ). Tujuannya untuk memungkinkan eksportir menghindari transaksi birokratis dan pembatasan undang – undang tenaga kerja.
Rezim perdagangan asing masih dirombak secara radikal dari pembatasan pendirian yang sangat tinggi pada awal tahun 1991. Tarif, seperti yang telah diketahui, masih merupakan standar yang tinggi dari pasar lainnya yang muncul, tetapi target resmi membuat hal tersebut lebih rendah pada tingkat ASEAN di masa depan.
Perdagangan dalam hal jasa maupun investasi asing yang masuk ke dalam keduanya merupakan perkembangan utama yang mempercepat pertumbuhan sektor teknologi informasi (TI) di India. Ekspor layanan TI mengalami pertumbuhan kira – kira $800 juta di tahun 1995/96 hingga $17.3 milyar di tahun 2005/2006 dan terus terjadi pertumbuhan yang cepat.

PROSPEK UNTUK INTEGRASI EKONOMI INDIA DI MASA DEPAN
Ada sejumlah alasan untuk mempercayai bahwa tingkat pertumbuhan saat ini sebesar 7-9% tidak dapat dipertahankan untuk jangka menengah tanpa adanya reformasi lebih lanjut. Proteksi pertanian di India sangatlah tinggi, dan ada ketidak efisienan yang dapat diukur yang dihasilkan dari subsidiasi input (khususnya pupuk), kontrol harga, dan intervensi lainnya. Asset terbesar dan keunggulan komperatif yang dimiliki India adalah melimpahnya tenaga kerja tidak terdidik. Tetapi ada dua masalah yang berkaitan dengan hal ini. Di antaranya, ini merupakan bukti bahwa mereka terdapat bukti bahwa mereka merupakan pencegah yang signigfikan terhadap pertumbuhan yang terakselerasi dan penjelasan utama mengapa India gagal mengalami pertumbuhan ekspor yang cepat dari tenaga kerja tidak terdidik.
Masalah yang pertama adalah pendidikan. Pendidikan yang rendah dalam hal kulitas maupun kuantitas merupakan penyumbat utama dari pertumbuhan di masa depan. Pencegah yang kedua adalah pengembangan manufaktur dari tenaga yang tidak terdidik yang merupakan kerangka kerja perkembangan di India.

KESIMPULAN
Mungkin resiko yang paling penting untuk mencapai potensi India adalah keberhasilan yang menghasilkan eforia dan kepercayaan bahwa tugas reformasi telah usai. 
 

Review Jurnal ini masih dalam tahap draft

Untuk versi lengkap, atau order judul lain

silahkan hub O85868O3OO9 (Diana)

Ditinggu Ordernya yaa...