Tampilkan postingan dengan label strategi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label strategi. Tampilkan semua postingan

Strategi Pencapaian Visi Organisasi PT Kalbe Farma Tbk Melalui Inovasi Produk

 

Strategi Pencapaian Visi Organisasi PT Kalbe Farma Tbk Melalui Inovasi Produk


 A.   
Pendahuluan

Industri farmasi memiliki peran penting untuk memberikan menjamin dan memperbaiki kesehatan masyarakat, menghasilkan obat untuk mengatasi penyakit, menekan timbulnya risiko kesehatan dan menjamin pelayanan kesehatan yang berkesinambungan untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Dengan demikian, perusahaan farmasi melakukan upaya untuk dapat menghasilkan produk obat yang dapat memenuhi standar kualitas yang telah disyaratkan (Sartika, 2014). Industri farmasi, yang merupakan industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat yang dapat memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety), dan mutu (quality) untuk pengobatan. Dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong industri farmasi untuk dapat meningkatkan kualitas produk, di mana perusahaan farmasi membutuhkan adanya inovasi, promosi, organisasi, dan pengaturan produk yang ketat baik untuk dapat bersaing dengan perusahaan farmasi lain dan dapat diterima oleh masyarakat luas, baik dalam cakupan nasional maupun internasional (Stella, 2012).


B.     Pembahasan

1.      Strategic theme dalam perusahaan farmasi

Strategic theme merupakan strategi bisnis utama yang menjadi dasar model bisnis organisasi. Setelah menyetujui dan memahami visi organisasi (gambaran tentang masa depan atau keadaan masa depan yang diinginkan), maka secara sistematis menguraikan visi tersebut menjadi beberapa strategic theme. Strategic theme terkadang disebut sebagai pilar keunggulan (pillars of excellence), dan strategic theme memiliki cakupan yang sangat luas. Strategic theme berlaku untuk setiap bagian organisasi dan menentukan apa yang menjadi dorongan strategis utama organisasi untuk mencapai visi atau tujuan organisasi. Strategic theme mempengaruhi keuangan, pelanggan, proses internal, dan kapasitas organisasi. Strategic theme adalah area di mana organisasi harus unggul untuk mencapai visi organisasi (Perry, 2019).

Dalam bidang farmasi, penemuan dan pengembangan obat-obatan penyelamat hidup telah menjadi fokus dalam meningkatkan kesehatan di seluruh dunia. Inovasi obat berkelanjutan telah menjadi prioritas utama bagi para eksekutif farmasi. Terlepas dari sejarah panjang inovasi dan pertumbuhan di tahun 1950-an hingga 1990-an, industri farmasi telah mengalami pertumbuhan yang stagnan dan laju inovasi yang melambat sejak tahun 2000-an. Antara tahun 2000 dan 2014, industri farmasi bermerek kehilangan sebagian besar pelanggannya ke obat generik karena krisis inovasi, berakhirnya paten, meningkatnya biaya penelitian dan pengembangan, dan obat-obatan yang ditargetkan secara sempit yang sekarang diproduksi (Cabela, 2018).


2.      PT Kalbe Farma dalam strategi mencapai visi organisasi melalui inovasi produk

PT Kalbe Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara dengan produk yang telah tersebar luas baik di dalam negeri maupun luar negeri. Untuk dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan konsumen akan obat dan untuk bertahan dalam persaingan pasar dalam memenuhi kebutuhan konsumen, PT Kalbe Farma melakukan sejumlah upaya yang bertujuan untuk dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar. Hal ini dilakukan dengan cara menciptakan atau menerapkan sistem-sistem manajemen yang dapat menghasilkan produk yang berkualitas (Stella, 2012). Visi PT Kalbe Farma adalah “menjadi perusahaan produk kesehatan Indonesia terbaik dengan skala internasional yang didukung oleh inovasi, merek yang kuat, dan manajemen yang prima.” Sedangkan misi perusahaan adalah “meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik.” Untuk dapat mencapai visi perusahaan, PT Kalbe Farma telah merumuskan sejumlah nilai perusahaan dan salah satunya adalah inovasi yang menjadi kunci keberhasilan perusahaan yang dijabarkan dengan “berawal dari kesederhanaan disertai dengan semangat untuk terus berinovasi, kami bertumbuh untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat” (PT Kalbe Farma Tbk, 2020)

STRATEGI PT BANK CENTRAL ASIA DALAM FINTECH DAN E-MONEY



STRATEGI PT BANK CENTRAL ASIA DALAM FINTECH DAN E-MONEY

Studi kasus ini akan membahas tentang PT Bank Central Asia Tbk yang merupakan salah satu bank swasta terbesar di Indonesia. Dalam studi kasus ini, penulis akan membahas tentang bagaimana perusahaan ini dapat menjadi bank nomor tiga dengan aset terbesar di Indonesia, dan nomor satu untuk kategori bank swasta. Strategi yang diterapkan oleh BCA juga akan dibahas, termasuk analisis apakah strategi tersebut dapat membantu perusahaan untuk dapat terus bertahan dan menjadi yang terdepan mengingat perkembangan teknologi dan informasi juga mempengaruhi perkembangan ekonomi dunia dan nasional yang sangat berpengaruh pada sektor perbankan.
Studi kasus ini akan terbagi ke dalam dua bagian, yang pertama yaitu mini case study yang akan membahas tentang gambaran perusahaan secara keseluruhan serta studi kasus yang diambil. Bagian kedua adalah briefing note yang isinya adalah pembahasan terkait analisa kritis pada strategi yang perusahaan tersebut gunakan. Kedua analisis ini nantinya dapat digunakan untuk menilai posisi BCA sebagai perusahaan perbankan swasta terbesar di Indonesia.

SECTION I : MINI CASE STUDY

A.    Industri Perbankan di Indonesia
Industri perbankan di Indonesia mengalami pertumbuhan yang lebih baik sejak tahun 2016, dimana sebelumnya lembaga perbankan menghadapi masa yang penuh tantangan karena adanya penurunan dalam sektor ekonomi makro yang mempengaruhi rendahnya harga-harga komoditas serta minyak dan gas.[1]
Perkembangan perekonomian yang baik di Indonesia dinilai sebagai pasar yang paling menarik untuk perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di wilayah Asia Tenggara. Hal ini didukung oleh sistem perbankan di Indonesia yang dinilai positif dan stabil karena adanya kemajuan dalam lingkungan operasional negara. Dan salah satu pemimpin bank pemerintah di Indonesia mengatakan bahwa jika semua bank mengalami pretumbuhan yang pesat, maka dalam lima tahun ke depan kondisi pasar perbankan di Indonesia akan sangat menjanjikan.[2]
The current Indonesia’s banking industry menunjukkan bahwa industri perbankan Indonesia menjadi salah satu yang menguntungkan di Asia Tenggara, dan dikatakan bahwa Indonesia harus memasang target akan masuknya 50-50 bank ke Indonesia dalam jangka panjang. Terkait perkembangan di bidang ekonomi, Presiden Joko Widodo menarketkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen yang sebagian besar didominasi oleh pertumbuhan di bidang teknologi keuangan. Dilaporkan juga bahwa terkait digitalisasi Indonesia, perusahaan financial technology (fintech) dapat menyumbang 10 persen GDP to the economy in Indonesia in 2025. [3]
Terkait perkembangan fintech, dikatakan bahwa lembaga perbankan besar di Indonesia dapat memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada dan mengubah cara pandang terkait hubungan dengan konsumen, manajemen risiko, serta tujuan. Fintech disini tidak akan mengancam keberadaan dan pertumbuhan lembaga perbankan di Indonesia, akan tetapi mereka dapat berinvestasi serta berkolaborasi dengan perusahaan tersebut. Bahkan dalam perbembangan perbankan saat ini, beberapa lembaga perbankan telah mengembangkan produk fintech milik mereka sendiri.[4]

B.     PT Bank Central Asia
PT Bank Central Asia merupakan salah satu bank swasta terbesar di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1957. Saat ini BCA telah menjadi bank dengan aset terbesar nomor tiga di Indonesia, dan merupakan bank dengan aset terbesar nomor satu di sektor swasta. BCA diketahui berhasil menstabilkan manajemen keuangannya sejak terjadinya krisi ekonomi Asia pada akhir tahun 1990an, yang mengakibatkan kebangkrutan pada sistem perbankan nasional.[5]
BCA sendiri memiliki prioritas di bidang kenyamanan, keamanan dan kehandalan selama memberikan pelayanan finansial untuk seluruh nasabah. Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan utama yaitu untuk menjadi pemimpin di industri perbankan nasional yang berkontribusi besar untuk pereokonomian Indonesia. Selain itu, diketahui visi dan misi yang dijunjung oleh perusahaan yaitu[6]:
Visi
Menjadi bank pilihan utama andalan masyarakat, yang berperan sebagai pilar penting perekonomian Indonesia.
Misi
·         Membangun institusi yang unggul di bidang penyelesaian pembayaran dan solusi keuangan bagi nasabah bisnis dan perseorangan.
·         Memahami beragam kebutuhan nasabah dan memberikan layanan finansial yang tepat demi tercapainya kepuasan optimal bagi nasabah.
·         Meningkatkan nilai francais dan nilai stakeholder BCA.
C.    Corporate Strategy
Sebagai salah satu perusahaan di bidang perbankan, PT Bank Central Asia tentu saja memiliki strategi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dan untuk dapat menjadi perusahaan perbankan terbaik.
1.      Bekerjasama dengan perusahaan fintech
Seiring dengan perkembangan teknologi ekonomi, perusahaan financial technology (fintech) pun semakin berkembang dengan jumlah yang semakin meningkat. Tuntutan kepraktisan, efektifitas, efisiensi, dan kecepatan mendorong masyarakat untuk memanfaatkan fitur-fitur pembayaran non tunai yang disediakan oleh perushaan fintech.
2.      Bermitra dengan merchant dan perusahaan transportasi
Sebelum melakukan program kerjasama dengan perusahaan fintech, sebelumnya BCA sudah mengeluarkan produk e-money berbasis chip (offline) yang berupa kartu dan berbasis server (online). E-money sendiri dibuat dengan tujuan untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penggunaan uang tunai, dan merupakan instrumen pembayaran yang semakin banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Data statistik Bank Indonesia menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah uang elektronik yang beredar di Indonesia serta jumlah transaksi menggunakan e-money yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia.[7]
3.      Menaikkan limitasi e-money
Pada pertengahan tahun 2018, BCA menaikkan limit e-money dalam kartu Flazz dari IDR 1 juta menjadi IDR 2 juta. Menaikkan limit dalam kartu Flazz ini dikarenakan adanya peningkatan pada jumlah transaksi dan nominal uang yang digunakan untuk transaksi. Menaikkan jumlah limitasi ini diharapkan akan lebih memudahkan pengguna dalam melakukan proses transaksi non tunai dengan menggunakan kartu BCA Flazz. Akan tetapi masih belum banyak nasabah yang menaikkan limitasi kartu Flazz ini.[8]

D.    Problem
Terkait dengan perkembangan financial technology (fintech) yang menyediakan kepraktisan, efektifitas, efisiensi, dan kecepatan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada, ada yang melihat ini merupakan bentuk ancaman untuk industri perbankan, tapi ada juga yang menganggap bahwa ini merupakan peluang untuk industri perbankan.
Pertumbuhan fintech di Indonesia sendiri berjalan dengan sangat pesat, dan Otoritas Jaksa Keuangan (OJK) melihat bahwa fintech telah mengambil sebagian besar pangsa pasar industri perbankan. Hal inilah yang dianggap sebagai ancaman untuk industri perbankan. Disaat yang sama OJK mengatakan bahwa fintech harus bisa dianggap sebagai peluang bagi bank. Kemunculan fintech akan mendorong perbangkan untuk melakukan digitalisasi dan otomatisasi dan langkah ini dapat memangkas biaya perbankan hingga 30 persen. Maka dari itu, OJK mendorong lembaga perbankan untuk dapat bekerja sama dengan industri fintech.[9]
SECTION II : BRIEFING NOTE

Analisis strategi yang diterapakan oleh BCA di atas akan dilakukan berdasarkan pada variabel pada conceptual model for bank marketing milik Snehal J. Bhatt dan Krishna Gor, yang mencakup empat variabel yaitu awareness, acceptability, availability, serta affordability.[10]
CONCLUSION
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi yang diterapkan oleh BCA terbukti dapat meningkatkan jumlah nasabah pengguna e-money. Faktor harga dan ketersediaan, serta kerjasama dengan merchant dan perusahaan transportasi membantu meningkatkan jumlah pengguna e-money. Terutama kartu e-money yang digunakan untuk menggunakan alat transportasi umum serta mengakses jalan Tol. Untuk memaksimalkan semua strategi yang telah diterapkan, akan lebih baik jika BCA memaksimalkan iklan untuk meningkatkan awareness masyarakat kan produk dan informasi terkait e-money dan fintech. Dengan memaksimalkan empat variabel dari Bhatt dan Gor, diharapkan BCA dapat meningkatkan jumlah nasabah pengguna e-money dan membantu BCA dalam mewujudkan tujuannya yaitu menjadi bank pilihan utama andalan masyarakat, yang berperan sebagai pilar penting perekonomian Indonesia.

BIBLIOGRAPHY


Ernst & Young Global Limited. (2017, March). The Indonesian banking industry: unfolding the opportunity. Retrieved August 18, 2018, from https://www.ey.com/Publication/vwLUAssets/EY-the-indonesian-banking-industry-unfolding-the-opportunity/$FILE/EY-the-indonesian-banking-industry-unfolding-the-opportunity.pdf
BCA. (2016, June 13). Uji Coba Penggunaan Uang Elektronik Flazz Di Gerbang Tol Palimanan. Retrieved August 18, 2018, from BCA: https://www.bca.co.id/id/Tentang-BCA/Korporasi/Siaran-Pers/2016/06/14/07/02/uji-coba-penggunaan-uang-elektronik-flazz-di-gerbang-tol-palimanan
BCA. (2018, April 23). PT Bank Central Asia Tbk First Quarter 2018 Results - Maintaining a Solid Performance. Retrieved August 18, 2018, from BCA: https://www.bca.co.id/en/Tentang-BCA/Korporasi/Siaran-Pers/2018/04/24/02/13/pt-bank-central-asia-tbk-hasil-kinerja-kuartal-i-2018-mempertahankan-soliditas-kinerja
BCA. (n.d.). Flazz. Retrieved August 18, 2018, from BCA: https://www.bca.co.id/id/individu/produk/e-banking/flazz
BCA. (n.d.). Sakuku. Retrieved August 18, 2018, from BCA: https://www.bca.co.id/id/individu/produk/e-banking/sakuku
BCA. (n.d.). Vision and Mision. Retrieved August 18, 2018, from BCA: https://www.bca.co.id/en/Tentang-BCA/Korporasi/Cari-Tahu-Tentang-BCA/Visi-dan-Misi
Bhatt, S. J., & Gor, K. (2012). Recent Trends in Marketing Strategy in Banking Sector. Innovation in Banking and Finance Volume-1, March 2012, 45-48.
Indonesia Investments. (n.d.). Bank Central Asia. Retrieved August 18, 2018, from Indonesia Investments: https://www.indonesia-investments.com/business/indonesian-companies/bank-central-asia/item193?
Lim, B. (2017, August 25). Indonesia's banking industry is attracting many investors — but there are major risks. Retrieved August 18, 2018, from CNBC: https://www.cnbc.com/2017/08/25/indonesias-banking-industry-is-attracting-many-investors--but-there-are-major-risks.html
Nisaputra, R. (2017, June 17). Fintech Jadi Ancaman Sekaligus Peluang Bagi Bank. Retrieved August 18, 2018, from infobanknews.com: http://infobanknews.com/fintech-jadi-ancaman-sekaligus-peluang-bagi-bank/
Samsumar, L. D. (2016). Konsep dan Tantangan Penggunaan Teknologi E-Money sebagai Alat Pembayaran Alternatif di Indonesia. Jurnal METHODIKA, Vol. 2 No. 1 Maret 2016, 102-107.
Septyaningsih, I. (2018, January 15). Salurkan Kredit ke UMKM, BCA Gandeng Fintech KlikACC. Retrieved August 18, 2018, from Republika.co.id: https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/korporasi/18/01/15/p2l5yx423-salurkan-kredit-ke-umkm-bca-gandeng-fintech-klikacc
Sitanggang, L. M. (2017, September 13). Redam persaingan, BCA akan gandeng fintech. Retrieved August 18, 2018, from Kontan.co.id: https://keuangan.kontan.co.id/news/redam-persaingan-bca-akan-gandeng-fintech
Sitanggang, L. M. (2018, March 22). Transaksi Flazz BCA naik 166% di bulan Februari 2018. Retrieved August 18, 2018, from Kontan.co.id: https://keuangan.kontan.co.id/news/transaksi-flazz-bca-naik-166-di-bulan-februari-2018
Walfajri, M. (2018, July 3). BCA sudah terapkan limit uang elektronik Rp 2 juta. Retrieved August 18, 2018, from Kontan.co.id: https://keuangan.kontan.co.id/news/bca-sudah-terapkan-limit-uang-elektronik-rp-2-juta
Widyastuti, K., Handayani, P. W., & Wilarso, I. (2017). Tantangan dan Hambatan Implementasi Produk Uang Elektronik di Indonesia: Studi Kasus PT XYZ. Jurnal Sistem Informasi (Journal of Information Systems). 1/13 (2017), 38-48.



[1] Ernst & Young Global Limited. (2017, March). The Indonesian banking industry: unfolding the opportunity. Retrieved August 18, 2018, from https://www.ey.com/Publication/vwLUAssets/EY-the-indonesian-banking-industry-unfolding-the-opportunity/$FILE/EY-the-indonesian-banking-industry-unfolding-the-opportunity.pdf
[2] Lim, B. (2017, August 25). Indonesia's banking industry is attracting many investors — but there are major risks. Retrieved August 18, 2018, from CNBC: https://www.cnbc.com/2017/08/25/indonesias-banking-industry-is-attracting-many-investors--but-there-are-major-risks.html
[3] Ibid. Lim (2017)
[4] Ibid. Lim (2017)
[5] Indonesia Investments. (n.d.). Bank Central Asia. Retrieved August 18, 2018, from Indonesia Investments: https://www.indonesia-investments.com/business/indonesian-companies/bank-central-asia/item193?
[6] BCA. (n.d.). Vision and Mision. Retrieved August 18, 2018, from BCA: https://www.bca.co.id/en/Tentang-BCA/Korporasi/Cari-Tahu-Tentang-BCA/Visi-dan-Misi
[7] Samsumar, L. D. (2016). Konsep dan Tantangan Penggunaan Teknologi E-Money sebagai Alat Pembayaran Alternatif di Indonesia. Jurnal METHODIKA, Vol. 2 No. 1 Maret 2016, 102-107.
[8] Walfajri, M. (2018, July 3). BCA sudah terapkan limit uang elektronik Rp 2 juta. Retrieved August 18, 2018, from Kontan.co.id: https://keuangan.kontan.co.id/news/bca-sudah-terapkan-limit-uang-elektronik-rp-2-juta
[9] Nisaputra, R. (2017, June 17). Fintech Jadi Ancaman Sekaligus Peluang Bagi Bank. Retrieved August 18, 2018, from infobanknews.com: http://infobanknews.com/fintech-jadi-ancaman-sekaligus-peluang-bagi-bank/
[10] Bhatt, S. J., & Gor, K. (2012). Recent Trends in Marketing Strategy in Banking Sector. Innovation in Banking and Finance Volume-1, March 2012, 45-48.


Mau dibuatkan paper HI seperti ini?
Atau tugas-tugas custom lainnya?
Silahkan contact ke WA 085868039009 (Diana)
Happy Order :)
 

STRATEGI OVO DALAM INDUSTRI E-MONEY DI INDONESIA



STRATEGI OVO DALAM INDUSTRI E-MONEY DI INDONESIA

A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Pesatnya perkembangan teknologi dan inforrmasi memiliki dampak perkembangan di  berbagai bidang, termasuk dalam bidang sistem pembayaran dalam transaksi jual beli yang dikenal sebagai electric money atau e-money. E-money sendiri merupakan jenis alternatif alat pembayaran non-tunai yang sudah banyak diterapkan di sejumlah negara di dunia, termasuk Indonesia. E-money, sebagai bentuk perkembangan sistem pembayaran, memberikan perubahan yang signifikan yang memberikan kemudahan, efisiensi, fleksibilitas, serta keamanan dalam setiap transaksi elektronik yang dilakukan (Samsumar, 2016; Pranoto, 2018).
Terkait kemunculan dan masuknya e-money di Indonesia, lembaga keuangan dituntut untuk dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan perkembangan yang terkini. Lembaga keuangan pun dituntut untuk dapat berinovasi dengan produknya.  Dalam inovasinya pun, lembaga keuangan harus mematahui dan berdasarkan pada peraturan atau regulasi dari Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (Pranoto, 2018; Samsumar, 2016).
Pada bulan Agustus 2014, Bank Indonesia sendiri sudan mencanangkan program Gerakan Nasional Non Tunai yang bertujuan untuk meningkatkan penggunaan instrumen non tunai pada masyarakat atau Less Cash Society (LCS) dalam melakukan kegiatan transaksi jual beli atau dalam kegiatan ekonomi. Maka dari itu, Bank Indonesia sendiri mendukung masuknya jenis pembayaran e-money di Indonesia sebagai perwujudan programmnya tersebut (Widyastuti, Handayani, & Wilarso, 2017).
E-money sendiri dibuat dengan tujuan untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penggunaan uang tunai, dan merupakan instrumen pembayaran yang semakin banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Data statistik Bank Indonesia menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada jumlah uang elektronik yang beredar di Indonesia serta jumlah transaksi menggunakan e-money yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia (Samsumar, 2016; Widyastuti, Handayani, & Wilarso, 2017).
Jumlah penerbit e-money di Indonesia sendiri sudah banyak, dan terhitung hingga akhir tahun 2017, terdapat 26 operator e-money yang sudah resmi terdaftar dan memiliki lisensi dari Bank Indonesia dan salah satunya adalah PT Visionet Internasional yang merupakan perusahaan pemegang brand aplikasi OVO (Apinino, 2017). Jumlah ini meningkat dari tahun 2015 yang tadinya berjumlah 20 penerbit. Jumlah ini diperkirakan akan semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring adanya peningkatan jumlah pengguna, jumlah transaksi serta jumlah uang elektronik yang beredar di masyarakat (Widyastuti, Handayani, & Wilarso, 2017).

2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, makalah ini akan membahas tentang dua permasalahan, yaitu:
a.       Industri e-money di Indonesia.
b.      Strategi yang dilakukan oleh OVO dalam mensosialisasikan aplikasi OVO kepada masyarakat di Indonesia.

B.     PEMBAHASAN
1.      E-Money
Europian Central Bank mengartikan e-money sebagai nilai uang yang disimpan secara elektronik dalam sebuah alat yang digunakan dalam proses pembayaran pada pihak lain selain penerbit uang tanpa membuat akun bank dalam transaksi, dan sistem yang digunakan adalah prabayar (Widyastuti, Handayani, & Wilarso, 2017).
Berdasarkan Peraturan BI Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik, e-money merupakan alat pembayaran yang memenuhi karakteristik sebagai berikut (Widyastuti, Handayani, & Wilarso, 2017):
a. Diterbitkan berdasarkan nilai uang yang disetor lebih dulu oleh pemegang kepada penerbit.
b. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam media server atau chip.
c. Dipakai sebagai alat pembayaran pada pedagang yang bukan penerbit e-money tersebut.
d. Nilai e-money yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit tidak tergolong uang simpanan seperti yang diatur dalam regulasi perbankan.
Seperti yang telah disebutkan dalam poin kedua, terdapat dua jenis penyimpanan uang dalam e-money yaitu berdasarkan media server dan chip. E-money berbasis server merupakan e-money online, sedangkan yang berbasis chip merupakan e-money offline. E-money berbasis server  umunya digunakan untuk transaksi pembayaran secara online menggunakan koneksi internet melalui web browser atau aplikasi dalam smartphone. Sedangkan e-money berbasis chip (offline) diguankan untuk transaksi dalam waktu singkat dan frekuensi yang besar, contohnya kartu yang digunakan untuk menggunakan transportasi umum seperti busway atau KRL (Widyastuti, Handayani, & Wilarso, 2017).
E-money berbeda dengan single-purposed-card, karena e-money merupakan jenis multi-purposed-card yang dapat digunakan untuk berbagai masam jenis pembayaran. E-money juga berbeda dengan alat pembayaran elektronik kartu debit dan kartu kredit, karena kartu debit dan kartu kredit merupakan access products bukan prepaid product seperti e-money. Dalam prepaid product, dana atau uang dalam e-money sepenuhnya dalam kuasa konsumen, sedangkan dalam access products uang sepenuhnya dikelola oleh lembaga keuangan atau bank selama belum ada otoritas dari nasabah untuk melakukan pembayaran (Samsumar, 2016).  
Keunggulan e-money dibandingkan dengan uang tunai adalah kecepatan dan kenyamanan dalam proses transaksi, terutama untuk transaksi pembayaran mikro, karena nasabah tidak perlu menyediakan jumlah uang pas atau menyimpan kembalian, serta tidak akan ada kekeliruan dalam penghitungan uang kembalian yang berpotensi terjadi pada pembayaran secara tunai (Samsumar, 2016).

2.      Industri E-Money di Indonesia
Terhitung hingga akhir tahun 2017, terdapat 26 operator e-money yang sudah resmi terdaftar dan memiliki lisensi dari Bank Indonesia, jumlah ini meningkat dari tahun 2015 yang tadinya berjumlah 20 penerbit. Diperkirakan akan semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring adanya peningkatan jumlah pengguna, jumlah transaksi serta jumlah uang elektronik yang beredar di masyarakat (Apinino, 2017; Widyastuti, Handayani, & Wilarso, 2017).
Masuknya e-money di Indonesia telah diantisipasi oleh Bank Indonesia yang menerbitkan Peraturan Bank Indonesia pada tahun 2005 yang isinya mengatur tentang penyelenggaraaan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK) yang mencakup regulasi tentang kartu pra-bayar yang merupakan kategori dari e-money. Berdasarkan dari pengamatan para pakar, serta dari data yang mendukung,  menunjukkan bahwa adanya potensi minat yang besar untuk mengembangkan instrumen pembayaran stored value atau pra-bayar dari para pelaku pasar di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan bisnis, terutama dalam bidang penyelenggara tol, parkir, transportasi, serta telekomunikasi (Samsumar, 2016).
Data statistik sistem pembayaran jumlah transaksi uang elektronik Bank Indonesia menunjukkan peningkatan e-money dari tahun ke tahun yang dapat dilihat dari jumlah pengguna, jumlah transaksi dan volume uang yang beredar. Angka pertumbuhan e-money bahkan dinilai melebihi pertumbuhan kartu kredit dan ATM. Data dari Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa e-money menjadi salah satu alat pembayaran non-tunai yang memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan perekonomian Indonesia (Pranoto, 2018).
Pada tahun 2016, perkembangan e-money di Indonesia belum sebesar perkembangan e-money negara lain. Menurut Bank Indonesia, perkembangan  e-money di Indonesia yang belum maksimal ini dikarenakan belum tersedianya model bisnis yang menyatukan perusahaan operator dengan para pelaku usaha dalam proses mengintegrasikan sistem pembayaran yang membuat pengoperasian e-money sendiri belum maksimal. E-money di Indonesia masih belum terintegrasi, hal inilah yang mengakibatkan masih kecilnya jumlah transaksi dengan menggunakan e-money. Belum berkembangnya e-money di Indonesia tersebut dikarenakan masyarakat masih melihat sistem pembayaran dengan e-money dinilai cukup rumit dan tidak menjangkau semua lapisan. Jumlah merchant yang tersedia untuk dapat melakukan transaksi dengan e-money pun tidak banyak, hal inilah yang dinilai masyarakat bahwa e-money masih belum fleksibel. Kebijakan pemerintah sendiri juga mempengaruhi perkembangan e-money di Indonesia (Samsumar, 2016).
Untuk mendukung perkembangan e-money di Indonesia, Bank Indonesia mencanangkan program Gerakan  Nasional Non Tunai (GNNT) pada tahun 2014. Ini merupakan upaya untuk mengakselerasi penggunaan pembayaran non tunai dengan kebijakan penggunaan uang elektronik di sektor transportasi publik. Strategi GNNT juga mencakup pembentukan kawasan non tunai di lingkungan kampus, instrumen pembayaran non tunai untuk layanan keuangan pemerintah, serta penyaluran bantuan sosial pemerintah (Sutarmin & Susanto, 2017).
Pada akhir tahun 2017, Bank Indonesia menghentikan layanan isi ulang e-money sejumlah perusahaan ternama. Hal ini dikarenakan perusahaan operator e-money tersebut belum resmi terdaftar dan memiliki lisensi dari Bank Indonesia. Diketahui bahwa Bank Indonesia telah menerbitkan kewajiban izin untuk penerbit e-money yang bukan bank yang diterbitkan pada bulan Juli 2014 melalui Surat Edaran BI Nomor 16/11/DKSP yang merupakan aturan teknis dari Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 16/8/PBI/2014 (Apinino, 2017).

3.      Strategi OVO dalam Industri E-Money di Indonesia


E.     KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA


Aldin, I. U. (2018). Bank Mandiri Berbagi Jaringan Merchant dengan OVO. Retrieved Agustus 16, 2018, from katadata.co.id: https://katadata.co.id/berita/2018/03/29/bank-mandiri-berbagi-jaringan-merchant-dengan-ovo
Apinino, R. (2017). Daftar 26 Operator E-Money yang Kantongi Lisensi BI. Retrieved Agustus 16, 2018, from Tirto.id: https://tirto.id/daftar-26-operator-e-money-yang-kantongi-lisensi-bi-cxGA
DailySocial.id. (n.d.). OVO Tegaskan Kemitraan dengan Bank Mandiri, Grab, Alfamart, dan MOKA. Retrieved Agustus 16, 2018, from DailySocial.id: https://dailysocial.id/post/ovo-tegaskan-kemitraan-dengan-bank-mandiri-grab-alfamart-dan-moka/
Herman. (2017). Pengguna Aplikasi OVO Bisa Belanja Sambil Kumpulkan Poin. Retrieved Agustus 16, 2018, from Berita Satu: http://www.beritasatu.com/iptek/422554-pengguna-aplikasi-ovo-bisa-belanja-sambil-kumpulkan-poin.html
Muslim, A. (2017). Rekanan OVO Capai 800 Merchant. Retrieved Agustus 16, 2018, from Berita Satu: http://id.beritasatu.com/home/rekanan-ovo-capai-800-merchant/159680
ovo.id. (n.d.). OVO Deals. Retrieved Agustus 16, 2018, from OVO: https://www.ovo.id/deals
Pranoto. (2018). Eksistensi Kartu Kredit dengan Adanya Electronic Money (E-Money) sebagai Alat Pembayaran yang Sah. PRIVAT LAW VOL: 6 NO: 1 2018, 24-33.
Samsumar, L. D. (2016). Konsep dan Tantangan Penggunaan Teknologi E-Money sebagai Alat Pembayaran Alternatif di Indonesia. Jurnal METHODIKA, Vol. 2 No. 1 Maret 2016, 102-107.
Sutarmin, & Susanto, A. (2017). Potensi Pengembangan Transaksi Non Tunai di Indonesia. Sustainable Competitive Advatage-7 (SCA-7), 292-302.
Widyastuti, K., Handayani, P. W., & Wilarso, I. (2017). Tantangan dan Hambatan Implementasi Produk Uang Elektronik di Indonesia: Studi Kasus PT XYZ. Jurnal Sistem Informasi (Journal of Information Systems). 1/13 (2017), 38-48.

Mau dibuatkan paper HI seperti ini?
Atau tugas-tugas custom lainnya?
Silahkan contact ke WA 085868039009 (Diana)
Happy Order :)