LEARNING TO LEAD IN 5.267 FEET
Belajar untuk Memimpin di ketinggian
5.267 kaki:
Sebuah Studi Empiris Pelatihan Manajemen di Luar Ruangan dan
Pengembangan Kepemimpinan Mahasiswa MBA
Darris
Kass, Ph. D
Christian
Grandzol. Ph. D
Abstrak
Studi
ini menguji pengembangan kepemimpinan mahasiswa MBA yang terdaftar di sebuah
pelatihan/kursus Perilaku berorganisasi. Mahasiswa yang terdaftar baik di
bagian kelas dalam ruangan maupun bagian yang termasuk komponen pelatihan luar
ruangan yang intensif yang disebut
Leadership on the Edge (Kepemimpinan di Ujung). Hasil dari Leadership Practices Inventory (Inventaris
Praktek Kepemimpinan) milik Kouzes dan Posner (2003) menunjukkan bahwa
mahasiswa di bagian pelatihan luar ruangan menunjukkan perkembangan yang lebih
baik dalam praktek kepemimpinan selama semester pelatihan. Komentar yang
tercermin dari siswa-siswa di bagian luar ruangan mengindikasikan hal itu
merupakan pengalaman perubahan personal yang tidak seperti persaingan di dalam
kelas. Implikasi untuk pendidik kepemimpinan akan didiskusikan.
Pendahuluan
Ada
bukti yang didokumentasikan dengan baik bahwa keterampilan kepemimpinan penting
bagi mahasiswa MBA. Pada studi Graduate Management Admission Council tahun
2009, 3.392 lulusan MBA menilai interpersonal
skills (keterampilan interpersonal) esensial bagi kepemimpinan yang efektif
(lihat Whetton & Cameron, 2007) sebagai keterampilan paling bernilai yang
mereka gunakan dalam pekerjaan mereka saat itu. Rangkaian keterampilan ini dulu
adalah yang paling bernilai tanpa menghiraukan level organisasi (pegawai baru,
pegawai menengah, senior ataupun eksekutif). Pekerja dan perekrut berbagai
pendapat ini. Pekerja menilai atribut keterampilan dan kepemimpinan
interpersonal sebagai kriteria paling penting pertama dan ketiga untuk memilih
dan mempekerjakan lulusan MBA (Graduate Management Admission Council, 2007).
Perekrut melaporkan soft skill
seperti kepemimpinan adalah sifat paling diinginkan dalam diri lulusan MBA
(Rubin & Dierdorff, 2009).
Sekolah bisnis, terutama program
MBA, dibutuhkan untuk mengembangkan kompetensi spesifik diasosiasikan dengan
peran kepemimpinan dan manajerial (The Association to Advance Collegiate School
of Business, 2010). Bagaimanapun, universitas-universitas telah dikritik karena
tidak menyiapkan lulusan mereka terhadap tantangan yang diasosiasikan dengan
posisi kepemimpinan (Ready, Vicere & White, 1993; Rubin & Dierdorff,
2009). Secara spesifik, orang-orang yang memfokuskan kompetensi dilaporkan
sebagai yang paling sering mengkritik dengan mempraktekkan para manajer yang
diterima jumlahnya paling sedikit dalam cakupan kebutuhan program MBA (Rubin
& Dierdorff, 2009). Keterampilan, kepemimpinan dan komunikasi interpersonal
telah diidentifikasikan sebagai “komponen efektif paling akhir dari kurikulum
bisnis” (Management Education Task Force, 2002, p. 19). Rynes, Trank, Lawson,
dan Iles (2003) mengacu pada defisiensi ini sebagai “krisis legimitasi”
pendidikan manajemen (p. 1).
Ini hanya sampel saja yaaa..
Mau tau lanjutannya??
TRUSTED !! Perlu dibantu tugas
kuliahnya? Cari jastug?
- Sebutin order detailnya
- Estimasi (biaya & waktu)
- Transfer DP 50%
- Progress pengerjaan
- Due Date hasilnya dikirim
- Pelunasan 50%
Segera contact Paper Underground
saja!
WA: 085 868O 39OO9 (langsung ke
Owner)
Email: paper_underground@yahoo.com
Have great day, dear!
Thank you…