Strategi Generasi Sandwich Mencapai Keseimbangan Peran Dalam Keluarga Dan Pekerjaan
A. Pendahuluan
Keseimbangan kehidupan kerja (work-life balance) telah menjadi topik yang menarik dalam studi organisasi akhir-akhir ini. Dimana seseorang dituntut untuk dapat bekerja dengan baik namun mereka juga memiliki kehidupan di luar pekerjaan yang harus diperhatikan seperti keluarga, komunitas sosial, studi, dan komitmen lainnya.Work-life balance yang baik didefinisikan sebagai situasi dimana pekerja merasa mampu menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi atau komitmen lain (Moore, 2007). Work-life balance berarti karyawan dapat dengan bebas menggunakan jam kerja yang fleksibel untuk menyeimbangkan pekerjaan atau karyanya dengan komitmen lain seperti keluarga, hobi, seni, studi, dan tidak hanya fokus terhadap pekerjaannya (Frame & Hartog, 2003).
Sehubungan dengan hal tersebut, generasi sandwich adalah suatu istilah yang menggambarkan mengenai orang-orang yang terjebak untuk merawat orang tua dan anak-anak mereka, sambil mencoba mempertahankan karier mereka demi keamanan finansialnya. Menjalani peran sebagai karyawan dan melakukan pekerjaan rumah tangga tentunya bukanlah hal yang mudah, yang mana hal tersebut dapat mendatangkan banyak persoalan yang membuat mereka semakin sulit untuk menyeimbangkan peran keduanya, baik dalam hal manajeman peran dan manajeman waktu. Yang pada akhirnya, hal tersebut menyebabkan stress. Hal ini sejalan dengan survei tahun 2015 yang dilakukan oleh Pew Research. Survei tersebut menunjukkan bahwa masalah paling umum yang dihadapi anggota Generasi Sandwich adalah stres, depresi, dampak negatif pada karier, dan tekanan finansial (CIPOLLA, 2017). Oleh karenanya, para generasi sandwich harus memiliki strategi untuk menyeimbangkan peran ganda yang dibebankan kepadanya, agar mereka dapat melakukan perannya, baik dalam keluarga dan pekerjaannya, dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, makalah ini akan membahas mengenai strategi generasi sandwich mencapai keseimbangan peran dalam keluarga dan pekerjaan.
B. Pembahasan
Menurut teori peran, konflik peran terjadi ketika individu yang terlibat dalam peran ganda (seperti peran pekerjaan dan keluarga) menghadapi kendala sumber daya dalam hal waktu atau energi dan mengalami kesulitan untuk berhasil memenuhi tanggung jawab peran ganda mereka. Dalam penelitian pekerjaan-keluarga, dua bentuk konflik yang berbeda telah diidentifikasi bahwa konflik pekerjaan yang mengganggu keluarga (WIF) dan konflik keluarga yang mengganggu pekerjaan (FIW). Konflik WIF terjadi ketika tuntutan tempat kerja menghalangi kinerja peran keluarga, sedangkan FIW terjadi ketika tuntutan keluarga menghalangi kinerja peran kerja (Frone, Russell, & Cooper, 1992). Konflik inilah yang sering terjadi pada generasi sandwich, dimana mereka tidak hanya harus menjaga anak-anak dan orang tua mereka, namun mereka juga harus bekerja dengan baik dalam rangka menjaga keuangannya agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Namun tuntutan dari masing-masing peran terkadang membuat peran lainnya terhalangi dan terabaikan, karena masing-masing peran sama-sama membutuhkan waktu, tenaga dan perhatian. Sayangnya, jika keadaan tersebut terus terjadi maka dapat menyebabkan konflik dalam kehidupan mereka, baik pada pekerjaan maupun keluarganya. Oleh karenanya, keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan dalam menjalankan peran ganda tersebut.
Fisher (2003) menyatakan bahwa work life balance merupakan sesuatu yang dilakukan seseorang dalam membagi waktu baik ditempat kerja dan aktivitas lain diluar kerja yang didalamnya terdapat individual behavior dimana hal ini dapat menjadi sumber konflik pribadi dan menjadi sumber energi bagi diri sendiri. Work life balance melibatkan kemampuan seseorang dalam mengatur banyaknya tuntuntan dalam hidup secara bersamaan, di mana seseorang dalam tingkat keterlibatannya sesuai dengan peran ganda yang dimiliki seorang karyawan (Hudson, 2005). Lebih lanjut Greenhaus, Collins, dan Shaw (2003) menjelaskan bahwa keseimbangan peran dalam keluaraga dan pekerjaan berkaitan dengan pencapaian peran yang dilakukan individu sehubungan dengan harapan akan adanya negosiasi dan berbagi peran dalam domain pekerjaan dan keluarga. Hal ini sangat penting dilakukan karena keseimbangan dalam mengatur waktu untuk bersantai dan memulihkan kembali kondisi fisik akan menjaga kemampuan mereka dalam menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena ketidakseimbangan peran antara pekerjaan dan keluarga akan membuat mereka tidak dapat menikmati kehidupannya sehingga akan merasa terbebani, sulit untuk bertemu dengan teman, dan berkumpul dengan keluarganya. Menurut Hudson (2005), work life balance meliputi beberapa aspek, yaitu:
Ini hanya versi sampelnya saja ya...
Untuk file lengkap atau mau dibuatkan custom, silahkan PM kami ke
WA :
0882-9980-0026
(Diana)