Tampilkan postingan dengan label review jurnal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label review jurnal. Tampilkan semua postingan

REVIEW JOURNAL - MANAGING OPERATIONAL RISK: CREATING INCENTIVES FOR REPORTING AND DISCLOSING


REVIEW JURNAL
MENGELOLA RESIKKO OPERASIONAL: MEMBERIKAN INSENTIF UNTUK PELAPORAN DAN PENYINGKAPAN
Sebastian Hain

Latar Belakang
Beberapa tahun belakangan ini, pembicaraan mengenai risiko operasional dan manajemen intinya semakin santer terdengar. Hal ini tidak sekedar konsekuensi dari prinsip Basel II yang baru, namun juga dapat dihubungkan dengan globalisasi dan deregulasi. Tingkat ketergantungan terhadap teknologi yang menanjak dapat membawa risiko semacam ini, seiring dengan meningkatnya pula kemunculan risiko pada perusahaan secara keseluruhan di sebagian besar sector pasar. Secara khusus, risiko operasional dipandang sebagai sumebr utama kerugian finansial dalam sector perbankan saat ini. Beberapa dekade terakhir telah menunjukkan peristiwa-peristiwa spektakuler berkenaan dengan kegagalan risiko operasional yang menyebabkan kerugian finansial. 

Artikel ini ditulis dengan susunan sebagai berikut. Bagian pembahasan menjelaskan struktur organisasional yang tepat untuk mengelola risiko operasional. Bab berikutnya memperkenalkan konflik insentif pertama yang berkaitan dengan pengungkapan eksternal mengenai risiko operasional. Bagian empat membahas tentang beberapa perusahaan asuransi dan hasil-hasil pengukuran mereka untuk mengatasi masalah-masalah ancaman moral dan seleksi yang tidak sesuai. Bagian selanjutnya focus pada skema insentif untuk mengelola dan melaporkan risiko operasional di setiap unit. Kemudian, motivasi individual untuk mengungkap risiko operasional dan kerugian, termasuk bahwa pegawai harus mengakui kesalahannya sendiri, dijelaskan pada bagian enam. 
Konsep untuk mengelola pasar dan risiko kredit sudah cukup maju dan bank-bank sudah memperoleh pengalaman dari itu. Dokumentasi dan datanya pun telah tersedia. Walau demikian, belum banyak penelitian tentang risiko operasional. Metodologi yang umum untuk mengelola pasar dan risiko kredit tidak dapat begitu saja dipindahkan, yang disebabkan oleh rendahnya ketersediaan data dan kekhususan risiko operasional. Patut dicatat bahwa risiko operational biasanya tidak diambil untuk memperoleh keuntungan tertentu. Untuk mengubah data yang terbatas, perusahaan harus menyesuaikan susunan organisasional mereka dan memperbaiki aliran informasinya. 

Sesuai hasil studi kuantitatif dari Basel’s Committee, factor SDM merupakan sebab utama kegagalan operasional. Oleh karena itu, manajemen risiko operasional yang kuat sangat bergantung pada dukungan dari para pegawai dan kesediaan mereka untuk memberikan informasi yang cukup dan benar. Berdasarkan fakta bahwa dukungan tersebut dapat memberikan konsekuensi negatif secara pribadi, insentif pun perlu disediakan. 

Tujuan
Artikel ini bertujuan memberikan tinjauan mengenai konflik-konflik insentif yang penting dalam mengelola dan melaporkan risiko operasional untuk memenuhi kejelasan risiko internal maupun eksternal. 

PEMBAHASAN
Struktur Organisasional dan Insentif
Bagian ini menyangkut diskusi tentang pendekatan manajemen risiko siloed dan terpusat, struktur ideal manajemen risiko, dan empat konflik insentif utama dalam mengelola risiko operasional. 
Sekarang ini, terdapat perhatian besar terhadap penguasaan korporat dan pro-kontra mengenai struktur risiko manajemen tertentu. Ada rintangan dalam penyampaian informasi dalam setiap susunan manajemen risiko organisasional, dalam bentuk komunikasi di luar pemegang kuasa maupun dari dalam perusahaan. 
Kontroversi tentang penetapan keputusan dalam manajemen risiko operasional berkaitan dengan alokasi tanggung jawab pada pendekatan siloed dan terpusat secara tradisional. Tanggung jawab yang dimaksud meliputi identifikasi, pengukuran, melaporkan, mengontrol dan mengawasi risiko. 

Pendekatan tradisional terpusat memberikan tanggung jawab penuh dan pilihan-pilihan manajemen risiko pada bisnis individual, dengan departemen manajemen risiko korporat yang lemah. Tetapi, manajemen risiko terpusat memberikan tugas-tugas penting yang spesifik kepada fungsi manajemen risiko. Peran utamanya adalah untuk membentuk penjelasan umum bagi risiko operasional, memonitor kejadian risiko secara keseluruhan dan jika mungkin, mengendalikan alokasi sumber risiko. Di satu sisi, desentralisasi memberikan pengetahuan tentang risiko secara lebih efektif dengan mengaitkan informasi lokal dengan penetapan keputusan. Di sisi lain, dengan seting desentralisasi, para manajer risiko lokal tidak perlu membuat keputusan berdasarkan tingkat risiko perusahaan.  

Satu argumen penting sehubungan dengan manajemen risiko operasional terpusat adalah masalah keterbatasan data.  Pendekatan siloed tradisional dapat mendorong pegawai untuk menyembunyikan kejadian-kejadian risiko operasional. Khususnya dalam industri perbankan atau penerbangan, perkembangan akhir-akhir ini cenderung pada manajemen risiko operasional terpusat. Sehubungan dengan itu, kerangka organisasional yang digunakan dalam paper ini lebih pun cenderung pada pendekatan manajemen risiko terpusat, yang diambil dari aturan-aturan, literatur dan contoh dari kehidupan nyata. 


KESIMPULAN
Keseimbangan antara insentif dan persetujuan positif yang didampingi dengan pengawasan yang memadai sangat penting dalam pelaporan risiko operasional. Insentif dapat diberlakukan sebagai pengganti untuk mengurangi tindakan-tindakan dan pengendalian disipliner. Dalam proses keputusan pribadi, seharusnya keterusterangan dapat memberikan manfaat agar mekanisme insentif berhasil. Pandangan yang lebih luas tentang persoalan-persoalan risiko harus dipertimbangkan. Perilaku menyimpang yang menyebabkan kerugian perlu ditangani secara khusus untuk memotivasi pelaporan sukarela. Apalagi untuk kesalahan yang tidak disengaja, konsekuensi bagi pegawai yang telah mengaku harusnya sangat rendah, dan human error akan benar-benar dihilangkan sehingga perusahaan harus menanganinya dengan tepat. 
Bagaimanapun, mengubah kultur risiko memerlukan waktu, seperti halnya dukungan dan komitmen yang kuat dari manajemen senior. Mekanisme insentif yang dianalisis di sini dapat berjalan dengan baik jika metodologi pengukuran risiko operasionalnya cukup maju. Juga, risiko operasional tertentu dapat mempengaruhi berbagai unit dalam perusahaan dalam satu waktu, yang akan menjadi tantangan tersendiri untuk menyeimbangkannya. 

Intinya, transparansi risiko yang lebih jelas akan mengembangkan kultur perusahaan dan menyebabkan peningkatan manajemen risiko operasional. Peningkatan ini mendorong manajemen pasar dan risiko kredit. 

Sampai disini dulu yaa...
Untuk review lengkapnya dan jurnal aslinya
atau mau request review jurnal lain
Silakan hubungi saya
Diana - o85868o39oo9
Ditunggu Ordernya Yaa
Thanks

REVIEW JURNAL - THE COMPETITIVE ADVANTAGE OF NATIONS : IS PORTER’S DIAMOND FRAMEWORK A NEW THEORY THAT EXPLAINS THE INTERNATIONAL COMPETITIVENESS OF COUNTRIES?


KEUNGGULAN KOMPETITIF NEGARA : APAKAH PORTER’S DIAMOND FRAMEWORK SEBUAH TEORI BARU YANG MENJELASKAN KOMPETITIVITAS INTERNASIONAL DARI NEGARA?

A.J. Smith

PENDAHULUAN
Kompetitivitas internasional dari negara – negara sekarang menjadi perhatian dari pemerintah, perusahaan, dan juga akademisi. Minat baru dalam kompetitivitas negara ini telah membuka perdebatan pada makna dan pemahaman yang sebenarnya mengenai kompetitivitas internasional dari negara. Alasan dari perdebatan ini didasarkan pada asumsi implisit yang mendasari teori manajemen bahwa kompetitivitas perusahaan dapat diperluas pada kompetitivitas negara, seperti yang dipopulerkan oleh Porter (1990a) dengan Diamond Framework-nya dan laporan kompetitivitas dunia. 
Menurut Stone dan Ranchhod (2006 : 284), “fokus pada kompetisi atau “persaingan” adalah diversi dari pemikiran ekonomi tradisional” . kepercayaan umum ini oleh manajemen akademi bahwa negara yang berada dalam kompetisi satu sama lain mungkin menjelaskan Diamond Frameworks Porter (1990a) muncul pada hampir semua buku teks bisnis internasional. 
Fokus pada artikel ini adalah pada perdebatan apakah negara bersaing secara internasional atau tidak, seperti yang dinyatakan oleh Porter (1990a). Tujuan dari artikel ini adalah untuk menjelaskan mengapa Diamond Framework Porter bukan merupakan teori baru yang menjelaskan kompetitivitas internasional dari negara. 

MODEL PENELITIAN
Usaha pertama untuk menjelaskan mengapa negara dengan bebas terlibat dalam perdagangan internasional adalah asinya di tahun 1876 dengan Teori Keunggulan Absolut yang dikemukakan oleh Adam Smith (Kurgman & Obstfeld, 2003). Yang kedua adalah teori keunggulan komparatif dari David Ricardo yang mengimplikasikan ahwa negara akan memiliki keunggulan biaya komparatif dalam produksi barang dan jasa yang dapat diproduksi pada biaya oportunitas yang lebih rendah daripada negara lainnya (Salvatore, 2002). Hingga akhirnya sebuah pendekatan baru diperlukan untuk menjelaskan keunggulan yang mengarah pada produksi skala besar, pengalaman kumulatif, dan keunggulan transisional yang dihasilkan dari inovasi. 

METHODOLOGI
Porter (2004) lebih memfokuskan pada pendekatan mikro dengan mengarah pada “Diamond Framework”, dan menyebutnya “landasan kesejahteraan mikro ekonomi”. Dalam hal ini, Porter (2004) menguba fokusnya ke produksi pada lokasi yang dapat meningkatkan kompetitivitas perusahaan yang terletak di lokasi – lokasi tersebut. Dengan demikian, perusahaan melalui keunggulan lokasi tersebut, meningkatkan produktivitas mereka, dan hal ini akan menjadi kebaikan bagi negaa karena produktivitas yang tinggi selalu mengarah pada tingkat kesejahteraan yang lebih baik (mengasumsikan redistribusi yang adil). Kerangka kerja ini dengan demikian memberikan hubungan antara perusahaan dan sumber keunggulan kompetitif negara, yang mana tidak ada yang dilakukan dengan keunggulan kompetitif internasional dari negara. 
Industri software India (Ghemawat, 1999) adalah contoh dari beberapa kasus apabila Diamond Framework Porter itu diterapkan. Porter (1990a) menekankan bahwa berlian adalah sistem dan empat kondisi yang teridentifikasi dalam Diamod Framework harus dipegang (dengan kuat) untuk industri untuk dapat benar – benar kompetitif secara internasional. Negara – negara dengan berlian yang paling kuat dengan demikian dibayangkan akan mengakhirinya dengan menjadi perusahaan yang paling kompetitif dalam industri tersebut. Industri perangkat lunak India dengan demikian menjadi contoh yang jelas dari kelemahan Diamond Framework Porter untuk menjelaskan keberhasilan internasional dari industri. Terpisah dari faktor kondisi, semua aspek lain dari berlian relatif lemah dalam perbandingan dengan berlian Amerika Serikat 

HASIL
Pada akhirnya, thesis Porter tidak dipegang sebagai teori baru untuk menggantikan teori keunggulan komparatif seperti yang diimplikasikan oleh buku teks pada bisnis internasional (Peng, 2009 ; Hill, 2009). Hal ini merupakan kerangka kerya yang berguna yang memberikan manajemen dengan alat untuk mengidentifikas sumber keunggulan komparatif negara yang dapat digunakan perusahaan untuk meningkatkan posisi kompetitif mereka secara internasional. 
Dari perspektif manajemen, kontribusi yang berharga dari Diamod Framework Porter adalah hal ini berguna untuk menganalisis lokasi sebagai sumber keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Fokus pada Diamond Framework sebagai teori terlihat salah dalam hal nilai aplikasinya. Hal ini harus dipikirkan sebagai alat untuk menganalisis sumber keunggulan kompetitif negara untuk meningkatkan kemampuan manajer untuk membuat keputusan pada bagaimana mengkonfigurasikan rantai nilai, dan dimana dilakukannya.  Memfokuskan kembali relevansi Diamond Framework terhadap konteks perusahaan akan memebrikan nilai tambah lebih terhadap aplikasinya pada bisnis daripada semata – mata mendiskusikannya dalam konteks keunggulan kompetitif dari negara. 

REFERENSI
Smith, A.J. 2010. The Competitive Advantage of Nations : is Porter’s Diamond Framework a New Theory that Explains the International Competitiveness of Countries?, Southern African Business Review Volume 14 Number 1, 2010. (English Version)

Review ini cuma versi sampel aja
untuk versi lengkapnya atau
butuh sekalian jurnal aslinya dan
butuh referensi jurnal judul lain
silakang request aja
Diana - o85868o39oo9
Ditunggu Ordernya Yaa??
Thanks


REVIEW JURNAL - PACKAGING AS BRAND COMMUNICATION: EFFECTS OF PRODUCT PICTURES ON CONSUMER RESPONSES TO THE PACKAGE AND BRAND



Kemasan sebagai Brand Communication : Pengaruh Gambar Produk pada Respon Konsumen terhadap Kemasan dan Brand


Underwood, Robert L; Klein, Noreen M
Journal of Marketing Theory and Practice 10. 4 (Fall 2002): 58-68.



Pendahuluan
Konsumen dan tren industri saat ini berpendapat semakinpentingnya peran kemasan produk sebagai sarana komunikasi pemasaran bagi manajer brand. Tren tersebut termasuk pada meningkatnya keputusan pembelian produk tidak tahan lama pada rak supermarket (Vartan &Rosenfeld 1987; Prone 1993; POPAI 2001). Penelitian yang mengukur pengaruh ukuran kemasan pada penggunaan konsumen (Wansink 1996), mengidentifikasi dan memeriksa isu pengemasan secara etis (Bone and Corey 1992, 2000), dan memeriksa ketelitian dan dan kompetensi komunikatif dari kemasan (Polonsky et al. 1998; Underwood and Ozanne 1998).  Dengan demikian bagian dari penelitian empiris sekarang muncul untuk memandu keputusan manajerial mengenai rancangan kemasan. Aliran sentral dalam penelitian ini berkaitan dengan pengaruh visual dari kemasan terhadap respon konsumen untuk sebuah produk. Beberapa penelitian telah mengukur dampak tampilan kemasan relatif (yaitu, kebaruan, warna) pada perhatian konsumen, kategorisasi, dan evaluasi (Plasschart 1995; Schoormans, Robben, and Henry 1997; Garber, Burke and Jones 2000), perhatian visual selama memilih merek (Pieters and Warlop 1999), dan pengaruh perbandingan produk (pada kemasan) terhadap perhatian dan pilihan konsumen (Underwood, Klein and Burke 2001). Beberapa penelitian mengilustrasikan bahwa bentuk, fungsi, dan tampilan kemasan dapat memiliki pengaruh yang kuat pada respon konsumen terhadap sebuah produk. Studi saat ini merupakan perluasan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan menyelidiki pengaruh penempatan gambar produk pada kemasannya.
Tinjauan Literatur
Harckham (1989) mencatat bahwa kemasan adalah tempat pertemuan pembeli dengan produk karena kemasan seringkali memproyeksikan kesan awal yang dibentuk konsumen tentang merek,kualitas, atau nilainya.
Pengaruh Desain Kemasan
Kemasan merupakan isyarat ekstrinsik; yaitu, atribut yang berkaitan dengan produk tetapi bukan merupakan produk fisik (contoh lainnya termasuk harga dan merek) )Olson dan Jacoby, 1972).
Teori penggunaan isyarat (Richardson, 1994) mengajukan bahwa konsumen seringkali menggunakan isyarat ekstrinsik sebagai indikator yang mewakili kualitas produk. Hal ini terjadi ketika (1) merek tidak familiar agi konsumen, (2) ketika konsumen tidak memiliki cukup peluang untuk mengevaluasi atribut intrinsik dari sebuah produk, dan (3) ketika konsumen tidak suap untuk mengevaluasi atribut – atribut intrinsik.
The accessibility – diagnosticity framework milik Feldman dan Lynch (1988) berpendapat bahwa probabilitas menggunakan segala bagian informasi sebagai input untuk penilaian atau pilihan merupakan fungsi positif dari (1) aksesibilitas input, (2) aksesibilitas input – input alternatif, dan (3) diagnositas atau relevansi yang dirasakan dari input.
Picture elicit imagery processing milik Pavio (1986), didefinisikan Maclnnis dan Price (1987) sebagai representasi dalam bekerjanya memori sensor informasi. Maclnnis dan Price (1987) mengemukakan bahwa pencitraan dari brand individu ini mengarah pada lebih sedikit merek yang dievaluasi, yang mana meningkatkan kemungkinan sebuah merek untuk dibeli.
Bagi produk- produk dalam domain ini, kami membuat hipotesis berikut :
H1       : Memasukkan gambar produk pada kemasan akan secara positif mempengaruhi :
a.       Sikap terhadapkemasan
b.      Kepercayaan mengenai atribut – atribut merek sensoris
c.       Evaluasi merek
Familiaritas Merek (Brand Familiarity)
Model yang diajukan menunjukkan bahwa familiaritas merek (tinggi vs rendah) memoderasi pengaruh positif dari desain kemasan pada sikap terhadap kemasan, kepercayaan atribut merek, dan evaluasi merek.
H2       : Memasukkan gambar produk pada kemasan akan lebih memiliki pengaruh yang lebih jelas pada merek dengan familiaritas rendah daripada merek dengan familiaritas tinggi, dengan mengacu pada :
a.       Sikap terhadap kemasan
b.      Kepercayaan tentang atribut merek sensoris
c.       Evaluasi merek
Gambar 1- Model Konseptual dari Pengaruh Gambar Kemasan


 




 
Penelitian Empiris
Kami menguji hipotesis di atas dalam eksperimen yang dilakukan dengan 265 subjek pada universitas negeri yang besar. Subjek mengevaluasi citra kemasan merek nasional atau private label yang menggunakan komputer dalam tiga kategori produk.
Desain
Desain eksperimental adalah bauran desain 2 (desain kemasan) x 2(familiaritas merek) x 3(kategori produk). Subjek secara acak ditentukan pada satu dari empat kelompok perlakuan yang bervariasi dalam desain kemasan untuk brand target (dengan atau tanpa gambar) dan familiaritas merek target (tinggi vs. rendah).
Hasil
Studi memungkinkan pengukuran berulang analisis variansi lintas produk menggunakan GLM. Tabel 2 menunjukkan hasil analisis GLM tersebut pada pengaruh desain kemasan pada sikap terhadap kemasan, kepercayaan merek, dan evaluasi merek untuk produk dalam studi ini.
Kepercayaan Merek
Hasil studi memberikan kesimpulan yang jelas agi manajer produk, yang mana perusahaan secara positif meningkatkan kepercayaan pembeli tentang rasa produk secara mudah dengan menambahkan gambar produk yang menarik pada kemasan. Bagaimanapun, pengaruh ini nampaknya terbatas pada atribut – atribut intrinsik yang dapat secara logis disimpulkan dari gambar.
Evaluasi Merek
Gambar kemasan dalam studi ini mengarah pada perubahan kepercayaan positif tentang selera merek, yang mana dapat mempengaruhi evaluasi merek. Bagaimanapun, hasil dari analisis ini tidak menunjukkan adanya pengaruh gambar kemasan pada evaluasi merek ; dengan demikian tidak mendukung hipotesis H1c.

Implikasi Manajerial
Beragam faktor pasar (misalnya, perkembangan merek, dana iklan yang diarahkan untuk promosi penjualan dan point-of-purchase) dan tren konsumen (yaitu meningkatnya pengambilan keputusan di dalam toko, gaya hidup mobile) telah membuat manajer brand memfokuskan perhatian yang lebih besar pada kemasan sebagai sarana komunikasi pemasaran. 

Review ini cuma versi sampel aja 
(jadi emang kurang lengkap)
untuk versi lengkapnya atau
review jurnal judul lain
silakan hubungi saya
Diana - o858688o39oo9
Ditunggu Ordernya Yaa?
Thanks

CRITICAL REVIEW - CONSUMER BUYING AND DECISION MAKING BEHAVIOR OF A DIGITAL CAMERA IN THAILAND

 CRITICAL REVIEW
PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KAMERA DIGITAL DI THAILAND

Kawee Boonlertvanich
Institute of International Studies, Ramkhamhaeng University
Bangkok, Thailand


Salah satu pertanyaan yang ditanyakan adalah apakah perilaku pembelian konsumen berbeda di mana produk teknologi dipertimbangkan? Pengaruh teknologi adalah pervasif. Pasar teknologi tinggi dikategorisasi sebagai kompleks. Selain itu, mereka eksis dalam kondisi teknologi yang cepat berubah yang menyebabkan siklus hidup yang lebih pendek dan kebutuhan untuk keputusan cepat. Kecepatan sangat penting dalam pasar high-tech dan didorong oleh meningkatnya kompetisi dan harapan pelanggan yang terus tumbuh. Level resiko lebih tinggi yang disebabkan oleh faktor-faktor ini akan mempengaruhi pelanggan maupun produsen.

Sebagai akibat kondisi pasar dinamis ini, perusahaan high-tech sering bergantung pada fokus produk. Selain itu, fokus produk diarahkan oleh inovasi dalam teknologi daripada kebutuhan pelanggan. Subjek ini sering menyebabkan pengabaian fokus pelanggan yang merupakan sukses kunci di pasar masa kini yang kompetitif secara global.

Satu cara untuk fokus pada konsumen adalah meneliti keputusan mereka. Wawasan ke dalam proses pengambilan keputusan pelanggan menyebabkan perkembangan strategi pemasaran efektif yang lebih baik. Strategi yang dihasilkan bisa diubah atau dimodifikasi bergantung pada bagaimana konsumen memperoleh, memproses, dan menggunakan informasi pengambilan keputusan ketika membeli. Memahami perilaku pengambilan keputusan konsumen terkait pembelian penting bagi aktifitas pemasaran strategis perusahaan, dan komunikasi efektif dengan segmen konsumen berbeda bisa dibantu dengan memahami proses psikologis yang mempengaruhi perilaku konsumen.

Penelitian ini menerapkan desain penelitian kuantitatif dan mensurvey gaya pengambilan keputusan konsumen, menggunakan CSI, untuk meneliti perilaku pembelian konsumen dari pasar kamera digital di Bangkok. Selain itu, beberapa faktor selain CSI ditambahkan untuk meningkatkan kredibilitas studi ini seperti pengaruh sosial, pengaruh media dan gaya hidup. Terlebih lagi, studi ini juga fokus pada hubungan antara usia, gender, pendapatan dan faktor lain dengan delapan gaya pengambilan keputusan konsumen.

Informasi demografi mengindikasikan sebagian besar pemilik kamera digital yang telah dibeli digunakan untuk penggunaan pribadi. Sebagian besar pemebeli masa yang akan datang memiliki intensi yang sama. Untuk pemilik merek yang paling populer adalah Sony, diikuti oleh Canon dan Fuji. Rentang harga untuk kamera digitam pribadi berkisar US $263 hingga $395. Untuk pembeli mendatang tersebut, kamera digital Sony paling banyak menyedot perhatian diikuti oleh Canon dan Konica. Kenyataannya, pelanggan cenderung untuk membeli merek yang terkenal di pasaran daripada mereka yang merek “lain” yang kurang dikenal. Lebih lanjut, hasil menunjukkan bahwa harga pembeli mendatang berniat untuk menghabiskan harga yang sama yang dibayarkan oleh partisipan yang telah memiliki kamera digital pribadi.

Menariknya, dari hasil penelitian ini ternyata pemilik kamera digital wanita lebih tinggi daripada yang dimiliki oleh pria. Meskipun tingkat kepemilikan partisipan wanita lebih tinggi daripada partisipan pria, tingkat keinginan untuk membeli kamera digital baik pria maupun wanita juga hampir sama. Manajer pemasaran sebaiknya memperhatikan bahwa responden wanita merupakan sekelompok besar pembeli kamera digital di bangkok. Rancangan produk, promosi, dan pengembang sebaiknya tidak mengacuhkan pembeli wanita.

Ketika melihat pada sejumlah responden yang memiliki kamera digital pribadi pada kelompok usia 18-24 dapat disimpulkan sebagai kunci pelanggan potensial di pasar kamera digital Thailand. Menyadari merek dimiliki oleh partisipan usia kurang dari 18 hingga 34 tahun, peneliti menemukan bahwa pelanggan membeli mereka kamera digital yang terkenal di Thailand seperti Sony, Canon dan Fuji. Lebih lanjut, sebagian besar responden tidak memiliki ketertarikan dalam pembelian kamera digital di masa mendatang dan mereka mencari kamera digital dengan harga yang murah ketika mereka ingin membeli kamera digital yang baru. Oleh karena itu, manajer pemasaran sebaiknya merancang dan mengembangkan produk baru untuk menarik pelanggan ini dengan lebih banyak fokus pada harga kamera digital.

Dari hasil penelitian ini, tingkat pendapatan tampaknya mempengaruhi jumlah uang yang dihabiskan, atau bermaksud untuk mendapatkan kamera digital di masa mendatang. Partisipan yang memiliki pendapatan bulanan yang tinggi malah cenderung menghabiskan uang yang lebih sedikit dalam membeli atau merencanakan pembelian kamera digital di masa mendatang. Sebagai contoh, sebagian besar responden yang memiliki pendapatan mulai US $395 hingga $526 bersedia untuk membeli kamera digital dengan rentang harga mulai US $263 hingga $395. Kontrasnya, partisipan yang memiliki pendapatan bulanan yang rendah lebih cenderung menghabiskan lebih banyak uang juga dalam membeli atau merencanakan pembelian kamera digital di masa mendatang. Sebagai contoh, sebagian besar pelanggan yang memiliki pendapatan kurang dari US $263 bersedia untuk membeli kamera digital dengan harga mulai US $263 hingga $395. Lagi, untuk membuat catatan ini, diperlukan strategi pemasaran yang tepat untuk menyasar kepada konsumen dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah.

Sekian dulu yaa??
Kalo mau versi lengkap atau
mau bikin critical review jurnal lain
silakan hub saya
Diana - o85868o39oo9
Ditunggu Ordernya yaaa?
Thanks