Banyan Tree Hotels & Resort



Kasus  1 Banyan Tree Hotels & Resort

Banyan Tree Hotel and resort telah menjadi pemain terkemuka di resort mewah dan spa di Asia. Sebagai bagian dari strategi pengembangan usaha, Banyan Tree telah meluncurkan produk baru dan merek yang termasuk resort, spa, tempat tinggal, keanggotaan klub tujuan, gerai ritel dan bahkan toko cinderamata. Sekarang perusahaan bersiap untuk mengembangkan bisnsis mereka secara agresif ke Amerika, Karibia, Eropa dan Timur Tengah sembari menjaga identitas khas Asia dan citra merek yang kuat dari Banyan Tree.

Merek yang identik dengan vila pribadi, spa taman tropis, dan galeri yang mempromosikan kerajinan tradisional, Banyan Tree Hotels dan resort menerima tamu pertamanya pada tahun 1994 di Phuket, Thailand. Sejak saat itu Banyan Tree telah tumbuh menjadi pengembang terkemuka untuk resort premium, hotel dan spa di Asia Pasifik. Meskipun minim iklan, Banyan Tree meraih pemberitaan global dan kesadaran merek (Brand Awareness) yang tinggi melalui humas perusahaan dan program pemasaran global. Banyak perhatian konsumen yang dihasilkan dari nilai-nilai tanggung jawab social dan praktik bisnis peduli lingkungan social dan alam. Dengan berpegang pada pasar resort mewah menengah, perusahaan memperkenalkan merek baru dan kontemporer—Angsana— pada tahun 2000 untuk mendapatkan basis pelanggan yang lebih luas. Akibat perkembangan pasar resort yang semakin ramai dengan penawaran kompetitif yang sama, yang terpikat oleh keberhasilan Banyan Tree, perusahaan harus memikirkan perluasan usaha dan menjaga identitas perusahaan yang unik. Resort Banyan Tree dan Angsana melakukan perluasan secara geografis di luar Asia dan juga ke pasar hotel di kota besar dunia. Dari sekitar 34 hotel dan resort yang dijadwalkan untuk dibuka dalam tiga tahun ke depan, Banyan Tree menghadapi tantangan untuk menerjemahkan dan mempertahankan keberhasilan merek keramahan Asia ke berbagai segmen pasar dalam skala global.

Latar belakang perusahaan
Pada tahun 2009, Banyan Tree Hotel dan Resort (BTHR) mengelola dan/atau memiliki 25 resort dan hotel, 68 spa, 65 galeri, dan dua lapangan golf di 55 lokasi di 23 negara. Sehak berdiri pada tahun 1994, merek utama perusahaan untuk wisata internasional, perhotelan, desain, dan penghargaan pemasaran, beberapa diantaranya termasuk “best Resort Hotel in Asia PAsifik” (Phuket) Selma empat tahun berturut-turut dari Business Traveller sejak tahun 2002, “Seychelles’Best Resort” dan “Seychelles’ Best Spa” dari World Travel Awards (2003), “Best Hotel for Rooms” (Bangkok) dari UK Conde Nast Traveller (2006). “ best Hotel (Luxury)” (Lijiang) dari Hospitality Design Awards (2007), dan “PATA Gold Award-Ecotourism Project Category” (Bintan) dari Pasifik Asia Travel Association Gold Awards (2008).
BTHR didirikan oleh Hi Kwon Ping, penggemar wisata dan mantan wartawan, dan istrinya Claire Chang, pendukung isu tanggung jawab sosial perusahaan. Sebelum memasuki bsnis hotel dan resort, Ho menghabiskan sekitar 15 tahun mengelola bisnis keluarga, yang mengelola berbagai macam hal, seperti komoditas, produk makanan, elektronik, dan pengembangan property, yang bersaing terutama pada biaya, dan tidak dominan dalam Negara atau industri tertentu, sementara Chang terlibat aktif dalam sosiologi dan isu-isu social. Penutupan pabrik di Thailand satu tahun setelah pembuakaan—karena kalah bersaing dengan produsen berbiaya rendah lainya di Indonesia— adalah pertaruhan terakhir untuk Ho, yang kemudian menyadari bahwa strategi biaya rendah tidak hanya sukit untuk diikuti, tetapi juga tidak akan membawanya kemana-mana. Bertekad untuk merancang sesuatu yang akan memungkinkan perusahaan untuk menjadi price maker, alih-alih price taker, Ho memutuskan bahwa membangun merek yang kuat adalah satu-satnya cara baginya untuk mempertahankan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

Ini hanya versi sampel saja yaa..
Untuk versi komplit atau dibuatkan analisis kasusnya,
silahkan contact 085868o39oo9 (Diana)
Ditunggu ordernyaa.. 

Saduran - Mendelson - Law and the Development of Nations



HUKUM DAN PEMBANGUNAN NEGARA-NEGARA
(Law and the Development of Nations)
WALLACE MENDELSON (2014)
Universitas Texas di Austin
The Journal of Politics, Vol. 32, No. 2 (May, 1970), pp. 223-238

Selama berabad-abad para ahli hukum telah mengejar pengembangan hukum nasional. Baru-baru ini para ilmuwan politik telah mulai mengeksplorasi pengembangan negara-negara. Literatur sudah luas namun sedikit atau tidak ada yang mengakui peran hukum dalam pertumbuhan nasional. Penulis menyarankan bagi mereka yang mungkin ingin mengejar peran penting hukum di negara-negara berkembang.
Profesor Organski meninjau negara-negara modern telah melalui tiga tahap pembangunan politik yaitu politik unifikasi primitif, politik industrialisasi, dan politik kesejahteraan sosial. Pada tahap satu masalah utama adalah integrasi politik “penciptaan persatuan nasional”. Tahap dua adalah pertempuran untuk modernisasi ekonomi dan politik. Dengan demikian fungsi pemerintah utamanya untuk mendorong manajer industri elit baru dan untuk mempromosikan “akumulasi modal.” Akhirnya dalam tahap tiga, pekerjaan kepala pemerintah adalah “melindungi hak orang dari kesulitan kehidupan industri,” oleh program kesejahteraan kesalahan dari tahap sebelumnya.
Saat ini kebanyakan negara-negara masih berada di tahap satu atau dua. Jepang, Eropa Barat, dan Uni Soviet dekat di awal atau akhir tahap ketiga. Amerika Serikat mungkin mendekati apa yang mungkin menjadi tahapan keempat usia itu mungkin memiliki rasa hormat yang lebih besar bagi kehidupan. Hippiedom mungkin pertandanya. Tahap awal tinggi dalam pengorbanan manusia. Masalah besar tahap empat tampaknya adalah kekurangan semangat.
Peran hukum terutama peradilan hukum dalam pengembangan tiga negara-negara modern. Tahap satu, politik unifikasi primitif, dicapai secara resmi di Amerika Serikat ketika mengadopsi Konstitusi. Mungkin kebanyakan orang Amerika pada tahun 1789 menentang Konstitusi dengan alasan menjalankan seluruh berbagai kepentingan sosial-ekonomi-budaya.

Ini hanya versi sampel saja..
Untuk dibuatkan tugas seperti ini, bisa..
Silahkan WA/ Call ke o85868039oo9 (Diana)
Ditunggu ordernya yaa

HPWS AT XEROX CRPORATION




HPWS AT XEROX CRPORATION


Salah satu dari perusahaan besar di Amerika Serikan untuk system alat kerja dengan performa tinggi adalah Perusahaan Xerox (Xerox Company). Perusahaan ini mempekerjakan 85.900 orang di seluruh dunia. Pendapatan Xerox tahun 1995 adalah $16.6 miliar. Keseluruhan hasil adalah pada kualitas total yang diamanatkan kepada manajemen yaitu “meningkatkan kualitas dalam setiap tugas karyawan”. Xerox memajukan wewenang baru tim mereka, yang mereka sebut “kelompok keluarga”. Landasan kelompok keluarga ini adalah untuk meningkakan system kerja yang tinggi diseluruh organisasi jasa perusahaan yang ada diseluruh dunia. Organisasi jasa Xerox mempekerjakan lebih dari 25.000 orang, membuat jasa sebagai sector kedua terbesar di dalam perusahaan, dan manufaktur yang terbesar.
Manajer layanan Xerox menyadari bahwa mereka dapat meningkatkan produktifitas jika tanggungjawab untuk membuat keputusan berjalan lebih dekat dengan hubungan dengan konsumen. Seperti kelompok kerja tak bermesin, perusahaan tumbuh  untuk mendapatkan kelompok yang tidak dapat berfungsi secara efektif kecuali terdapat aspek lain yang merubah perusahaan dengan baik. Karyawan mengeluh bahwa mereka dievaluasi dan diberi hadiah secara individu meskipun telah diatur dalam kelompok. Anggota tim yang tidak menerima jenis informasi yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan. Kepastian Xerox tersebut untuk dipertimbangkan untuk segala system yang dioperasikan oleh tim. Dan system kinerja yang tinggi tersebut telah dibentuk.
Tom Rudi, manajer penelitian untuk layanan konsumen di seluruh dunia Xerox di Rochster, New York, menberikan definisi system kerja yang tinggi sebagai “sebuah pendekatan system untuk desain organisasi yang mengoptimalkan kecocokan antara orang, pekerjaan, informasi, dan teknologi yang dihasilkan dalam memaksimalkan kinerja organisasi seperti mengukur dengan kepuasan konsumen, kepuasan karyawan, dan produktifitas”.
Xerox mempunyai pendekatan yang tegas untuk mengimplementasikan system kinerja yang tinggi diseluruh organisasi. Perusahaan mengakui hal penting pada komunikasi, pelatihan, bantuan, dan penilaian. Mungkin contoh terbaik adalah pada transisi untuk HPWS adalah Ohio Customer Business Unit/ Unit Bisnis Pelanggan Ohio (CBU), yang terletak di Columbus, satu dari tiga puluh tujuh wilayah unit di seluruh dunia.
System kerja yang tinggi tidak di masukkan hanya dalam satu malam, tetapi melalui sebuah proses yang telah diambil dalam waktu sepuluh tahun ini. Beberapa langkah awal adalah rasa takut, yang terutama terdiri dari pelatihan tim yang dinamis dan memberikan kemudahan dalam hal kemampuan. Kemudian, Xerox membuktikan pada analisis dan proses kerja reengineering. Dari proses utama tersebut seperti reabilitas, bagian perencanaan dan fasilitas tim yang telah dianalisis dan didokumentasikan. Disetiap kelompok kerja, proses kepemilikan telah diidentifikasi dan setiap anggota tim menerima peran yang berbeda. 

Pertanyaan
1.     1. Jika kamu menjadi manajer di Xerox, perhatian awal apa yang akan kamu miliki dalam mengimplementasikan system kerja tinggi performa perusahaan? 
2. 2.      Apa peran yang dimainkan oleh teknologi informasi dalam mendukung system kinerja yang tinggi?
3.      3. Mengapa kamu mengharuskan beberapa manajer menentang system yang baru?

Academic Freedom



Academic Freedom

More than several of decades, a great many books, journal and also web with the policies on each country has been published about academic freedom (Nelson, 2010). But, if we had seen towards, today this case is very concern seeing world and human emergency that more and more days have been hidden. Education problems, food and place are being whole problems in some countries. Thing and a problem for to know and do the best ways is could the generations as academician could settle the problems that happens in the world in particular is on the education.
Indonesian’s education has experience constraint on the price and freedom for the children of school age for having education at their school. One of the big problems is at university. University most important and because is the last step for achieve the education; where there is has a potency that should be expanded. But, not only is the potential, the most academic freedom.
Academic freedom in Indonesia still depends with the government funds which as long as now take care of university. So, academic freedom until now are still down of shade and under control by central government. With the basic reason is cost that has been used by university are from government (Irianto, 2012).
If compared with the Asian countries and other countries, education cost in Indonesia is very expensive and too far remainder on the university autonomy. These government desires are clear but narrow down the space motion of university, and learning from the New Order (Orde Baru), teven he states control could destroy the academic freedom and the university autonomy.
Government has desire for increasing the state control of academic freedom and of university autonomy, which has potential for break the rule and human rights, especially of education rights that has been recognized and guaranteed by UUD 1945 and Covenant International of Economic Rights, Social and Culture (Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (KIHESB) (Komunitas Demokrasi, n.d)[1]
Academic freedom is only can be obtainable at university which has autonomy. Inside have the rules and regulators of governance and public accessibility of university. Academic freedom is a professor rights, faculty and researcher they have concerned with the activities for teaching or research. Of course with the university traditions, ethics code, tolerance principle and objectivity. 

REFERENCES

Irianto, Sulistiawati. (2012). Kebebasan Akademik Itu… <http://komunitasdemokrasi.or.id/donation/405-kebebasan-akademis-perspektif-ham>

Komunitas Demokrasi. (n.d). Kebebasan Akademis, Perspektif HAM. <http://komunitasdemokrasi.or.id/donation/405-kebebasan-akademis-perspektif-ham>

Nelson, Charles. (2010). Defining Academic Freedom. <https://www.insidehighered.com/views/2010/12/21/nelson_on_academic_freedom>

Perlu Essay untuk OSPEK?
Kami Siap Bantu!
Silahkan chatt/ WA ke 085868039009 (Diana)
Happy Order