MAKALAH KEPEMIMPINAN DALAM KINERJA ORGANISASI DI MARTHA TILAAR GROUP

 
LATAR BELAKANG
Martha Tilaar Group merupakan perusahaan terkemuka di Indonesia. Terbukti dengan kemampuannya untuk tetap eksis selama 41 tahun memenuhi permintaan wanita Indonesia akan kebutuhan produk kecantikan yang inovatif dan bebas dari bahan kimia. Martha Tilaar Group yang dahulunya hanya salon kecantikan biasa sekarang sudah menjadi perusahaan nasional terkenal dengan rata-rata omset pertahun mencapai Rp. 600 miliar.
Kesuksesan bisnis Marta Tilaar Grup ini tidak lepas peran pemimpin yang memainkan peran kritis dalam membantu organisasi mencapai tujuan yang diharapkan. Selain itu, pemimpin juga merupakan ujung tombak dari organisasi yang pada gilirannya memiliki otoritas paling tinggi untuk mengambil keputusan dalam organisasi.

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana faktor peran kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja organisasi di Martha Tilaar Group?

PEMBAHASAN

Kualitas Kepemimpinan Marta Tilaar
Wanita sebagai pemimpin formal pada mulanya banyak yang meragukan mengingat penampilan yang berbeda dari pemimpin laki – laki, tetapi keraguan ini dapat diatasi dengan keterampilan dan prestasi yang dicapai. Di dalam kepemimpinan baik dilakukan oleh wanita maupun laki – laki memiliki tujuan yang sama hanya saja yang berbeda dilihat dari segi fisik semat a- mata, sebagaimana dikemukakan oleh Kimbal Young (dalam Kartono, 1983 : 40) bahwa

Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu ; berdasarkan akseptasi penerimaan oleh kelompoknnya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus.

Untuk dapat menjadi seorang pemimpin bagi wanita, tidaklah mudah terutama sekali adalah kemampuan yang ada dalam dirinya yang ditunjang oleh latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang yang akan dipegangnya, sehingga untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil terdapat beberapa nilai dasar dalam kepemimpinan, menurut Tilaar (dalam Tan, 1991 : 71 – 72) sebagai berikut :
  • Intelegensi yang relative lebih tinggi daripada yang dipimpin
  • Berpikir positif
  • Kedewasaan social dan cakupan jangkauan yang luas
  • Menjadi panutan yang baik
  • Menjadi pendengar yang baik
  • Keterbukaan dalam berkomunikasi
  • Tidak mudah menyerah.
Strategi Kepemimpinan Martha Tilaar
Strategi kepemimpinan Martha Tilaar yang selalu diterapkan dan diajarkan kepada karyawannya adalah pendekatan emotional trend, di mana dirinya membuat traditional colours menjadi world colours dan fashionable colours. Berdasarkan pendekatan tersebut Martha Tilaar Group berhasil meraih penjualan besar bahkan bisnisnya pernah tumbuh hingga 400%.

Martha Tilaar mempunyai gaya kepemimpinan yang cukup unik, di mana dirinya suka mengumpulkan orang-orang yang lebih pintar untuk berkarya, melalui prinsip My leadership concern is trust, and give oportunity, motivation. Ia memang sadar bahwa dengan mengumpulkan orang-orang terbaik di bidangnya maka akan diperoleh hasil terbaik pula.

Martha Tilaar memiliki gaya kepemimpinan inovatif. Seseorang yang memiliki kepemimpinan inovatif hampir tidak cepat puas dengan kinerja yang dicapai perusahaan. Dia ingin selalu terus belajar dan mencari temuan-temuan baru yang unik. Gagasan-gagasan baru hampir tak pernah berhenti. Hal ini karena rasa ingin tahu begitu besarnya. Kemampuan berimajinasi sangat dominan dalam menciptakan sesuatu yang baru. Pemimpin model seperti ini menyadari tidak mungkin proses penemuan inovasi baru bisa dilakukan sendiri. Karena itu dia selalu mendorong para karyawannya untuk berpikir dan mengembangkan gagasan-gagasan baru yang inovatif. Tidak jarang lalu dibentuk tim inovasi yang anggota-anggotanya terdiri dari karyawan berlatar belakang sesuai dengan kompetensinya.Untuk itu dia membuat suatu road map penelitian yang jelas apa yang ingin dicapai berikut langkah-langkah strategis dan target waktunya.

Sifat Kepemimpinan Martha Tilaar
Martha Tilaar sebagai pendiri MARTA TILAAR GRUP selalu menekankan beberapa hal yang dilakukannya agar memperoleh kesuksesan seperti sekarang. Yang pertama kali harus dimiliki adalah jiwa “DJITU”. Djitu disini adalah jujur, inovasi tekun dan ulet. Sikap ini yang terus ada dalam diri Martha sehingga membawa kesuksesannya sampai dengan sekarang. Mental DJITU ini yang harus dimiliki oleh semua entrepreneurship agar dapat mencapai kesuksesan ditengah dunia yang semakin banyak tantangan. Sebelum memulai usaha juga harus meneliti lingkungan yang ada yaitu dengan melakukan riset pasar agar yang diperbuat oleh perusahaan dapat menarik pasar.

Konsisten adalah kata yang selalu melekat dalam MARTA TILAAR GRUP. Kata ini diterapkan dalam semua bidang baik konsistensi terhadap produknya, konsistensi terhadap semua unsur manusia dan lingkungan yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung kepada MARTA TILAAR GRUP.

KESIMPULAN DAN SARAN
Organisasi yang baik menitikberatkan pada sumber daya manusia untuk menjalankan fungsinya dengan optimal, khususnya saat menghadapi dinamika perubahan lingkungan yang terjadi. Peran kepemimpinan berbeda-beda karena tergantung spesifikasinya.

Peranan Martha Tilaar dalam bisnisnya adalah beliau mampu menjadi ibu bagi para karyawannya. Hal ini terlihat dalam mendorong karyawan agar kreatifyang dilengkapi dengan kebijakan-kebijakan dalam pemberian penghargaan. Karyawan yang punya gagasan bagus, diberikan penghargaan misalnya berupa kesempatan beasiswa untuk menempuh pendidikan formal. Selain itu Martha Tilaar memberi kesempatan kepada karyawan untuk melakukan percobaan-percobaan dalam merancang suatu inovasi secara bersinambung. Kalau pun ditemui kegagalan, Martha Tilaar hanya mengganggapnya sebagai suatu proses belajar menuju keberhasilan. Intinya beliau menganggap tak ada gagasan yang buruk. Bahkan dengan cara ini baik beliau maupun para karyawannya memperoleh wawasan dan perspektif baru. Pada gilirannya akan diperoleh suatu terobosan-terobosan yang memiliki nilai tambah lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Chalagalla, Goutam N and Tasadaduq A Shervani (1996), “Learning and Leadership of Salespeople: The Role of Supervisors, Journal of Marketing Research, Vol XXXV, May, 267-274

House, R. J & Shamir, B, 1993, “Toward an Integration of Transformational, Charismatic and Visionary Theories of Leadership, Leadership Perspectives and Research Directions: p.81-107. New York: Academic Press

Stephen P. Robbin. (1994) “Teori Organisasi Struktur, Desain, dan Aplikasi” Arcan: Jakarta

Yeung, Arthur; Patricia Woolcock and John Sullivan, 1998, “Identifying and Developing HR Competencies For The Future,” Human Resource Planning

Yukl, G. A, 1998, Leadership in Organizationals, 4 Ed. Prince Hall, Upper Saddle River, NJ

Makalah ini cuma versi sampel aja....
Untuk versi lengkap atau 
pembuatan makalah judul lain
Silakan Request Aja Langsung
 
Diana - o85868o39oo9
 
Dijamin Beress & Ga ribet
Thanks..

PAPER - CULTURAL ENVIRONMENT OF KFC IN INDONESIA



Pendahuluan
Adanya pertukaran unsur-unsur budaya karena globalisasi mengakibatkan dampak-dampak yang besar bagi masyarakat. Hal ini merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat menyikapi secara bijaksana. Globalisasi merupakan suatu gejala terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi yang mengikuti sistem nilai dan kaidah yang sama antara masyarakat di seluruh dunia karena adanya kemajuan transportasi dan komunikasi sehingga memperlancar interaksi antar warga dunia.
Meniru Kebudayaan Modern itu terwujud dalam lingkungan yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan kemodernan, tetapi sebenarnya hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah saja, misalnya kebudayaan Kentucky Fried Chicken (KFC).

Akibat Kebudayaan Modern Tiruan ini adalah Konsumerisme: orang ketagihan membeli, bukan karena ia membutuhkan, atau ingin menikmati apa yang dibeli, melainkan demi membelinya sendiri. Kebudayaan Modern Blateran ini, bahkan membuat kita kehilangan kemampuan untuk menikmati sesuatu dengan sungguh-sungguh. Konsumerisme berarti kita ingin memiliki sesuatu, akan tetapi kita semakin tidak mampu lagi menikmatinya. Orang makan di KFC bukan karena ayam di situ lebih enak rasanya, melainkan karena fast food dianggap gayanya manusia yang trendy, dan trendy adalah modern.

Western Culture di KFC Indonesia
Fenomena yang berkembang dalam masyarakat dunia ketiga termasuk Indonesia yaitu adanya kecenderungan terjadinya perubahan gaya hidup (life style), akibat dari ekspansi industri pangan yang dimanifestasikan kedalam bentuk restoran siap saji. Generasi muda lebih suka makan dan menghabiskan waktu ke mall, ke cafe dan tentunya dengan makanan-makanan ala barat atau restoran siap saji, termasuk KFC. Dampak fast-food sampai pada tataran luas yang begitu mendalam pada berbagai posisi bahkan sudah menyampai pada pola hidup dunia, terus meluas pada berbagai tingkat akselerasi .
Ada rasa yang beda ketika mereka memasuki dan makan ditempat-tempat yang identik dengan pangan elit. Tidak hanya rasa tetapi mereka membeli pola dan gaya hidup, agar mereka menjadi orang modern, tetapi juga ada penciptaan norma baru di masyarakat seolah-olah orang akan menjadi udik dan ketinggalan zaman bila belum pernah menyantap pizza, hamburger, dan termasuk KFC. Produk itu dianggap pangan elit oleh sebagian besar masyarakat .
Hal ini diikuti oleh penyebaran atau kampanye budaya konsumtif yang dikemas dalam gaya hidup internasional dan dianggap sebagai simbol modernitas. Perubahan gaya hidup merupakan salah satu akibat dari hegemoni bisnis fast-food terutama McDonald’s, Kentucky Fried Chicken, dan lain sebagainya. Kondisi ini bersentuhan langsung pada pola konsumsi masyarakat sebagai bagian dari gaya hidup, munculnya perilaku konsumtif dan konsumerisme adalah bagian yang tak terpisahkan dari efek ekspansi bisnis fast-food di negara berkembang termasuk Indonesia.

Penyesuaian Budaya Barat dan Indonesia pada KFC Indonesia
-            Penyesuaian Menu
Di Amerika, kebiasaan untuk memakan fast food hanya hamburger dan kentang goreng saja tanpa nasi, ayam, dan sambal. Seperti yang bisa dilihat bahwa di Indonesia ini mayoritas orang – orang golongan menengah yang kurang begitu tertairk dengan kentang dan ayam. KFC melihat ini sebagai peluang dan akhirnya mereka mengadaptasi budaya Indonesia yang makanan pokoknya adalah nasi serta dengan lauk ayam serta disajikan dengan sambal tomat dan cabai.  Selain itu, ada beberapa menu penyesuaian lagi, seperti perkedel, yang merupakan makanan khas orang Indonesia (tentunya perkedel tidak dijumpai di KFC di luar Indonesia) dan ayam goreng spicy dengan rasa yang lebih pedas, mengingat orang Indonesia lebih menyukai makanan yang pedas.

Penutup
KFC merupakan contoh bisnis global yang sudah diterima oleh hampir seluruh negara. Namun, KFC masih perlu memperhatikan perbedaan lokal seperti pendapatan, harga relatif, jaringan distribusi, sejarah, agama, bahasa, kebiasaan, maupun selera. Penyesuaian terhadap kondisi pasar lokal dilakukan KFC dalam lini produknya sehingga beberapa menu juga disesuaikan dengan cita rasa lokal sehingga dapat diterima secara produk maupun budaya.

Daftar pustaka
Suseno, Franz Magnis. 1992. ”Filsafat Kebudayaan Politik”. Penerbit Gramedia Pustaka Utama; Jakarta.

“Feneomena konsep kebudayaan” diakses melalui google.com pada tanggal 10 Juni 2011 pukul 23.06

 Paper ini cuma versi sampel
Untuk versi lengkap atau
Mau bikin Paper mengenai
General Business Environment lainnya
tinggal request aja....
Diana - o85868o39oo9
Pokok'e Beresss..
Ditunggu Ordernya yaaa?
 

ESSAY MANAJEMEN PERUBAHAN - MERGER HP COMPAQ



Kisah Tentang Perubahan Hewlett Packard: Mengelola Suatu Merger
Sekitar pukul tujuh pagi pada tanggal 19 Maret 2002, CEO  Carly Fiorina dan CFO Bob Wayne pemilik Hewlett Packard sedang bebincang-bincang di telepon dengan Deutsche Bank mencoba untuk melakukan upaya terakhir untuk meyakinkan mereka untuk sepakat memutuskan’ ya’. Setelah pengumuman usulan merger yang dilakukan pada bulan September 2001, Walter Hawlet, putra dari asisten pendiri HP, telah resmi menyatakan menentang terhadap usulan tersebut, yang membutuhkan persetujuan dari pemegang saham. Fiorina dan timnya menghadapi pertentangan yang serius dan terakumulasi terhadap upaya merger, akan tetapi ada juga yang anggota dewan direksi perhatian terhadap pertumbuhan masa depan HP jika persetujuan ditolak.
Sewaktu mengawali usulan merger, HP merasa percaya diri bahwa putusan sepakat ya oleh Deutsche Bank merupkan hal yang meyakinkan. Perwakilan Deutsche Bank, seperti George D.Elling, telah menjadi pendukung pertama terhadap merger dan dilaporkan bahkan telah memberi HP kontrak senilai US$ 1 juta untuk membuka rencana pemilihan terhadap institusi lain. Kata berubah dalam pemikiran Deutsche Bank memang disampaikan oleh Wayman, namun kenyataannya, mereka mengubah kembali keputusan mereka. Tim Deutsche Bank memutuskan bahwa kegagalan untuk melanjutkan merger akan menjadi lebih buruk daripada merger itu sendiri. Pada tanggal 19 Maret 2002, merger disetujui melalui voting yang dilakukan pemegang saham- hasilnya tampak akan menjadi lebih sulit yang telah mengkondisikan Deutche Bank untuk tidak mendukung merger.

Sebelum Merger
Kembali pada tahun 1999 ketika Fiorina bergabung dengan HP, perusahaan dalam keadaan yang sangat membutuhkan bimbingan. Bagian divisi komputer pribadi (PC Desktop) menghadapi kompetisi yang sedang bertumbuh, tenaga penjualan memerlukan koordinasi yang lebih baik dan perusahaan kehilangan kekuasaan pasar  untuk bersaing dengan system Dell dan Sun Micro. Fiorina menggabungkan organisasi dengan aspirasi dan tekanan external, untuk mengubah bagaimana hal ini berfungsi. Dalam pandangan Fiorina, budaya HP dapat diubah dengan “kembali pada akar permasalahan”. Salah satu cara yang dilakukan Fiorina untuk mencapai hal tersebut adalah dengan bekerjasama dengan agen periklanan lokal dan pimpinan dari Sumber Daya Manusia untuk menciptakan suatu ketetapan “Aturan dari Garasi” yang membentuk  keadaan seperti apa  yang  Fiorina harapkan dari budaya yang ada di HP. “Pelanggan mendefinisikan pekerjaan yang terlaksana dengan baik” dan “menciptakan cara kerja yang berbeda” menjadi penanda terhadapa arah dan aspirasi perusahaan.
Para pelanggan ini menginginkan paket lengkap yang mencakup kebutuhan mereka secara keseluruhan. Sejalan dengan unit operasional yang tidak komunikatif dalam HP, Fiorina mengorganisasikan kembali perusahaan ke dalam ”bentuk kuadran”, menciptakan dua bagian depan-belakang yang terdiri atas penjualan dan  pemasaran dan dua fungsi “belakang-akhir” dimana produksi dan penelitian  berlangsung. Ada sesuatu yang sungguh-sungguh, tetapi tidak kelihatan,  yang merupakan kekuatan pegawai untuk melakukan perubahan. Visi Fiorina terhadap HP yaitu menciptakan hubungan dengan para pelanggan yang mungkin akan tampak baik, akan tetapi sebagai suatu perubahan yang radikal, hal ini tidak begitu ditanggapi dengan baik oleh beberapapihak yang merupakan bagian dari sistem HP.

Paska Merger   
Sebagai akibat dari merger, ada permasalahan hukum yang menentang merger dan mencoba untuk menggagalkan merger tersebut, Fiorina menangani begitu banyak tugas yang terbentang di hadapannya. Kesatuan dari kedua budaya perusahaan dipersulit oleh hubungan yang tegang yang terjadi antara Fiorina dengan stafnya sendiri yang mengkspresikan bentuk keseriusan terkait dengan manfaat dari merger. Walaupun merger telah dilakukan oleh HP dan Compaq, masih banyak karyawan yang tidak menyadari gerakan HP yang paling beresiko, antara lain dihadapkan dengan pemutusan hubungan kerja yang dihasilkan dari merger tersebut. Perusahaan menghadapi tantangan dengan cara persaingan yang sangat signifikan baik dari Dell dalam bisnis PC dan IBM sebagai penyedia layanan.

Essay ini cuma versi sampel aja.
Untuk versi lengkap / full
Atau mau bikin essay judul lain
Silakan order langsung:
Diana - o85868o39oo9
Ditunggu ordernya yaa?
Thanks..                    


STUDI KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS - SUAP PAJAK PT EASMAN CHRISTENSEN


 PENDAHULUAN
September Tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono terbukti menyuap aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu. Untuk menyiasati pengeluaran ini, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York.
Kasus penyuapan pajak ini terkuak dari, Penasihat Anti Suap Baker ternyata yang khawatir dengan perilaku anak perusahaannya. Maka, untuk mengantisipasi resiko risiko lebih besar, Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat para eksekutifnya.
Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas. Namun, oleh karena permohonan aker dan itikad baiknya telah melaporkan kasus ini secara sukarela, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan.

LANDASAN TEORI
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi termasuk dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan menurut Arens Loebbecke (1996:1).
Secara umum pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa audit adalah proses secara sistematis yang dilakukan oleh orang berkompeten dan independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Dalam melaksanakan audit faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah:
  1. Dibutuhkan informasi yang dapat diukur dan sejumlah kriteria (standar) yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengevaluasi informasi tersebut.
  2. Penetapan intetitas ekonomi dan periode waktu yang di audit harus jelas untuk menentukan lingkup tanggung jawab auditor.
  3. Bahan bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi tujuan audit.
  4. Kemampuan auditor memahami kriteria yang di gunakan serta sikap independen dalam mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan yang akan diambilnya.

PEMBAHASAN
Kasus suap pajak ini seharusnya tidak boleh terjadi, apabila setiap akuntan mempunyai pengetahuan, pemahaman dan menerapkan etika secara mendalam dalam pelaksanaan pekerjaan profesionalnya. Pekerjaan seorang profesional harus dikerjakan dengan sikap profesional pula, dengan sepenuhnya melandaskan pada standar moral dan etika tertentu. Kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka terhadap persoalan etika juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada. Sebuah kasus ironis, oleh karena pengungkapannya justru dilakukan oleh pemegang otoritas pasar modal Amerika Serikat (SEC).
Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono juga melibatkan kantor akuntan publik yang dinilai terlalu memihak kepada kliennya. Pada kasus ini, prinsip- prinsip yang dilanggar yaitu antara lain:
  1. Prinsip integritas. Akuntan yang telah berusaha menyuap untuk kepentingan klien seperti pada kasus di atas dapat dikatakan tidak jujur dan tidak adil dalam melaksanakan tugasnya. Selain prinsip tersebut, akuntan juga telah melanggar prinsip obyektivitas hingga ia bersedia melakukan kecurangan. Di sini terihat bahwa ia telah mengabaikan integritasnya sebagai akuntan publik.
  2. Prinsip Obyektifitas. Dalam hal ini KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono bersikap tidak objektif, karena cenderung berat sebelah untuk membela kepentingan kliennya, PT Easman Christensen agar mendapatkan keringanan pembayaran pajak, dan kemudian akuntan mengusulkan pada PT Easman Christensen untuk menyuap pejabat pajak Indonesia. Hasilnya adalah kewajiban pajak yang seharusnya $3,2 juta menyusut menjadi hanya $270 ribu saja.
  3. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional. Dalam hal ini, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono tidak berlaku dengan hati-hati karena tidak mempertimbangkan efek buruk yang terjadi atas tindakan yang dilakukannya, yaitu kerugian yang harus ditanggung oleh negara demi keuntungan kliennya dan kelangsungan jasa akuntannya agar digunakan terus oleh kliennya, PT Easman Christensen. Kemahiran profesionalnya tidak digunakan untuk tindakan yang positif, tetapi mengarah ke perbuatan negatif, yaitu mengelabuhi, mengakali, dan menyuap petugas pajak, sehingga hal tersebut jelas dinilai sangat tidak professional.
  4. Prinsip Perilaku Profesional. Dalam hal ini, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono jelas-jelas melanggar prinsip-prinsip profesional, karena:
  • Menyarankan hal yang tidak seharusnya dilakukan kepada kliennya, yaitu melakukan penyuapan demi mendapatkan keringanan pembayaran pajak.
  • Bersekongkol dengan pihak ketiga (petugas pajak) untuk kepentingan klien dan organisasinya, yang berakibat pada kerugian negara dari sektor pajak.
  • Tindakan yang dilakukan KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono berkaitan dengan hal-hal benturan kepentingan.

KESIMPULAN
Kasus yang dilakukan oleh KPMG-Siddharta Siriddharta & Harsono terhadap kliennya PT. Easman Christensen telah melanggar prinsip-prinsip etika yang digariskan dalam kode etik akuntansi, yaitu prinsip integritas, objektivitas, Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional, dan prinsip perilaku profesional. Tindakan menyarankan klien untuk menyuap petugas pajak merupakan tindakan yang tidak etis bagi seorang akuntan, dimana seorang akuntan seharusnya bertindak jujur dan mengikuti kaidah-kaidah yang ada, termasuk mengatur kewajiban tentang pajak. Akan kesalahannya itu, KPMG-Siddharta Siriddharta & Harsono dan Baker nyaris terseret ke pengadilan distrik Texas.

DAFTAR PUSTAKA
Arens, A. A., dan Loebbecke, J. K. (1996). Auditing, buku-1. Diterjemahkan oleh Amir. Abadi Jusuf. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Bayles, Michael D. 1981. Professional Ethics, California: Wadsworth Publishing Company.

Behrman, J.N. 1988. Essays on Ethics in Business and the Professions. Prentice Hall.

Jusup, Al Haryono, 2001, Auditing (Pengauditan), Yogyakarta : STIE YKPN.

Sihwahjoeni dan M.Gudono, 2000, Persepsi Akuntan terhadap Kode Etik Akuntan. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.3, No.2, Juli : 168-184. 

Makalah ini cuma versi sampel aja
Untuk versi lengkap atau
butuh makalah judul lain.
Langsung request aja..
Diana - o85868o39oo9
Dijamin Beresss
Thanks...
Ditunggu ordernya yaa....