Tampilkan postingan dengan label jokowi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jokowi. Tampilkan semua postingan

Menjelang Pilpres 2019: Komunikasi Politik Paslon 01 (Jokowi-Ma’ruf Amin) untuk Kaum Milenial


Menjelang Pilpres 2019: Komunikasi Politik Paslon 01 (Jokowi-Ma’ruf Amin) untuk Kaum Milenial

Pendahuluan
Generasi millennial adalah terminologi yang saat ini banyak diperbincangkan. Millennials (juga dikenal sebagai Generasi Millenial atau Generasi Y) adalah kelompok demografis (cohort) setelah Generasi X. Dan jika ditelaah lebih jauh, berdasarkan catatan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), jumlah pemilih pemula untuk Pemilu 2019 ini jumlahnya mencapai 5 juta jiwa. Artinya, sekitar 40 persen dari jumlah DPT berasal dari generasi milenial dan 6,3 persen diantaranya adalah pemilih pemula yang baru pertama kali memilih pada tahun ini (Rahman, 2019). Dengan jumlah yang sekian banyak tentu bukanlah yang aneh jika saat ini berbagai Partai Politik (Parpol) saling berlomba-lomba untuk kemudian menarik perhatian mereka.
Terlepas dari itu semua, setiap partai politik yang tergabung sebagai pendukung masing-masing calon, maupun calon presiden dan wakil presiden itu sendiri, pada masa kampanye ini selalu berusaha keras untuk menarik suara rakyat, meningkatkan elektabilitas mereka sehingga dapat memenangkan pertarungan di hari pemungutan suara nanti. Tidak terkecuali memperebutkan suara para generasi milenial yang digadang-gadangkan sebagai sumber suara yang cukup banyak. Maka dari itu, dalam makalah ini, akan di bahas seperti apa komunikasi politik yang dilakukan untuk menarik kaum milenial tersebut, dimana ini di fokuskan pada komunikasi politik Paslon 01 (Jokowi-Ma’ruf Amin), yang tentunya di sertai dengan partai-partai pendukungnya.
Pembahasan
1.      Pengertian Komunikasi Politik
Komunikasi politik merupakan proses penyampaian pendapat, sikap dan tingkah laku orang, lembaga, atau kekuatan politik, dalam rangka mempengaruhi pengambilan keputusan politik. Secara fleksibel, komunikasi politik merupakan komunikasi yang mengacu pada kegiatan politik (Nimmo, 2007).Dalam komunikasi politik, sesungguhnya setiap aspek memiliki peran tersendiri, walaupun tetap memiliki hubungan secara langsung ataupun tidak langsung dalam aplikasinya.

2.      Perebutan Suara Generasi Milenial
Menjelang Pilpres 2019, kalangan milenial disebut-sebut merupakan sasaran utama kedua kubu. Tidak hanya itu, banyak cara-cara lain yang di lakukan oleh kedua kubu untuk memperebutkan suara kaum milienial yang setidaknya mencapai 40 persen dari seluruh jumlah DPT, yang 6,3 persen diantaranya adalah pemilih pemula (Rahman, 2019), yang mana ini sudah hampir separuh dari total DPT. Namun, tentu tidak mudah dalam menggaet suara para kaum meilenial ini, perlu berbagai inovasi-inovasi dan strategi yang jitu untuk merebut hati mereka. Partai Politik yang kaku, belum tentu bisa merebut simpati mereka (Himawan, 2018). Sebab pada dasarnya kaum milenial ini memiliki ciri khas dan karakter yang unik sehingga tidak mudah untuk mempengaruhi pola pikir mereka, sehingga para politikus harus bekerja ekstra keras untuk mampu menarik perhatian para kaum milenian ini nanti di agenda Pilpres 2019.
3.      Cara Komunikasi Politik Paslon 01 (Jokowi-Ma’ruf Amin) untuk menyasar Kaum Milenial
a.      Mengikuti Gaya Kaum Milenial
Suara kaum melinial merupakan target dari kedua Paslon Pilpres 2019. Dalam hal ini, Paslon 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin, memiliki cara tersendiri untuk mewujudkan tujunnya dalam enarik kaum milenial. Salah satunya adalah apa yan telah di lakukan oleh Jokowi sendiri juah sebelum memasuki masa-masa panas pemilihan umum. Salah satunya adalah dimana Jokowi mempresentasikan dirinya seperti layaknya kalangan milenial, meskipun sebenarnya ia bukan termasuk bagian dari generasi milenial itu sendiri. Cara Jokowi mempresentasikan dirinya layaknya kaum milenial dalam hal ini adalah melalui penampilannya, salah satunya ditunjukkan pada 8 April 2018 lalu, Presiden Jokowi tampil beda di Sukabumi, Jawa Barat. Selain itu, Joko Widodo sendiri tampil dengan gaya busana santai saat mendaftarkan diri ke KPU dan melakukan test kesehatan di RSPAD Gatot Subroto Jakarta.
b.      Menggunakan media sosial untuk menarik atensi pemilih muda
Perkembangan teknologi komunikasi telah merambah kehidupan umat manusia. Salah satu bentuk perkembangan teknologi komunikasi adalah media baru (new media)yang kemudian melahirkan media sosial. Dunia politik juga tak lepas dari pengaruh perkembangan media baru dan media sosial. Oleh sebab itum untuk dapat menyampaikan pesan-pesan tertentu selama masa kampanye, Paslon 01 (Jokowi-Ma’ruf Amin) juga menanfaatkan media sosial. Dari Kubu 01 ini,tim Jokowi-Ma'ruf melaporkan akun media sosial di Facebook, Twitter, Instagram dan Youtube. Akun ini adalah akun pasangan calon, bukan akun pribadi(Iqbal, Pristiawan, & Teresia, 2018).
c.       Melibatkan Kalangan Mudadan Sosok Berpengaruh di mata kalangan Milenial
Dalam hal ini, untuk meningkatkan elektabilitas, khususnya dimata kalangan generasi milenial, kubu Paslon 01 meningkatkan keterlibatan kalangan muda dalam kampanyenya, baik dalam ranah penyusunan tim sukses, maupun keterlibatan pada kader-kader muda dari setiap Parpol pendukung. Salah satu contoh keterlibatan kalangan muda yang dilakukan oleh Paslon 01 adalah ditandai dengan adanya kader-kader muda yang ikut diajukan sebagai calon legeslatif (caleg) oleh para parpol pengusungnya.
.
d.      Direktorat Khusus Untuk Menggarap Pemilih Generasi Milenial Dalam Tim Sukses
Tim sukses Paslon 01, Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin kini telah membuat Direktorat Milenial untuk menggaet generasi muda. Dan agar seimbang, untuk menggaet suara generasi tua dini merupakan tugas untuk para relawan Jokowi-Ma'ruf Amin (Hidayat & Permadi, 2018). Mesipun tidak dijelaskan secara rinci strateggi apa yang akan di lakukan oleh Tim Direktorat Milenial ini, namun secara jelas tugasny adalah untuk menarik suara untuk kaum milenian sesuai dengan manya. Bersamaan dengan itu, kehadiran Erick Thohir juga mampu untuk menyusun strategi-strategi khusus untuk menggaet suara kaum milenial.
Kesimpulan
            Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka dala hal ini dapat disimpulkan bahwa menjelang Pilpres 2019, generasi milenial saling di perebutkan oleh kedua pasangan calon yang akan mengikuli pemilihan nati. Hal ini disebabkan karena, seiring dengan perkembangan jaman, gemerasi milenial memiliki konstribusi tertentu untuk masa depan. Bersamaan dengan itu, jumlah mereka yang mencapai angka 40 persen dari total DPT, menjadi target yang harus dimenangkan oleh masing-masing kubu. Berkaitan dengan hal ini, sebagai langkah komunikasi politik, banyak yang telah dilakukan oleh Pasangan Calon 01 untuk menggaet suara kaum milenial, beberapa diantaranya adalah dengan cara menciptakan cerminan diri paslon yang identik dengan kaummilenial meskipun dirinya bukan merupakan bagian dari kaum milenial itu sendiri.



Ini hanya versi sampelnya saja ya...
Untuk file lengkap atau mau dibuatkan custom, silahkan PM kami ke

WA 0882-9980-0026
(Diana)

Happy order kakak ^^

Potensi Acara “Debat Capres” dalam Mempengaruhi Elektabilitas Politik



Potensi  Acara “Debat Capres” dalam 
Mempengaruhi Elektabilitas Politik
 

1.      Pendahuluan
Tahun 2019 ini adalah tahun yang sangat menentukan bagi kehidupan politik Indonesia di masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan 2019 dapat dikatakan saatnya pesta demokrasi. Pada tahun ini akan menjadi tahun terakhir bagi presiden kita untuk memimpin Negara setelah dilantik pada tahun 2014 silam serta akan dilakukan pemilihan pemimpin baru yang akan menjadi gantinya. Tentu saja ini sangat menyita perhatian sebagian besar rakyat Indonesia karena dengan pemilihan umum, rakyat diminta untuk memilih pemimpin terbaik yang menurut mereka dapat memimpin Negara ini menjadi Negara yang semakin baik dalam segala segi seperti ekonomi, pembangunan, penegakan hukum dan lain sebainya. Rakyat memiliki kebebasan memillih siapa dari calon-calon yang diajukan yang kira-kira mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dengan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu; membentuk suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum/bersama; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut berperan aktif dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kedilan sosial. (Pembukaan UUD).
Untuk itu, masyarakat memiliki kewajiban moral untuk memilih pemimpin yang terbaik, karena ia akan menjadi wakil rakyat selama selama 1 periode pemerintahan yaitu 5 tahun. Ketika rakyat tidak mamapu memilih yang terbaik, maka akibatnya akan merugikan Negara beserta isi-isinya. Maka dari itu rakyat harus jeli dalam memilih calon yang terbaik. Untuk mengetahui mana calon yang terbaik, ada berbagai macam cara, salah satunya yaitu dengan mengetahui latar belakang dan rekam jejak masing-masing calon yang diajukan. Selain itu, cara yang semakin menarik semua kalangan masyarakat adalah “Debat Capres”. Hampir setiap warga di Indonesia menanti-nanti jadwal Debat Capres dan menontonnya. Acara ini terbukti sangat diminati guna mengetahui bagaimana pola pikir calon capres dan cawapres, bagaimana mereka memecahkan masalah yang dihadapkan pada mereka dan mengetahui visi misi masing-masing calon capres dan cawapres. Dengan begitu kita dapat menilai kira-kira mana pemimpin yang layak untuk menjadi pengganti pemimpin yang sekarang.
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah ketika debat capres ini telah menarik banyaknya perhatian masyarakat, apakah dengan begitu elektabilitas politik akan terpengaruhi atau tidak. Seperti diketahui, dalam debat capres terdapat argument-argumen yang dilemparkan oleh masing-masing pasangan calon dan wakil calon presiden, hal ini tentu akan menjadi penilaian public. Maka dari itu, dalam tulisan ini saya akan menjelaskan potensi acara debat capres dan cawapres ini dalam mengubah elektabilitas politik.
2.      Pembahasan
a.       Acara “Debat Capres” di Indonesia
Ajang debat capres dalam  rangka mengenalkan  calon presiden menjadi acara yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat luas. Debat diharapkan dapat memperlihatkan visi misi capresdan cawares  sekaligus mengetahui apakah mereka menguasai isu yang dibahas atu tidak. Pengertian debat itu sendiri adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri. (Basariyadi, 2017). Maka dari itu, dalam sebuah acara debat setiap pasangan debat akan menyusun argument-argumen mereka dan mendebatkannya untuk melawan argument lawan. Debat merupakan rangkaian kegiatan pilpres yang bukan hanya bersifat ritual untuk memenuhi aturan prosedural UU Pemilu, melainkan juga sangat penting untuk menguji kapasitas dan ketajaman visi-misi masing-masing kandidat dalam memroyeksikan Indonesia ke depan.
Skema debat kandidat pasangan capres-cawapres Pemilu 2019 adalah sebgai berikut (Lazuardi, 2018):
a.       Jadwal
·         Debat ke 1 antar capres-cawapres (17 Januari 2019
·         Debat ke 2 antar capres (17 Februari 2019)
·         Debat ke 3 antar cawapres (17 Maret 2019)
·         Debat ke 4 antar capres (30 Maret 2019)
·         Debat ke 5 antar capres-cawapres (masih tentatif)
b.      Lembaga Penyiaran:
·         Debat 1 TVRI, RRI, Kompas TV dan RTV
·         Debat 2 MNC Group
·         Debat 3 Trans TV, Trans 7, CNN Indonesia
·         Debat 4 Metro TV, SCTV, Indosiar
·         Debat 5 TV One, ANTV, Berita Satu dan Net TV
c.       Tema setiap debat:
·         Debat ke 1 (Hukum, HAM, Korupsi, Terorisme)
·         Debat ke 2 (Energi dan Pangan, SDA dan lingkungan hidup, infrastruktur)
·         Debat ke 3 (Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sosial dan Kebudayaan).
·         Debat ke 4 (Ideologi, Pemerintahan, Hankam, Hubungan Internasional)
·         Debat ke 5 (Ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan dan investasi, perdagangan dan industri). 


Artikel ini adalah versi sampel saja.
Untuk versi lengkap atau
bisa juga tugas custom, based on request
silahkan WA ke 085-8680-39009 (Diana)
Ditunggu ordernya kakak :))