Tampilkan postingan dengan label eropa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label eropa. Tampilkan semua postingan

Kejahatan Transnasional di Kawasan Eropa


Kejahatan Transnasional di Kawasan Eropa
A.    Pendahuluan
Kejahatan transaksional atau yang disebut pula dengan nama kejahatan lintas negara merupakan salah satu bentuk kejahatan yang menjadi ancaman serius  terhadap keamanan dan kemakmuran global, sebab kejahatan ini sifatnya yang melibatkan berbagai negara (Kemlu, 2019). Dalam hal ini, kejahatan transnasional telah menjadi isu yang sangat besar dalam dunia internasional selama beberapa dekade terakhir. Beberapa contoh bentuk kejahatan transnasional yang terjadi diantaranya adalah pencucian uang, penyelundupan obat terlarang, penyelundupan manusia, terosrisme, penyelundupan senjata api adalah contoh dari transaksi ilegal yang dilakukan oleh kelompok kejahatan terorganisir untuk hal-hal tersebut atau keuntungan lainnya dengan mengorbankan seluruh masyarakat global (Harkriswono, 2004).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kejahatan transnasional dapat terjadi di berbagai belahan dunia dan negara manapun, termasuk di dalamnya adalah di Kawasan Eropa. Kawasan eropa merupakan kawasan di mana negara-negara berada di bagian belahan dunia Benua Eropa. Negara-negara dikawasan Eroapa ini dibagi menjadi beberapa sub-region, yaitu Eropa Timur, Eropa Utara, Eropa Selatan dan Eropa Barat. Totalnya ada sekitar 45 negara yang berada dalam kawasan ini (Dickson, 2019). Sehubungan dengan hal ini, maka dalam makalah ini akan di bahas mengenasi isu kejahatan transnasional yang berada di di Kawasan Eropa ini. Mengingat bahwa meskipun sebagian besar negara di Kawasan Eropa Ini telah tergabung dalam sebuah organisasi kerja sama seperti Uni Eropa, isu-isu tentang kejahatan transnasional mash dapat terjadi pula. Aktivitas-aktivitas illegal masih dapat terjadi diantara negara satu dengan negara lainnya di Kawasan Eropa ini.

B.     Pembahasan
Definisi keamanan berubah seirng dengan berjalannya waktu, khususnya pasca perang  dingin. Pengertian keamanan  tidak  hanya  menyangkut tentang keamanan dibidang militer saja, melainkan berkembang menjadi keamanan non militer. Oleh sebab itulah muncul adanya suatu isu keamanan yang menyangkut tentang kejahatan transnasional (Transnational Crime).  Terjadinya kejahatan transnasional pada dasarnya mengakitbatkan banyak kerugian maupun korban lintas negara. Hal ini dapat terjadi kerena adanya suatu jaringan aktor yang tersebar baik di negara asal, negara tujuan, maupun  di negara  korban berada (Rismawanharsi, 2012). Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, secara  umum,  kejahatan  ini  melibatkan kelompok-kelompok  organisasi  kriminal  dan  oleh  karena  itulah  muncul  istilah organisasi  kejahatan  terorganisir. Dalam ranah Hubungan Internasional, kejahatan ini sering disebut dengan nama Transnational Organized Crime (TOC) (Perwita & Yani, 2006).
Kejahatan transnassional yang terorganisasi seperti ini juga terjadi di Kawasan Eropa, dan ini juga telah menjadi ancaman bagi warga negara Eropa baik dalam kalangan bisnis, lembaga negara maupun perekonomian negara secara keseluruhan (European Commission, n.d.). Dapat di katakan bahwa kejahatan transnasional terorganisir di Eropa, terdapat dua sisi pandangan. Pertama, kejahatan transnasional adalah masalah internal dalam bentuk kejahatan lintas batas yang menghubungkan negara-negara di Eropa. Pada saat yang sama, ini merupakan aspek dari lanskap global kejahatan lintas batas. Kaitannya dengan permasalahan internal, dalam tulisannya, Klaus von Lampe (2014), menyatakan bahwa kejahatan yang terjadi di Kawasan Eropa Ini Eropa sebagian besar dibingkai sebagai ekspresi dari perbedaan sosial ekonomi antara Eropa Barat di satu sisi dan negara-negara bekas Blok Soviet dan Balkan di sisi lain. Berkaitan dengan masalah ini ada suatu batas tertentu untuk setiap kejahatan transnasional yang terjadi yang didefinisikan oleh poros Timur-Barat.
Berhubungan dengan hal ini, maka dapat dikatakan bahwa penjahat dengan mudah beroperasi lintas batas, yang menciptakan adanya suatu kebutuhan akan tindakan yang konsisten dan tepat dari Eropa. Oleh karena itulah, Uni Eropa sebagai organisasi internasional yang menaungi berbagai permassalahan di kawasan Eropa, sekaligus seabagai organisassi yang mendominasi berbagai aktivitas penting di kawasan ini secara terus-menerus menyesuaikan responsnya sehubungan dengan semakin kompleksnya situasi. Ini juga tercermin dalam pengembangan lembaga Uni Eropa khusus, seperti Europol, Eurojust dan CEPOL (European Commission, n.d.).
C.    Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat di katakan bahwa kejahatan transnasional atau kejahatan lintas batas bukanlah yang yang baru, dan ini telah menjadi ancaman global, terlebih kini kejahatan ini telah teroganisir, melibatkan berbagai organisai besar yang melakukan bisnis-bisnis gelap demi mencapai keuntungan tertentu. Dalam hal ini negara-negara di Kawasan Eropa juga tidak bisa terlepas dari tindakan kejahtan ini. Untuk mencegah bahaya kejahatan transnasional ini, pihak Uni Eropa, selaku pihak yang mendominasi untuk semua aktivitas bisnis dan perdagangan di kawasan Eropa, telah melakukan upaya untuk menanganni kasus-kasus ang seperti ini, bebeerapa diantranya dalah di ciptakan berbagai lemabga yang dapat membantu dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan tentang kejahatan transnasional ini, seperti adanya Europol, Eurojust dan CEPOL.



Ini hanya versi sampelnya saja ya...
Untuk file lengkap atau mau dibuatkan custom, silahkan PM kami ke

WA 0882-9980-0026
(Diana)

Happy order kakak ^^

Dampak Ekonomi Terorisme di Eropa


Dampak Ekonomi Terorisme di Eropa
A.    Pendahuluan
Terorisme merupakan aksi yang terencana atau ancaman yang menggunakan kekerasan oleh individu atau kelompok subnasional untuk mendapatkan tujuan politik atau sosial yang dilakukan melalui intimidasi dari audiens yang besar, yang berdampak pada korban langsung. Meskipun motif yang melandasi aksi terorisme beragam, akan tetapi tindakan para terorisme selalu mengikuti pola standar dengan insiden teroris dengan asumsi yang terdiri dari pembajakan pesawat, penculikan, pembunuhan, ancaman, pemboman, dan serangan bunuh diri.
Serangan terorisme yang terjadi di negara-negara Eropa dalam beberapa tahun belakang ini mengalami peningkatan. Negara-negara di Eropa telah menjadi sasaran target yang sering diserang oleh kelompok-kelompok teroris. Hal ini disebabkan karena berdasarkan pada faktor geografis dimana perbatasan negara-negara Eropa yang dekat dengan negara-negara dari benua Asia dan Afrika, sehingga terjadi bentrokan budaya dan ideologi yang, apabila dianut secara ekstrim oleh beberapa pihak, menyebabkan tindakan terorisme. Bukan hanya itu saja kebijakan yang diambil oleh Uni-Eropa mengenai Schengen-Visa juga menjadi penyebab semakin tingginya jumlah serangan yang dilakukan, karena kelompok teroris dapat dengan mudah keluar masuk ke dalam negara-negara di Eropa dengan menggunakan visa tersebut (Narendra, 2018). Berdasarkan pada latar belakang di atas, tulisan ini akan membahas tentang isu terorisme yang terjadi pada negara-negara di Eropa, hal-hal yang menyebabkan semakin tingginya aksi terorisme serta dampak ekonomi dari aksi terorisme yang terjadi pada negara-negara di Eropa.
B.     Pembahasan
1.      Penyebab terorisme di Eropa
Meskipun terdapat berbagai peristiwa teroris yang mempengaruhi negara-negara Eropa dalam beberapa tahun belakangan ini.  Sejak tahun 1970-an beberapa negara Eropa mengalami serangan yang dilakukan oleh berbagai kelompok etno-nasionalis dan separatis, termasuk ETA di Spanyol dan IRA di Inggris. Selain itu terdapat pula serangan teror dari kelompok-kelompok teroris sayap kiri, seperti Red Brigades di Italia dan Red Army Faction di Jerman Barat. Selain itu, kelompok-kelompok yang berasal dari Timur Tengah, termasuk Black September, melakukan serangan teroris dalam upaya untuk mempengaruhi kebijakan luar negeri Eropa. Pada 1970-an, terdapat peningkatan besar jumlah insiden teroris di Eropa Barat, dan 1979 menjadi tahun puncak untuk jumlah insiden yang dicatat. Meskipun tidak ada satu peristiwa pun di tahun 1970-an hingga 1990-an yang sebesar kasus terorisme 9/11, pada tahun 2004 terdapat aksi terorisme yang menjadi salah satu yang terbesar di Madrid yang dilakukan di kereta yang dikenal dengan pengeboman kereta Madrid 2004 (Kaunert & LĂ©onard, 2019).
Peran pembangunan sosial-ekonomi telah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat terorisme yang terjadi di suatu negara. Freytag et.al. (2011) dapat menemukan bahwa peluang teror tidak hanya bergantung pada variabel politik dan demografi tetapi juga sosial-ekonomi. Kemunculan terorisme dapat bergantung pada serangkaian variabel yang mencerminkan lingkungan sosial ekonomi teroris dan pendukung mereka, yang mendasari hipotesis bahwa kondisi sosial ekonomi yang buruk dapat mendorong terjadinya terorisme. Alasan ini juga berlaku untuk kasus terorisme nilai tertinggi, karena teroris yang termotivasi oleh nilai-nilai tertinggi misalnya adalah terorisme yang dilakukan oleh ekstremis agama mungkin tidak terombang-ambing dengan mudah oleh perbaikan sosial-ekonomi. Mereka juga berpendapat bahwa bahkan dalam kasus terorisme dengan nilai tertinggi, pendekatan biaya peluang untuk terorisme kemungkinan akan berlaku untuk para teroris  yang sangat penting bagi terorisme. Faktor-faktor yang membantu meningkatkan biaya peluang terorisme misalnya pembangunan sosial-ekonomi dapat memarginalkan aktivitas kekerasan dalam masyarakat, terutama ketika terorisme didorong oleh nilai-nilai tertinggi.

2.      Dampak ekonomi terorisme di Eropa
Dampak dari terorisme adalah beban biaya pada pada negara yang menjadi target. Insiden teroris memiliki konsekuensi ekonomi dengan mengalihkan investasi asing langsung, menghancurkan infrastruktur, mengarahkan dana investasi publik ke keamanan, hingga membatasi perdagangan. Jika sebuah negara berkembang kehilangan cukup banyak investasi asing, yang merupakan sumber dana penting mereka, maka negara akan mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Kampanye teroris yang cukup intens dapat sangat mengurangi arus masuk modal. Terorisme sama seperti konflik sipil yang dapat menyebabkan biaya limpahan di antara negara-negara tetangga sebagai kampanye teroris di negara tetangga yang menghalangi aliran modal masuk, atau pengganda wilayah yang menyebabkan hilangnya kegiatan ekonomi di negara yang dilanda terorisme. Dalam beberapa kasus, terorisme dapat berdampak pada industri tertentu, contohnya dampak insiden 9/11 terhadap penerbangan dan pariwisata. Biaya lainnya adalah langkah-langkah keamanan mahal yang harus dilembagakan setelah serangan besar, misalnya, pengeluaran dana yang cukup besar yang digunakan untuk keamanan negara. Terorisme juga meningkatkan biaya untuk melakukan bisnis dalam hal premi asuransi yang lebih tinggi, tindakan pencegahan keamanan yang mahal, dan gaji yang lebih besar untuk karyawan yang berisiko (Sandler & Enders, 2008).
Efek gangguan mengacu pada efek negatif terorisme terhadap kehidupan sosial ekonomi suatu negara, yaitu gangguan tatanan sosial ekonomi. Gangguan ini membuat transaksi ekonomi lebih sulit karena terorisme dapat merusak kepercayaan sosial pada institusi publik. Institusi yang sehat, bagaimanapun, memfasilitasi transaksi ekonomi melalui biaya melakukan bisnis; jika kepercayaan pada lembaga menurun, ini dapat meningkatkan biaya transaksi, menyebabkan beberapa transaksi ekonomi tidak terwujud. Karena terorisme menciptakan ketidakpastian, maka konsekuensinya dapat menyebabkan penundaan investasi jangka panjang, pengurangan investasi akan menghasilkan output yang lebih sedikit. Dampak pengalihan karena sumber daya publik dialihkan dari peningkatan hasil ke pengeluaran non-produktif. Pemerintah dapat meningkatkan pengeluaran untuk keamanan dengan mengorbankan dana pendidikan dan infrastruktur. Pengalihan seperti itu dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan di masa depan dengan, misalnya, menghambat akumulasi modal publik (Krieger & Meierrieks, 2017).
Dalam kasus terorisme di Eropa, biaya langsung terorisme sebagian besar merujuk pada cedera atau hilangnya nyawa korban. Beberapa kerusakan pada infrastruktur, kendaraan dan sejenisnya, tetapi luasnya hampir tidak sebanding dengan yang disebabkan oleh serangan 9/11. Memperkirakan biaya langsung sulit karena penderitaan individu korban, selamat dan teman-teman sulit untuk dipahami secara ekonomi. Kontrak asuransi jiwa dan cacat yang dibayar mungkin merupakan batas yang lebih rendah dari biaya-biaya ini, tetapi tidak setiap korban memiliki asuransi semacam itu. Terlepas dari jumlah yang besar terutama pada insiden yang terjadi di Prancis dan Inggris, biaya tidak langsung dari terorisme diperkirakan akan memberikan pengaruh yang lebih kuat (dalam jangka panjang) terhadap kinerja ekonomi negara. Dampak gangguan dapat secara negatif mempengaruhi pariwisata di UE. Serangan teroris besar seperti serangan Paris 2015 dapat menyasar korban turis terutama turis asing; karena hal ini adalah hasil yang diinginkan dari sudut pandang teroris karena internasionalisasi korban cenderung memperbesar dampak terorisme (Krieger & Meierrieks, 2017).
C.    Kesimpulan
Serangan terorisme yang terjadi di negara-negara Eropa dalam beberapa tahun belakang ini mengalami peningkatan. Negara-negara di Eropa telah menjadi sasaran target yang sering diserang oleh kelompok-kelompok teroris. Hal ini disebabkan karena berdasarkan pada faktor geografis dimana perbatasan negara-negara Eropa yang dekat dengan negara-negara dari benua Asia dan Afrika, sehingga terjadi bentrokan budaya dan ideologi yang, apabila dianut secara ekstrim oleh beberapa pihak, menyebabkan tindakan terorisme.



Ini hanya versi sampelnya saja ya...
Untuk file lengkap atau mau dibuatkan custom, silahkan PM kami ke

WA 0882-9980-0026
(Diana)

Happy order kakak ^^

JALUR SUTERA MINYAK (SILK ROAD) DI TIMUR TENGAH MENUJU EROPA

JALUR SUTERA MINYAK (SILK ROAD) DI TIMUR TENGAH MENUJU EROPA


LATAR BELAKANG

Jalur sutera adalah salah satu rute perdagangan terpenting yang menghubungkan dari Timur ke Barat. Terbentang dari Jepang ke negara-negara Eropa Barat, jalur sutera juga menjadi salah satu jalur pertukaran budaya terpenting dalam sejarah. Pada perkembangannya, jalur perdagangan ini meluas hingga ke Pulau Jawa dan Somalia di Afrika. Istilah ‘jalur sutra’ diperkenalkan oleh Ferdinand von Richthofen, seorang geografer Jerman yang tujuh kali melakukan perjalanan ke Cina sepanjang 1868-1872 (Waugh, 2007). Penamaan ini mengacu pada komoditas utama yang diperdagangkan orang-orang Cina waktu itu, yakni sutra.
Eropa bergantung pada wilayah asing seperti Rusia, Libya dan Irak untuk 80% minyak impornya (Neslen, 2016). Lebih dari 40% minyak di Eropa diekspor dari negara-negara Timur Tengah seperti Aljazair, Irak, Libya, dan Angola, bekas negara Soviet seperti Azerbaijan dan Kazakhstan, dan Nigeria dan Angola di Afrika. Rusia sendiri merupakan sumber 30% impor minyak mentah Eropa.
Dalam tulisan ini, akan dilakukan analisis mengenai jalur sutera minyak yang membentang dan menghubungkan Timur Tengah dengan Eropa sebagai jalur untuk memperdagangkan minyak bumi.

TEORI

Jalur Sutera

Setelah penguasa China mulai menyadari nilai internasional tekstil sutra, perdagangan sutra dengan para nomaden semakin menyebarkan ketenaran tekstil China ini. Komoditas ini disalurkan di jalur yang juga menjadi salah satu komunikasi utama dan transportasi arteri Eurasia yang, bersamaan, di zaman modern dikenal sebagai jalur sutra. Jalur sutra adalah sistem rute komersial, baik di darat maupun laut, yang menghubungkan berbagai bangsa dari China ke Laut Tengah (Liu, 2010).
Jalur sutra adalah serangkaian rute perdagangan kuno yang membentang melintasi Asia Tengah sampai Eropa (Wood, 2002). Kini, jalur sutera tidak hanya digunakan sebagai istilah untuk merujuk pada suatu area geografis yang luas saja, yang ditandai oleh gunung-gunung yang tinggi dan juga padang pasir. Jalur sutera juga digunakan untuk menyebut suatu sejarah kultural yang panjang. Peradaban jalur sutera juga termasuk kekaisaran yang telah lama terlupakan seperti Sogdian dan Tangut atau Xixia, dan pusatnya bermacam-macam dari Nisa dan Merv (Chorasmia) melalui Bokhara dan Samarkand (yang dulu merupakan ibukota Sogdia) sampai kota oasis tua Kashgar, Bezeklik, Dunhuang, dan Khotan yang mengitari gurun Taklamakan dan Lop di Asia Tengah (sekarang merupakan provinsi Gansu dan Xinjiang) di China. Ke arah Selatan, ada rute perdagangan jalur sutra menuju Afghanistan dan Tibet.

Jalur Perdagangan Minyak

Timur Tengah berfungsi sebagai jaringan penghubung benua Eropa, Afrika dan Asia. Terletak di dalam persimpangan jalan global ini terletak beberapa rute perdagangan terpenting di dunia dan chokepoint militer, termasuk Terusan Suez, Selat Turki, Selat Hormuz, dan Selat Gibraltar.
Awalnya, komoditas utama yang diperdagangkan di jalur sutra adalah sutra. Saat ini, di jaman di mana dunia digerakkan oleh energi, komoditas utamanya kini adalah minyak bumi. Cadangan minyak bumi paling banyak ada di Timur Tengah.

PEMBAHASAN

Jalur Sutra sebagai Jalur Perdagangan dari Timur Tengah ke Eropa

Jalur Sutera merupakan jalur yang sangat strategis bagi perekonomian dunia. Negara-negara Timur Tengah merupakan negara yang memiliki posisi yang sangat strategis yang menjadi rebutan oleh negara-negara adidaya dunia karena terletak di simpul Jalur Sutera. Timur Tengah merupakan pusat perdagangan dunia sampai Eropa datang ke Asia. Jalur sutera di sekitar wilayah tersebut dulu sempat diambil alih oleh maritim Eropa. Kemudian wilayah tersebut bangkit dan menjadi pusat industri minyak di abad ke-20 (Hill, 2008).
Kemudian, menghubungkan Eropa dengan cadangan minyak Laut Kaspia, pipa Baku-Tbilisi-Ceyhan (BTC) adalah salah satu proyek rekayasa terbesar yang pernah dilakukan di wilayah ini (Knight, 2010). Melintasi tiga negara, jalur pipa BTC panjangnya hampir 1.800 kilometer (1.100 mil) dan membawa minyak dari ladang Azeri dan Chirag di bawah Laut Kaspia sampai ke pantai timur Laut Tengah. Pipa tersebut dimulai di ibu kota Azerbaijan, Baku, melewati ibukota Georgia di Tbilisi, sebelum menyeberang ke Turki dan berakhir di Ceyhan, sebuah kota pelabuhan di selatan negara tersebut.

Pembangunan Jalur Sutra Baru

Kebijakan Jalur Sutra Baru Cina merupakan salah satu kebijakan luar negeri dari negara “middle power” yang kekuatan militer dan ekonominya tengah meningkat. Jalur Sutra Baru Cina yang mencakup dua aspek, yakni daratan (new Silk Road Economic Belt) dan lautan (21st Century Maritime Silk Road) merupakan perpaduan kekuatan geopolitik dan geoekonomi untuk menghubungkan wilayah Eurasia dengan Cina sebagai pusatnya (Kartini, 2016). Terpisah dari rangkaian jalur kereta (jalur timur ke Vietnam, jalur tengah ke Vientiane di Laos dan jalur barat ke Myanmar), jalur pipa gas dan minyak saat ini telah berjalan antara pelabuhan Kyaukphyu di Myanmar dan Kunming. Pipa ini memberi Beijing akses darat pertama ke minyak mentah Timur Tengah melewati titik di Selat Malaka.
Inisiatif "One Belt One Road" (OBOR) akan mengarahkan banyak sumber daya keuangan China ke proyek-proyek infrastruktur di 60 negara. Secara khusus, komponen sabuk ekonomi bertujuan untuk mengintegrasikan negara-negara yang berada di sepanjang jalur sutra asli, yang melintasi Asia Tengah, Timur Tengah, sampai ke Eropa. Melalui OBOR, China berusaha mencapai beberapa tujuan. Di satu sisi, ia berharap dapat merangsang ekonomi mitra dagang, untuk menopang permintaan ekspornya. Dengan membangun jalur darat untuk barang dagangannya, ia juga akan berusaha untuk menyeimbangkan kembali ekonominya dari kota-kota pelabuhan di pantai timurnya, menuju provinsi Barat dan Selatan yang kurang berkembang.

ANALISIS

Eropa sebagai konsumen energi utama menghadapi sejumlah tantangan saat menangani kebutuhan energi masa depan. Di antara tantangan ini, meningkatnya permintaan dan persaingan global untuk sumber energi dari negara-negara berkembang seperti China dan India, ketidakstabilan yang terus-menerus di daerah penghasil energi seperti Timur Tengah, pasar energi internal Eropa yang terfragmentasi, dan kebutuhan untuk mengubah bahan bakar secara bertahap untuk mengatasi kebijakan perubahan iklim. Akibatnya, keamanan pasokan energi telah menjadi perhatian utama negara-negara Eropa dan Uni Eropa (UE) (Belkin, Nichol, & Woehrel, 2013).

KESIMPULAN

Pengiriman minyak dari satu negara ke negara lain adalah pekerjaan yang sangat berat. Miliaran barel minyak per hari dikirim ke Oil Tankers ke berbagai tujuan di seluruh dunia. Selat Hormuz, Selat Malaka, Terusan Suez, Bab el-Mandab, Selat Turki, dan Terusan Panama adalah wilayah laut yang berbeda yang menghubungkan badan air besar dan merupakan jalur laut untuk mengangkut minyak. Kemudian, menghubungkan Eropa dengan cadangan minyak Laut Kaspia, pipa Baku-Tbilisi-Ceyhan (BTC) adalah salah satu proyek rekayasa terbesar yang melintasi tiga negara. Pipa tersebut dimulai di ibu kota Azerbaijan, Baku, melewati ibukota Georgia di Tbilisi, sebelum menyeberang ke Turki dan berakhir di Ceyhan, sebuah kota pelabuhan di selatan negara tersebut.


Ini hanya sampel saja…
Mau tau versi lengkapnya?
Atau mau order (custom) sesuai request juga bisa


Silahkan WA/ Call ke o85868o39oo9 (Diana)
Ditunggu yaa.. Happy Order J