Tampilkan postingan dengan label generasi milenial. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label generasi milenial. Tampilkan semua postingan

Peluang Industri Keuangan Syariah pada Era Milenial

 

Peluang Industri Keuangan Syariah pada Era Milenial


 

A.    Pendahuluan

Sekarang ini, zaman telah berubah. Zaman sekarang sudah sangat jauh berbeda dengan beberapa dekade lalu. Perubahan memang senantiasa terjadi, baik perubahan yang terlihat jelas, maupun yang tidak. Perubahan yang terjadi ini, pada dasarnya terjadi karena manusia dengan kebutuhannya yang semakin komplek, dan bersamaan dengan itu juga memengaruhi kehidupan manusia itu sendiri.

Saat ini, dunia telah memasuki era baru, yang dinamakan sebagai era milenial. Era milenial merupakan era digital di mana masyarakat sangat tergantung dengan media sosial dan derasnya informasi berbasis online (Mucharomah, 2017). Era milenial juga diartikan sebagai eranya perkembangan teknologi yang begitu pesat, era ketika informasi bisa dengan mudah kita serap. Era milenial cederung identik dengan era perkembangan teknologi yang berkembang pesat, dan bagaimana manusia sangat bergantung dengan keberadaan teknologi tersebut. bersamaan dengan hal ini, era milenial juga sama dengan era dimana para generasi milenial hidup. Era milenial merupakan satu terma untuk menunjukkan kelompok demografis yang lahir antara 1980-an sampai 2000-an. Mereka adalah generasi muda masa kini dengan kisaran usia 15-34 tahun (Adnan, 2018).

Era milenial, pada dasarnya telah memengaruhi segala aspek kehidupan manusia sekarang ini. Banyak manusia yang mulai memanfaatkan teknologi untuk segara urusan, baik kepentingan pribadi, sosial, politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya. Di bidang ekonomi, era melenial telah memengaruhi bagaimana suatu industri bisnis berjalan. Mengenai hal ini, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang seperti apa dampak era milenial ini memengaruhi salah satu bisnis keuangan, yaitu industri keuangan syariah.

B.     Pembahasan

1.      Peluang Industri Keuangan Syariah di Era Milenial

Pada bagian pembahasan ini, sebelum menilik seperti apa peluang industri keuangan syariah di era milenial seperti yang saat ini terjadi, akan dibahas terlebih dahulu tentang apa yang dimaksud sebagai keuangan syariah dan arti dari syariah itu sendiri. Syariah, kata ini berasal dari kata syara’a yang berarti nahaja (menempuh), awdhaha (menjelaskan), dan bayyan-al masalik (menunjukkan jalan). Selain itu, syari’ah artinya adalah agama yang ditetapkan oleh Allah SWT untuk hamba-hambaNya yang terdiri dari berbagai hukum dan ketentuan. Hukum dan ketentuan Allah itu disebut syariat. Syari’at merupakan norma hukum dasar yang ditetapkan Allah, yangwajib diikuti oleh orang Islam bedasarkan iman yang berkaitan dengan akhlak, baik dlam hubungannya denganAllah maupun dengan sesama manusia dan benda dalam masyaraka (Nurhayati, 2018).

Terkait dengan seperti apa peluang industri keuanan syariah ini di tengah era melenial, diketahui bahwa industri ini memeiliki peluang yang cukup baik untuk kepentingan perkembangan masa depan. Berikut ini merupakan beberap ahal yang kemungkinan dapat memberikan peluang yang baik dalam dalam kemajuan keuangan syariah di masa depan, diantaranya adalah:

a.       Jumlah populasi umat muslim

Penerapan konsep syariah, termasuk dalam sektor keuangan, tentunya bergantung pada umat Muslim yang menganutnya, mengingat bahwa penerapannya berdasarkan nilai-nilai islam. Jumlah populasi islam di dunia cukup banyak. Secara global, penganut islam di dunia tumbuh paling cepat, sehingga umatnya juga cukup banyak. Jumlah penduduk muslim di dunia pada 2010 mencapai 1,6 miliar jiwa atau sekitar 23% dari total populasi yang mencapai 6,9 miliar pada 2010 (Kusnandar & Widowati, 2019), dan populasi muslim di dunia akan tumbuh 32 persen pada 2060 (Habibi & Nashrullah, 2019).

Sementara itu, di Indonesia sendiri, agama islam merupakan agama yang mendominasi. Mengingat bahwa berdasarkan BPS jumlahnya telah mencapai 87,19% dari 237 juta orang di tahun 2010 (OJK, 2017), sekitar 209,12 juta jiwa  (Kusnandar & Widowati, 2019). Dan jumlah ini tentu sudah bertambah selama 10 tahun terakhir. Oleh sebab itulah, dengan jumlah penduduk muslim yang cukup banyak ini, maka ada kemungkinan besar bahwa mereka ini akan semakin tertarik untuk lebih memilih konsep syariah untuk masalah keuangan mereka, sehingga memungkinkan isnustri keungan syariah dapat berkembang dengan baik kedepannya.

b.      Keberadaan kaum milenial sebagai penggerak keuangan syariah

Kunci utama era milenial adalah kaum milenial itu sendiri. Diketahui bahwa era yang berlangsung saat ini di dominasi oleh para generas milenial sebagai kelompok produktif. Dalam hal ini, peran dari generasi milenial diharapkan dalam merealisasikan potensi sebuah negara, termasuk Indonesia, menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia. Karakteristik generasi millenial yang kreatif, innovative dan menguasai teknologi akan menjadikan halal product and services sebagai life style yang merupakan katalisator berharga bagi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Selain itu, peran millennial ini bisa menjadi enterprener muda industri halal maupun menjadi investor/nasabah/konsumen produk-produk halal dan keuangan syariah. Apalagi berdasarkan statistik Indonesia, jumlah generasi milenial lebih dari 100 juta orang (Sandy, 2019).

 

 

Menjelang Pilpres 2019: Komunikasi Politik Paslon 01 (Jokowi-Ma’ruf Amin) untuk Kaum Milenial


Menjelang Pilpres 2019: Komunikasi Politik Paslon 01 (Jokowi-Ma’ruf Amin) untuk Kaum Milenial

Pendahuluan
Generasi millennial adalah terminologi yang saat ini banyak diperbincangkan. Millennials (juga dikenal sebagai Generasi Millenial atau Generasi Y) adalah kelompok demografis (cohort) setelah Generasi X. Dan jika ditelaah lebih jauh, berdasarkan catatan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), jumlah pemilih pemula untuk Pemilu 2019 ini jumlahnya mencapai 5 juta jiwa. Artinya, sekitar 40 persen dari jumlah DPT berasal dari generasi milenial dan 6,3 persen diantaranya adalah pemilih pemula yang baru pertama kali memilih pada tahun ini (Rahman, 2019). Dengan jumlah yang sekian banyak tentu bukanlah yang aneh jika saat ini berbagai Partai Politik (Parpol) saling berlomba-lomba untuk kemudian menarik perhatian mereka.
Terlepas dari itu semua, setiap partai politik yang tergabung sebagai pendukung masing-masing calon, maupun calon presiden dan wakil presiden itu sendiri, pada masa kampanye ini selalu berusaha keras untuk menarik suara rakyat, meningkatkan elektabilitas mereka sehingga dapat memenangkan pertarungan di hari pemungutan suara nanti. Tidak terkecuali memperebutkan suara para generasi milenial yang digadang-gadangkan sebagai sumber suara yang cukup banyak. Maka dari itu, dalam makalah ini, akan di bahas seperti apa komunikasi politik yang dilakukan untuk menarik kaum milenial tersebut, dimana ini di fokuskan pada komunikasi politik Paslon 01 (Jokowi-Ma’ruf Amin), yang tentunya di sertai dengan partai-partai pendukungnya.
Pembahasan
1.      Pengertian Komunikasi Politik
Komunikasi politik merupakan proses penyampaian pendapat, sikap dan tingkah laku orang, lembaga, atau kekuatan politik, dalam rangka mempengaruhi pengambilan keputusan politik. Secara fleksibel, komunikasi politik merupakan komunikasi yang mengacu pada kegiatan politik (Nimmo, 2007).Dalam komunikasi politik, sesungguhnya setiap aspek memiliki peran tersendiri, walaupun tetap memiliki hubungan secara langsung ataupun tidak langsung dalam aplikasinya.

2.      Perebutan Suara Generasi Milenial
Menjelang Pilpres 2019, kalangan milenial disebut-sebut merupakan sasaran utama kedua kubu. Tidak hanya itu, banyak cara-cara lain yang di lakukan oleh kedua kubu untuk memperebutkan suara kaum milienial yang setidaknya mencapai 40 persen dari seluruh jumlah DPT, yang 6,3 persen diantaranya adalah pemilih pemula (Rahman, 2019), yang mana ini sudah hampir separuh dari total DPT. Namun, tentu tidak mudah dalam menggaet suara para kaum meilenial ini, perlu berbagai inovasi-inovasi dan strategi yang jitu untuk merebut hati mereka. Partai Politik yang kaku, belum tentu bisa merebut simpati mereka (Himawan, 2018). Sebab pada dasarnya kaum milenial ini memiliki ciri khas dan karakter yang unik sehingga tidak mudah untuk mempengaruhi pola pikir mereka, sehingga para politikus harus bekerja ekstra keras untuk mampu menarik perhatian para kaum milenian ini nanti di agenda Pilpres 2019.
3.      Cara Komunikasi Politik Paslon 01 (Jokowi-Ma’ruf Amin) untuk menyasar Kaum Milenial
a.      Mengikuti Gaya Kaum Milenial
Suara kaum melinial merupakan target dari kedua Paslon Pilpres 2019. Dalam hal ini, Paslon 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin, memiliki cara tersendiri untuk mewujudkan tujunnya dalam enarik kaum milenial. Salah satunya adalah apa yan telah di lakukan oleh Jokowi sendiri juah sebelum memasuki masa-masa panas pemilihan umum. Salah satunya adalah dimana Jokowi mempresentasikan dirinya seperti layaknya kalangan milenial, meskipun sebenarnya ia bukan termasuk bagian dari generasi milenial itu sendiri. Cara Jokowi mempresentasikan dirinya layaknya kaum milenial dalam hal ini adalah melalui penampilannya, salah satunya ditunjukkan pada 8 April 2018 lalu, Presiden Jokowi tampil beda di Sukabumi, Jawa Barat. Selain itu, Joko Widodo sendiri tampil dengan gaya busana santai saat mendaftarkan diri ke KPU dan melakukan test kesehatan di RSPAD Gatot Subroto Jakarta.
b.      Menggunakan media sosial untuk menarik atensi pemilih muda
Perkembangan teknologi komunikasi telah merambah kehidupan umat manusia. Salah satu bentuk perkembangan teknologi komunikasi adalah media baru (new media)yang kemudian melahirkan media sosial. Dunia politik juga tak lepas dari pengaruh perkembangan media baru dan media sosial. Oleh sebab itum untuk dapat menyampaikan pesan-pesan tertentu selama masa kampanye, Paslon 01 (Jokowi-Ma’ruf Amin) juga menanfaatkan media sosial. Dari Kubu 01 ini,tim Jokowi-Ma'ruf melaporkan akun media sosial di Facebook, Twitter, Instagram dan Youtube. Akun ini adalah akun pasangan calon, bukan akun pribadi(Iqbal, Pristiawan, & Teresia, 2018).
c.       Melibatkan Kalangan Mudadan Sosok Berpengaruh di mata kalangan Milenial
Dalam hal ini, untuk meningkatkan elektabilitas, khususnya dimata kalangan generasi milenial, kubu Paslon 01 meningkatkan keterlibatan kalangan muda dalam kampanyenya, baik dalam ranah penyusunan tim sukses, maupun keterlibatan pada kader-kader muda dari setiap Parpol pendukung. Salah satu contoh keterlibatan kalangan muda yang dilakukan oleh Paslon 01 adalah ditandai dengan adanya kader-kader muda yang ikut diajukan sebagai calon legeslatif (caleg) oleh para parpol pengusungnya.
.
d.      Direktorat Khusus Untuk Menggarap Pemilih Generasi Milenial Dalam Tim Sukses
Tim sukses Paslon 01, Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin kini telah membuat Direktorat Milenial untuk menggaet generasi muda. Dan agar seimbang, untuk menggaet suara generasi tua dini merupakan tugas untuk para relawan Jokowi-Ma'ruf Amin (Hidayat & Permadi, 2018). Mesipun tidak dijelaskan secara rinci strateggi apa yang akan di lakukan oleh Tim Direktorat Milenial ini, namun secara jelas tugasny adalah untuk menarik suara untuk kaum milenian sesuai dengan manya. Bersamaan dengan itu, kehadiran Erick Thohir juga mampu untuk menyusun strategi-strategi khusus untuk menggaet suara kaum milenial.
Kesimpulan
            Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka dala hal ini dapat disimpulkan bahwa menjelang Pilpres 2019, generasi milenial saling di perebutkan oleh kedua pasangan calon yang akan mengikuli pemilihan nati. Hal ini disebabkan karena, seiring dengan perkembangan jaman, gemerasi milenial memiliki konstribusi tertentu untuk masa depan. Bersamaan dengan itu, jumlah mereka yang mencapai angka 40 persen dari total DPT, menjadi target yang harus dimenangkan oleh masing-masing kubu. Berkaitan dengan hal ini, sebagai langkah komunikasi politik, banyak yang telah dilakukan oleh Pasangan Calon 01 untuk menggaet suara kaum milenial, beberapa diantaranya adalah dengan cara menciptakan cerminan diri paslon yang identik dengan kaummilenial meskipun dirinya bukan merupakan bagian dari kaum milenial itu sendiri.



Ini hanya versi sampelnya saja ya...
Untuk file lengkap atau mau dibuatkan custom, silahkan PM kami ke

WA 0882-9980-0026
(Diana)

Happy order kakak ^^

Fenomena Sosiologi Industri dan Kehadiran Generasi Milenial


Fenomena Sosiologi Industri dan Kehadiran Generasi Milenial

A.    Pendahuluan
Sosiologi industri secara sederhana terdiri dari dua istilah. Pertama sosiaologi dan yang kedua adalah industri. Masing-masing memiliki arti berbeda, dimana sosiologi adalah ilmu yang berkenaan dengan kehidupan  bermasyarakat. Dengan kata lain, ilmu yang mempelajari tentang kehidupan manusia dalam masyarakat. orang sering menyebut ilmu masyarakat (Warsito, 2016). Sementar aitu yang dinamakan sebagai industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya (Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian). Bersamaan dengan itu, Hasibuan (2000) mberikan pengertian bahwa industri juga dapat dikatakan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti dengan erat (Herianto, 2018).
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat di katakan bahwa yang dinamakan sebagai sosiologi industri adalah suatu cabang ilmu sosial yang membahas karakter dan arti dunia kerja serta kehidupan manusia yang terlibat di dalamnya. Permasalahan yang berhubungan dengan industri tidak hanya segala sesuatu yang berhubungan langsung dengan kegiatan kerjanya tapi juga banyak hal lain yang secara tidak langsung akan mempengaruhi aktivitas kerja dalam industri tersebut  (Warsito, 2016). Sosiologi Industri dalam hal ini tumbuh menjadi sebuah subdisiplin tersendiri yang secara sangat khusus memusatkan perhatian analisisnya pada persoalan-persoalan sosial yang muncul di dalam ranah pekerjaan dan sosial yang lebih luas yang terkait dengan kegiatan produksi dari industri (Nugroho, ‎2008)

Minat Generasi Milenial pada Dunia Politik: Studi Kasus Kampanye Pilpres 2019



Minat Generasi Milenial pada Dunia Politik: 
Studi Kasus Kampanye Pilpres 2019



A.    Pendahuluan
Generasi milenial adalah generasi yang lahir tahun 1980-an hingga tahun 2000, yang disebut juga dengan generasi Y. Generasi milenial ini disebut juga sebagai generasi yang  menentukan masa depan, dikarenakan adanya kemudahan yang didapatkan pada saat ini, dimana segala bentukinformasi yang dibutuhkan dapat dengan mudah diakses melalui berbagai media yang tersedia. Generasi inisangat akrab denganperkembangan teknologi yang ada,hal inilah yang membuat generasi ini cenderung memiliki ide yang visioner dan inovatif.Generasi yang saat ini tengah berusia antara 18 hingga 37 tahun ini dianggap unik dibanding generasi sebelumnya, karena kehidupan generasi milenial ini tidak bisa lepas dari teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet (Rojaby, 2018; Juditha & Darmawan, 2018).
Kemudahan dari perkembangan teknologi, komputer, dan segala akses yang ada ini memungkinan penyajian semua informasi yang diperlukan secara instan. Salah satunya adalah informasi terkait politik, yang menjadikan generasi ini sangat reaktif terhadap hal-hal yang terjadi disekitarnya. Akrab dengan teknologi inilah menjadikan generasi ini memiliki  keistimewaan tersendiri yang tidak bisa dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Akrab teknologi inilah yang menyebabkan generasi milenial tidak bisa lepas dari internet maupun  hiburan yang sudah  menjadi kebutuhan yang pokok generasi milenial (Rojaby, 2018).
Direktur Indonesia New Media Watch menyebutkan bahwa generasi milenial telah menjadi sebagai salah satu penentu pemenang dalam Pemilihan Umum Presiden 2019. Jumlahnya yang mencapai 80 juta jiwa ini mencakup 30 persen dari total pemilih di Indonesia. Prediksi ini didapatkan dari data hasil survei yang dilakukan oleh CSIS, yang juga menyebutkan bahwa generasi milenial tak begitu berminat terhadap politik dan lebih tertarik untuk mengakses konten hiburan, teknologi, dan inovasi.Penggunaan teknologi internet oleh generasi milenial justru cenderung tidak digunkan untuk mengakses berita politik, karena mereka cenderung menjadi apolitis(Rika, 2018)

B.     Pembahasan
1.      Penggunaan Internet pada Generasi Milenial
Mayoritas pengguna internet di Indonesia adalah generasi milenial. Data survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2016 menunjukkan bahwa 80 persen atau sekitar 25 juta pengguna internet Indonesia adalah mereka yang berusia 25-29 tahun dan sekitar 72 persen pengguna berusia 30-34 tahun.  Pengguna internet di Indonesia haus akan informasi terbaru, yang dibuktikan dengan sejumlah 31,3 juta pengguna menjadikan update informasi sebagai alasan utama mengakses internet, dan angka ini melebihi jumlah pengguna yang mengakses internet karena alasan pekerjaan (27,6 juta) dan sekadar mengisi waktu luang (17,9 juta). Meskipun update informasi menjadi alasan utama mengakses internet, akan tetapi mereka cenderung pasif dalam memperoleh informasi. Dikarenakan perilaku jenis konten internet yang diakses didominasi media sosial yang mencapai angka 97,4 persen (Agung, 2016).
Teknologi juga membuat para generasi yang tidak bias lepas dari internet tersebut mengandalkan media sosial sebagai tempat mendapatkan informasi. Saat ini, media sosial telah menjadi platform pelaporan dan sumber berita yang utama bagi masyarakat. Tren penggunaan media sosial ini sudah terbukti sejak tahun 2016 melalui beberapa peristiwa penting, dan masyarakat mengandalkan media sosial untuk mendapatkan informasi terkini dari sebuah peristiwa. Hal ini di buktikan dengan data hasil riset dari Tetra Pak Index 2017 yang menunjukkan bahwa di Indonesia dengan lebih dari 132 juta pengguna internet 40% diantaranya adalah pengguna aktif media sosial. Pengguna internet ini pun didominasi oleh generasi milennial. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan penguna internet di Indonesia mencapai 51% atau sekitar 45 juta pengguna, diikuti dengan pertumbuhan sebesar 34% pengguna aktif media sosial (Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, 2016; Mardana, 2017).

2.      Partisipasi Generasi Milenial Terhadap Politik
Partisipasi politik dapat bersifat otonomi dan mobilisasi. Partisipasi politik yang bersifat otonom meruakan partisipasi politik yang berdasarkan pada kesadaran politik setiap warga  untuk menentukan pilihan. Sedangkan partisipasi politik yang bersifatmobilisasi merupakan partisipasi politik yang dikerahkan oleh pihak lain. Jadi partisipasi politik otonom dilaksanakan  berdasarkan pada kesadaran politik setiap orang tanpa adanya paksaan atau pengerahan. Partisipasi politik otonom muncul atas dorongan pribadi. Sedangkan partisipasi politik yang  dimobilisasi biasanya partisipasi yang di mobilisasi tidak berdasarkan pada kesadaran pribadi, tetapi terjadi melalui paksaan, ancaman bahkan tindakan kekerasan lainnya dengan maksud mengubah pilihan warga(Kharisma, 2015).
Konsumsi internet penduduk kelompok usia 15 hingga 34 tahun jauh lebih tinggi dibanding kelompok usia yang lebih tua. Hal ini menunjukkan ketergantungan generasi milenal terhadap internet yang tinggi. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa generasi berusia 15-24 tahun lebih menyukai topik pembicaraan yang terkait music, film, olahraga, dan teknologi. Dan yang berusia antara 25 hingga 34 tahun lebih menyukai topik pembicaraan yang bervariatif. Milenial dianggap sebagai generasi yang tidak peduli pada permasalahan politik, karena jumlah yang bergabung pada partai politik yang relatif sedikit dan cenderung tidak menggunakan hak pilih mereka dalam Pemilu. Generasi milenial ini tidak berminat pada proses dan persoalan politik, serta memiliki tingkat kepercayaan yang rendah pada politisi serta sinis terhadap berbagai lembaga politik dan pemerintahan (Juditha & Darmawan, 2018)
 


3.      Minat Generasi Milenial Terhadap Pilpres 2019
Direktur Indonesia New Media Watch menyebutkan bahwa generasi milenial telah menjadi sebagai salah satu penentu pemenang dalam Pemilihan Umum Presiden 2019. Jumlahnya yang mencapai 80 juta jiwa ini mencakup 30 persen dari total pemilih di Indonesia. Prediksi ini didapatkan dari data hasil survei yang dilakukan oleh CSIS, yang juga menyebutkan bahwa generasi milenial tak begitu berminat terhadap politik dan lebih tertarik untuk mengakses konten hiburan, teknologi, dan inovasi. Penggunaan teknologi internet oleh generasi milenial justru cenderung tidak digunkan untuk mengakses berita politik, karena mereka cenderung menjadi apolitis (Rika, 2018)

C.    Kesimpulan
Generasi milenial telah menjadi sebagai salah satu penentu pemenang dalam Pemilihan Umum Presiden 2019, karena jumlahnya yang banyak yang mencapai 80 juta jiwa ini mencakup 30 persen dari total pemilih di Indonesia dan mayoritas pengguna internet di Indonesia adalah generasi milenial. Akan tetapi penggunaan teknologi internet oleh generasi milenial justru cenderung tidak digunkan untuk mengakses berita politik, karena mereka cenderung menjadi apolitis. 

Artikel ini adalah versi sampel saja.
Untuk versi lengkap atau
bisa juga tugas custom, based on request
silahkan WA ke 085-8680-39009 (Diana)
Ditunggu ordernya kakak :))