Tampilkan postingan dengan label jurnal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jurnal. Tampilkan semua postingan

Efektivitas Peran Organisasi Multilateral Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dalam Peningkatan Stabilitas Keamanan dan Menurunkan Ketimpangan Ekonomi di Negara-negara Islam

 


Abstrak

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) adalah sebuah organisasi multilateral dengan 57 negara anggota yang merupakan bagian yang cukup besar dari populasi Muslim dunia. Artikel ini mengkaji peran Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan badan-badan multilateralnya dalam menangani dua masalah kritis yang dihadapi negara-negara Islam: stabilitas keamanan dan ketidaksetaraan ekonomi. Banyak negara Islam yang mengkhawatirkan stabilitas keamanan saat mereka menghadapi berbagai krisis, terorisme, dan kesulitan geopolitik. OKI dan badan-badan khusus memainkan peran penting dalam mempromosikan perdamaian, menyelesaikan konflik, dan memerangi terorisme. OKI berusaha untuk mempromosikan diskusi dan kolaborasi di antara negara-negara anggota, serta penyelesaian sengketa dan stabilitas di dunia Islam, melalui upaya-upaya diplomatik, inisiatif mediasi, dan proyek-proyek pengembangan kapasitas. Kesenjangan ekonomi adalah masalah utama lain yang mengganggu negara-negara Islam, karena perbedaan pendapatan dan kekayaan menghambat pertumbuhan jangka panjang dan kohesivitas sosial. OKI dan lembaga-lembaga afiliasinya, seperti Bank Pembangunan Islam (IDB), bekerja untuk menghilangkan kesenjangan ekonomi dengan memberikan bantuan keuangan, mendorong perdagangan dan investasi, dan mendukung proyek-proyek pembangunan sosial. Organisasi Kerja Sama Islam juga melobi kebijakan ekonomi global yang adil yang menguntungkan negara-negara Islam, seperti keringanan utang, perjanjian perdagangan istimewa, dan transfer teknologi. Selain itu, OKI mengakui pentingnya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dalam mencapai pembangunan jangka panjang dan mengurangi kesenjangan ekonomi. Berbagai upaya dilakukan di seluruh negara anggota untuk meningkatkan keterlibatan perempuan dalam proses pengambilan keputusan, meningkatkan akses terhadap pendidikan dan perawatan kesehatan, dan mempromosikan prospek ekonomi bagi perempuan.

Kata kunci: Organisasi Kerjasama Islam (OKI), organisasi multilateral, Stabilitas keamanan, Ketimpangan ekonomi, negara-negara Islam





Resume Jurnal: Academic Leadership in a Time of Crisis: The Coronavirus and COVID‐19

 

Resume Jurnal

Judul Artikel   :  Academic Leadership in a Time of Crisis: The Coronavirus and COVID19

Penulis             : Antonio Arturo Fernandez dan Graham Paul Shaw

Pendahuluan

            Covid-19 adalah salah satu krisis kesehatan masyarakat global yang datang secara tiba-tiba telah mempengaruhi dan membawa dampak yang signifikan pada setiap aspek kehidupan sehari-hari masyarakat. Seperti misalnya di bidang akademis, para pemimpin menanggapi krisis tersebut dengan menutup sekolah dan asrama, membatalkan acara yang telah direncanakan, dan memindahkan aktivitas pendidikan dan lainnya secara online. Sebagian besar masyarakat umum juga cenderung berada di rumah untuk menghindari dan mengurangi penularan virus Covid-19 tersebut. Dihadapkan dengan ketidakpastian dan meningkatnya intensitas pandemi virus corona baru, para pemimpin akademis di sekolah, perguruan tinggi, dan universitas di seluruh Amerika Serikat membuat keputusan strategis untuk beralih ke pengajaran dan pembelajaran jarak jauh yang membutuhkan transformasi baru bagi semua pihak yang ada di dalamnya. Transformasi tersebut tentunya memerlukan perubahan radikal dalam sikap, nilai, dan keyakinan bagi beberapa pemangku kepentingan (Heifetz & Laurie, 2001) dan mungkin juga memerlukan peningkatan proses, strategi baru, dan bahkan cara baru dalam berbisnis bagi banyak orang, yang mana hal tersebut cenderung membuat sebagian besar dari mereka merasa stress. Hal ini disebabkan karena beberapa dari mereka masih ada yang kekurangan infrastruktur digital dan kemampuan digital yang diperlukan, dan sebagainya.

            Meskipun demikian, respon cepat yang diambil oleh para pemimpin akademis tersebut sangat penting untuk manajemen krisis yang efektif. Respon cepat dari beberapa institusi akademik terhadap krisis saat ini difasilitasi oleh adanya sistem otentik dari kepemimpinan bersama yang memungkinkan pengambilan keputusan lokal, sehingga mereka mendapatkan manfaat dari tingkat kelincahan, inovasi, dan serta dukungan rekan yang unggul dalam menghadapi dan menanggapai suatu krisis yang terjadi. Sebab kompleksitas dan ketidakpastian pandemi virus corona yang mengharuskan penanganan masalah secara real time, sehingga paradigma kepemimpinan pemimpin/pengikut otoriter harus bertransisi ke model kepemimpinan bersama yang baru.

A New Toolbox for Academic Leaders

            Pada dasarnya, sebelumnya, para pemimpin akademis sudah menggunakan alat pengajaran dan pembelajaran digital jarak jauh. Meskipun demikian, masih banyak akademisi berada di wilayah yang belum dipetakan, sehingga dengan tuntutan untuk melakukan segala aktivitasnya secara online membuat mereka menjadi stress bahkan takut dengan kenyataan baru mereka karena rutinitas belajar dan mengajar mereka yang mapan terganggu. Disinilah empati, kasih sayang, dan fleksibilitas yang teratur, dan perilaku pemimpin yang sesuai dengan konteks manajemen krisis di dunia akademis sangat penting untuk dilakukan. Hal ini dapat dilakukan memberikan pelatihan penting, dukungan dan sumber daya yang masih mengalami ketertinggalan dalam penerapan pengajaran dan pembelajaran digital jarak jauh tersebut. Oleh karena itu, para pemimpin akademis harus dapat mengelola, mendorong, dan memotivasi para karyawannya untuk bekerja sama agar dapat mengatasi tantangan belajar-mengajar yang ditimbulkan oleh krisis virus corona saat ini.

Leaders Can See Opportunities in a Crisis

            Tuntutan penerapan pengajaran dan pembelajaran digital jarak jauh ini sebenarnya dapat menjadi peluang bagi para pemimpin akademis untuk menciptakan keunggulan kompetitif organisasinya. Dimana, ke depan, setelah krisis ini berakhir, para pemimpin dapat memanfaatkan peluang strategis yang muncul sekarang untuk mendefinisikan kembali tanggung jawab organisasi dengan inovasi dan menggunakan teknologi digital untuk mengubah atau menghilangkan praktik warisan yang tidak efisien. Sumber daya digital yang dihasilkan sebagai tanggapan terhadap krisis juga dapat digunakan untuk membantu siswa yang kurang beruntung, mereka yang memiliki ketidakmampuan fisik dan belajar atau dalam desain kursus kejuruan untuk siswa non-tradisional yang kembali ke pendidikan setelah krisis mereda.

Terjemahan Jurnal: Strategy and Organization at Singapore Airlines - Achieving sustainable advantage through dual strategy

Judul Asli:
Strategy and Organization at Singapore Airlines: Achieving sustainable advantage through dual strategy

Penulis:

Loizos Heracleous a, Jochen Wirtz b



STRATEGI DAN ORGANISASI DI SINGAPORE AIRLINES: 
MENCAPAI KEUNTUNGAN YANG DAPAT DIPERTAHANKAN MELALUI STRATEGI GANDA



Intisari:
Singapore Airlines secara konsisten bertindak lebih baik dari pada pesaing-pesaingnya sepanjang sejarah, dalam konteks lingkungan industry keras. Kami memguji bagaimana Singapore Airlines  telah mencapai kinerja yang  terkemuka  dan mempertahankan keuntungan kompetitifnya melalui secara efektif mengimplementasikan strategi ganda : perbedaan melalui keahlian jasa dan inovasi, bersama dengan kepemimpinan biaya simultan dalam kelompok sebayanya. Kami menguji elemen-elemen organisasional yang telah membiarkan perusahaan untuk bertindak demikian, mengilustrasikan penjajaran strategisnya dengan menggunakan kerangka penjajaran vertical dan kesimpulan dengan menyoroti tantangan signifikan kedepan.
kata Kunci: keuntungan yang dapat ditahan. Penjajaran strategis, strategi ganda


1.                  Pendahuluan
Industry perusahaan pesawat terbang (airline) telah diganggu dengan beberapa faktor seperti kapasitas berlebihan, komoditasi penawaran, persaingan pembunuh yang diperburuk dengan masuknya pembawa harga rendah,  dan periode sebentar-sebentar dibawah kinerja berbahaya (Costa dkk., 2002)/ beberapa faktor social ekonomi tingkat makro seperti naiknya harga minyak, krisis SARS, keprihatinan mengenai munculnya flu burung, tsunami Asia dan meningkatnya keprihatinan terorisme  selanjutnya telah mempengaruhi profitabilitas dengan kurang baik. Di tahun 2006, perusahaan pesawat terbang global menderita kerugian bersih $ 500 juta atau 0,1% penghasilan, yang mengakumulasikan kerugian bersih $42 milyar antara 2001 dan 2006 (Asosiasi Transportasi Udara Internasional, 2007). Di tahun 2007, industry perusahaan pesawat terbang membuat keuntungan bersih sedang $5,6 milyar pada penghasilan $490milyar, ekuivalen dengan kurang dari 2% margin (Asosiasi Transportasi Udara Internasional, 2008). Harapan dari 2008 kedepan tetap suram. Tidak mengejutkan, industry tersebut secara teratur diberi tingkatan sebagai industry yang bekerja paling buruk dalam 500 ranking Fortune Global.
Di lingkungan industry ini, Singapore Airlines telah secara konsisten bertindak lebih baik dari pada pesaing-pesaingnya. Itu belum pernah menempatkan kerugian pada dasar tahunan, telah mencapai kembalian mencukupi dan unggul dibandingkan dengan industrinya, dan telah menerima ratusan penghargaan industry karena kualitas jasanya. Kami menyarankan bahwa SIA telah mencapai kinerja terkemukanya dengan mengimplementasikan strategi ganda: pembedaan melalui keunggulan dan inovasi jasa, bersama dengan kepemimpinan biaya simultan di kelompoknya. Strategi seperti itu dianggap tidak dapat dicapai oleh Michael Porter (1985) yang mempertahankan bahwa pembedaan dan kepemimpinan biaya harus ekslusif secara mutual. Sejak mereka membutuhkan jenis investasi berbeda lintas rantai nilai. Kami menguji elemen-elemen strategi ganda ini, menyoroti penjajaran strategis SIA dengan menggunakan kerangka penjajaran vertical (penjajaran antar lingkungan, strategi, kompetensi dan organisasi inti); dan menyimpulkan dengan menyoroti tantangan signifikan kedepan bagi Singapore Airlines. 

2. Studi Kasus
            Kasus yang diteliti pada Singapore Airlines dilakukan selama lebih dari tujuh tahun dan menguji strategi dan daya saing yang dimiliki perusahaan, khususnya tentang kompetensi organisasionalnya yang mengutamakan mutu pelayanan namun hemat biaya (Heracleous dkk, 2009). Lebih jauh, kami meneliti bagaimana kompetensi-kompetensi ini dikembangkan dan didukung oleh bentuk operasional dan strategi fungsional dari SIA, misalnya strategi pengembangan SDM dan proses-proses inovasi internal. Kami mengumpulkan data yang berkaitan dengan hal-hal tersebut, baik data primer maupun sekunder.
            Kemudian, untuk meneliti sumber-sumber database di SIA dan industri penerbangan, kami telah melakukan 18 wawancara secara mendalam (daftar responden yang diwawancara terdapat di Appendix). Dari data wawancara, kami dapat mengetahui lebih dalam mengenai cara-cara SIA dalam melaksanakan operasi dan  proses-proses internalnya untuk mengembangkan kompetensi pokok dari mutu pelayanan yang hemat biaya, memperoleh keuntungan yang berdaya saing dan mengungguli perusahaan penerbangan lain yang telah berada dalam lingkup kelompoknya selama berpuluh-puluh tahun. Kami telah membuat transkrip dan menganalisis hasil wawancara tersebut untuk mengidentifikasi praktek-praktek dan motif umum yang kami kemukakan dalam paper ini.

3. Strategi Singapore Airlines
continued....

Terjemahan ini cuma versi sample aja

Untuk versi lengkap atau terjemahan lainnya

Silakan Request

o81858o39oo9 (Diana)

Ditunggu ordernya yaa?

Thanks 


* Terjemahan ini tidak menggunakan software, google translate atau sejenisnya..

RESUME JURNAL - THE BRAND PERCEPTIONS OF FORMER USERS



Persepsi Merk oleh Mantan Pengguna
(THE BRAND PERCEPTIONS OF FORMER USERS)
Jenny Romaniuk

Ini adalah perluasan penelitian citra merk kunci yang dilakukan oleh Bird, Channon dan Ehrenberg. Mereka menemukan bahwa ‘mantan pengguna’ lebih cenderung mengaitkan mereka dengan atribut citra positif daripada mereka yang belum pernah mencoba merk itu. Makalah ini memperluas penemuan penelitian mereka pada metode berbeda yang (1) mengelompokkan ‘mantan pengguna’ dan (2) mengukur asosiasi dengan atribut citra. Hasilnya meniru yang ditemukan di penelitian aslinya, memperkuat penegasan bahwa respon citra dipengaruhi oleh penggunaan di masa lalu. Penemuan ini membuat mendeteksi hubungan apapun antara citra merk dan perilaku mendatang menjadi tugas yang lebih sulit, karena pengaruh penggunaan masa lalu perlu untuk diperhitungkan dalam analisis.

Kata kunci: penelitian citra merk, persepsi mantan pengguna

Pendahuluan
Penelitian ini melibatkan dua perluasan penelitian pengukuran citra merk kunci yang dilakukan oleh Bird, Channon dan Ehrenberg di akhir era 60an dan 70an, dan mencoba untuk lebih jauh membangun pada karya yang mungkin berkembang di masa depan itu. Ia menguji sejauh mana penemuan mereka merupakan artefak dari teknik kategorisasi dan pengukuran yang digunakan.
Citra merk adalah area penelitian yang populer, sering berdasarkan pada kepercayaan bahwa citra merk yang dipegang konsumen mempengaruhi perilaku membeli mereka setelahnya. Tetapi, hanya sedikit yang diketahui mengenai hubungan antara citra merk dan perilaku mendatang. Penelitian yang dilakukan oleh Bird dkk. menggunakan teknik umum di mana responden didorong pada atribut citra merk (misalnya ‘nilai yang baik untuk uang’) dan ditanyai mengenai merk mana dalam kategori produk yang mereka kaitkan dengan masing-masing atribut. Bird dkk. menemukan bahwa ‘pengguna sekarang’ lebih mungkin untuk mengaitkan sebuah merk dengan atribut citra positif (yaitu diinginkan) daripada non-pengguna, dan secara mengejutkan, ‘mantan pengguna’ lebih mungkin untuk melakukan ini daripada mereka yang belum pernah mencoba merk itu. Proporsi rata-rata mengenai merk untuk sebuah atribut adalah 50% ‘pengguna sekarang’, 20% ‘mantan pengguna’ dan 10% mereka yang belum pernah mencoba merk itu. Hasil ini menyatakan bahwa sebutan sebuah merk untuk atribut citra positif terkait dengan perilaku sekarang/masa lalu, daripada masa depan.

Mengkategorisasi Mantan Pengguna
Bird dkk. mengkategorisasi responden yang telah membeli sebuah merk pada empat minggu sebelum survey sebagai ‘pengguna sekarang’. ‘Mantan pengguna’ adalah responden yang menyatakan mereka telah membeli merk itu sebelumnya tetapi tidak pada 4 minggu sebelum wawancara. Ada beberapa alasan potensial mengapa, pada poin wawancara, pelanggan mungkin belum membeli merk di 4 minggu terakhir. Yang pertama adalah mereka mungkin pembeli ringan kategori dan belum membeli merk manapun pada periode itu. Yang kedua adalah karena peredaran melewati daftar, di mana pada saat wawancara responden mungkin telah membeli dari merk lain dalam daftar mereka. Dalam dua skenario ini, tak ada alasan mengapa responden sebaiknya tidak mengaitkan merk dengan atribut positif ketika ditanya. Satu-satunya penghalang adalah responden hanya tidak memikirkan merk itu sama sekali, atau yang lebih baru dibeli, sehingga merknya lebih menonjol. Untuk responden-responden ini diharapkan bahwa asosiasi atribut positif akan ditimbulkan, tetapi kurang sering daripada untuk ‘pengguna sekarang’ yang telah membeli merk baru-baru ini. Ini adalah penemuan empiris Bird dkk.
Tetapi kelompok ketiga ‘mantan pengguna’ di kategorisasi Bird dkk. adalah mereka yang telah menolak merk karena ada merk alternatif. Masuk akal untuk menghipotesiskan bahwa kelompok ini memiliki kemungkinan lebih kecil untuk menyebutkan merk dengan atribut citra positif daripada pengguna lain. Tetapi karena penolakan merk di masa lalu, kelompok ini sebaiknya juga memiliki kemungkinan lebih kecil daripada mereka yang belum pernah mencoba merk itu, yang berkebalikan dengan penemuan Bird dkk. Oleh karena itu, menggunakan kelompok ‘mantan pengguna’ yang hanya terdiri dari mereka yang telah menolak merk seharusnya berarti bahwa penemuan kunci Bird dkk. tidak akan bisa digeneralisasi. Hal ini diperinci di Hipotesis 1.
H1: ‘Mantan pengguna’ yang telah menolak merk akan memiliki kemungkinan lebih kecil untuk menyebutkan merk dengan atribut citra positif daripada mereka yang belum pernah mencoba merk itu.

Atribut Citra Positif
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, responden diberi atribut citra dan ditanyai merk mana yang terkait dengan masing-masing atribut. Ketentuan atribut citra dalam cara Bird dkk. mengasumsikan bahwa semua atribut sama pentingnya untuk semua pelanggan. Konsumen mungkin mengaitkan merk dengan atribut yang telah dikembangkan karena penggunaan sebelumnya, yaitu hubungan antara respon citra dan penggunaan masa lalu. Tetapi, atribut-atribut yang diperoleh setelah penggunan mungkin bukanlah atribut yang penting untuk perilaku membeli. Berdasarkan penolakan merk di masa lalu, mantan pengguna seharusnya memiliki kemungkinan lebih kecil daripada ‘belum pernah mencoba’ untuk menggunakan merk di masa depan. Oleh karena itu, saat hanya atribut merk penting yang dimasukkan, mantan pengguna seharusnya memiliki kemungkinan lebih kecil untuk menyebutkan merk yang mereka tolak daripada mereka yang belum pernah mencoba merk itu. Ini akan berarti bahwa hasil Bird dkk. tidak akan bisa digeneralisasi pada konteks ini. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
H2: Mantan pengguna akan memiliki kemungkinan lebih kecil untuk menimbulkan atribut positif penting mengenai merk daripada mereka yang belum pernah mencoba merknya

Metode
Total 1300 kuesioner dikirim via pos pada penjual di industri spesifik. Penjual dikirimi survey awal dan kemudian surat pengingat 10 hari kemudian. Imbalan untuk penarikan $500 juga disediakan untuk meningkatkan angka respon. Secara total, 302 survey yang dilengkapi dikembalikan, dengan angka respon 23%. Angka respon yang relatif rendah ini tidak menyatakan kemungkinan bias non-respon. Tetapi penetrasi merk dianggap cukup akurat oleh salah satu manajer pemasaran. Selain subjek tidak tahu mengenai tujuan penelitan, dan perbandingannya antara kelompok dalam sampel, tidak diharapkan bahwa bias non-respon akan mempengaruhi penelitian.
Dua metode digunakan untuk mengumpulkan data pada atribut citra yang dikaitkan dengan merk. Yang pertama adalah sebuah tabel berisi 5 merk utama di pasar dan 14 atribut pasar. Penjual diminta untuk melingkari merk mana yang mereka kaitkan dengan masing-masing atribut. Metode pengumpulan data hampir sama dengan Bird dkk., dengan satu-satunya perbedaan adalah penggunaan booklet isi-sendiri daripada kuesioner yang dilakukan secara tatap muka. Untuk menguji Hipotesis 2, metode kedua untuk mengumpulkan respon atribut citra adalah untuk menyediakan responden dengan nama merk dan meminta mereka untuk menyatakan tiga keunggulan untuk masing-masing merk. Atribut citra spesifik diidentifikasi melalui rangkaian wawancara mendalam. Mereka adalah sebagai berikut:
Rangkaian produk yang luas
Segel efektif
Kepercayaan
Mudah dirangkai
Urutan kualitas
Bahan kualitas
Mudah di-install
Kuat
Reputasi baik
Akan merekomendasikan
Garansi yang bagus
Murah
Nilai yang baik
Pasokan yang berlanjut
Untuk mengenali ‘mantan pengguna’. Penjual diminta untuk menyebutkan apakah mereka baru memiliki stok, tidak pernah memiliki stok, atau selalu memiliki stok masing-masing merk. Proses ini memastikan ada perbedaan yang jelas antara mereka yang belum pernah mencoba merk dan mereka yang memiliki sejarah masa lalu dalam menggunakan merk itu. Penggunaan penjual juga bermanfaat, karena mereka memiliki stok merk secara berlanjut sehaingga tidak ada mantan pengguna yang merupakan pembeli ringan atau memutari daftar.

Hasil
Seperti statistika deskriptif, penetrasi merk untuk masing-masing kelompok penggunaan ditunjukkan pada Tabel 1. Mereka yang tidak menspesifikkan status penggunaan mereka diletakkan dalam kategori ‘tidak pernah’ mencoba.
Dalam Bird dkk., mantan pengguna adalah suk-kelompok penggunaan terbesar (dilaporkan secara umum setidaknya 50%). Di sini, rata-rata kelompok mantan pengguna adalah 10%.
Hasil di Tabel 2 adalah untuk empat merk terbesar di pasar. Merk terkecil memiliki terlalu sedikit mantan pengguna dan pengguna sekarang untuk membuat perbandingan sub-kelompok yang valid. Angka di Tabel 2 adalah proporsi untuk masing-masing kelompok pengguna yang, pada rata-rata, mengaitkan merk dengan atribut yang diberikan ke responden. Ini dihitung dengan cara yang sama dengan Bird dkk. Misalnya, pada rata-rata 83% pengguna sekarang dari Merk 1 mengaitkannya dengan atribut citra yang disediakan.
Mengacu ke Tabel 2, ‘mantan pengguna’ lebih mungkin untuk mengaitkan merk dengan atribut citra daripada mereka yang belum pernah mencoba merk itu. Oleh karena itu, Hipotesis 1 tidak didukung. Memiliki metode untuk mengkategorikan ‘mantan pengguna’ yang fokus pada mereka yang telah menolak merk tidak mengubah pola yang ditemukan oleh Bird dkk. Dalam semua kategori, proporsi rata-ratanya lebih tinggi dari Bird dkk. Hal ini mungkin merupakan fungsi mewawancara penjual, yang akan lebih tahu mengenai merk daripada pengguna akhir. Bird dkk. juga mencatat kecenderungan bagi pemimpin merk untuk memiliki proporsi yang diatas normal dari respon baik ‘mantan pengguna’. Pola ini tidak terlihat dalam penelitian ini. Tetapi kurangnya perbedaan antara ‘belum pernah mencoba’ dengan ‘mantan pengguna’ untuk Merk 1 menyatakan bahwa proporsi “di atas normal” untuk pemimpin merk ini mungkin terwujud di kelompok ‘belum pernah mencoba’ daripada kelompok ‘mantan pengguna’.
Hasil untuk menguji Hipotesis 2 ditunjukkan di Tabel 3. Ada tren yang konsisten untuk ‘mantan pengguna’ untuk lebih mungkin menyebutkan pernyataan positif mengenai merk daripada yang ‘belum pernah mencoba’. Ini mendukung penemuan Birds dkk. tetapi tidak Hipotesis 2.
Jumlah atribut penting yang disebutkan oleh pengguna sekarang tidak berbeda menurut merk. Tetapi, ini tampaknya menjadi tren penggunaan untuk kelompok yang ‘belum pernah mencoba’, dan untuk luas tertentu, ‘mantan pengguna’. Makin banyak pengguna yang dimiliki merk, makin tinggi jumlah atribut penting yang disebutkan oleh kedua kelompok non-pengguna.

Diskusi
Penelitian ini menguji kemampuan untuk menggeneralisasi penemuan dari Bird dkk. bahwa ‘mantan pengguna’ lebih mungkin untuk mengaitkan merk dengan atribut citra positif daripada mereka yang belum pernah mencoba merk itu. Perluasan pertama adalah metode yang digunakan untuk mengenali ‘mantan pengguna’. Di sini, ‘mantan pengguna’ hanyalah mereka yang memiliki pengalaman masa lalu dengan merk tetapi telah menolak merk itu. Yang kedua adalah metode mengumpulkan asosiasi dengan atribut citra, yang diubah untuk fokus pada atribut citra penting. Di kedua kasus, hasil utama penelitian asli digandakan.
Sementara fokus makalah ini adalah memeriksa respon citra yang diberikan oleh ‘mantan pengguna’ dibandingkan dengan mereka yang belum pernah mencoba merk itu, perbedaan positif besar pada level respon citra yang diberikan oleh ‘pengguna sekarang’ dibandingkan dengan non-sekarang/non-pengguna sebaiknya tidak diabaikan. Teori pemasaran tradisional secara umum menegaskan bahwa mereka adalah pengguna karena kepercayaan mereka mengenai merk. Tetapi, juga mungkin bahwa sebagian besar kepercayaan merk mereka dibentuk pasca-pemakaian dan sehingga mengikuti, bukan mendahului perilaku. Dalam kejadian apapun, penemuan ini menyatakan bahwa pemakaian merk adalah faktor kontekstual kunci dalam memahami dan menafsirkan respon citra merk.

Implikasi, Batasan dan Penelitian Mendatang
Implikasi kunci penelitian ini adalah pentingnya memahami sejarah penggunaan responden ketika menafsirkan penelitian citra merk. Hubungan dnegan perilaku masa depan lebih sulit untuk ditentukan kecuali pengaruh perilaku masa lalu dapat dikontrol untuk analisis. Kurangnya pemahaman mengenai hubungan dengan penggunaan masa lalu mungkin adalah mengapa para peneliti citra merk belum menemukan hubungan solid antara persepsi pelanggan mengenai merk dan perilaku membeli mendatang.
Batasan penelitian ini adalah ketidakmampuan untuk menyelidiki efek kekinian penggunaan. Fokus penelitian ini adalah pada kelompok non-pengguna, yang dikategorikan berdasarkan perilaku masa lalu. Sebua area penelitian mendatang adalah untuk meneliti apakah, pada pengguna sekarang, ada perbedaan dalam kecenderungan untuk memberi respon citra berdasarkan kekinian penggunaan. Hasil Bird dkk. menyatakan bahwa pengguna yang lebih baru lebih mungkin untuk mengaitkan merk dengan atribut citra daripada pengguna yang kurang baru.
Penelitian mendatang di area ini seharusnya menyelidiki lebih dalam ke dalam alasan untuk status mantan pengguna untuk melihat apakah ini memiliki efek pada hasil. Mungkin mantan pengguna yang menolak merk karena kegagalan bagiannya mungkin memiliki kemungkinan lebih kecil untuk menunjukkan respon positif mengenai merk daripada mereka yang meninggalkan merk itu karena tawaran dari pesaing. Juga peran persepsi negatif seharusnya dieksplorasi. Mungkin bahwa sementara merk dirasa positif pada kebanyakan atribut, kehadiran persepsi negatif sudah cukup untuk beralih merk. Oleh karena itu ‘mantan pengguna’ tidak jelas dengan ketiadaan atribut positif, tetapi kehadiran atribut negatif. Penelitian citra mnendatang secara umum sebaiknya fokus pada melihat apakah, ketika penggunaan masa lalu responden dikontrol, ada hubungan yang terdeteksi antara respon citra dan perilaku pelanggan di masa depan. Jika tidak, sulit untuk melihat adanya nilai dalam pengukuran citra merk, kecuali sebagai sebuah cara yang sulit untuk mengukur penggunaan di masa lalu.

Sekian Dulu Yaa...
Kalo butuh versi lengkap reviewnya ato
Butuh j urnal aslinya (bahasa inggris)
Request Aja...
Diana - o85868o39oo9
Thanks