CASE STUDY - GLOBAL STRATEGY PERUSAHAAN BOEING


 
PROFIL PERUSAHAAN
Boeing Company (NYSE: BA) adalah sebuah perusahaan pembuat pesawat dan aeroangkasa, bermarkas di Chicago, Illinois, dengan fasilitas produksi terbesarnya di Everett, Washington, dekat Seattle, Washington Dia juga merupakan kontraktor pertahanan, dan sebuah komponen dari Dow Jones Industrial Average.
Boeing didirikan oleh William Edward Boeing, seorang yang awalnya adalah pebisnis dan penebang kayu yang sukses. Bersama rekannya George Conrad Westervelt pada tahun 1916, dia mendirikan perusahaan pabrik pesawat terbang yang saat itu bernama Pacific Aero Products.
Dua divisi utama dari Boeing adalah Boeing Integrated Defense Systems (IDS), bertanggung jawab untuk produk militer dan angkasa, dan Boeing Commercial Airplanes (BCA), bertanggung jawab untuk pesawat sipil.

STRATEGI GLOBAL PERUSAHAAN BOEING
Sekarang ini, perusahaan global diakui sebagai bagian lokal dari komunitas, wilayah, dan negara dimana perusahaan tersebut melakukan bisnis. Dan bagi Boeing untuk tetap survive dan berjaya, Boeing juga harus menjadi perusahaan global.
Pasar global merupakan keadaan yang tidak dapat dielakkan lagi. Jadi, ini merupakan persaingan global. Apabila perusahaan terus menciptakan nilai dan peluang, termasuk pekerjaan untuk orang – orang Boeing, kita perlu menjadi global. Tidak cukup panjang untuk tiba dengan barang dan jasa yang hebat yang diharapkan dapat menciptakan penjualan besar. Boeing harus menjadi bagian dari komunitas dimana perusahaan melakukan bisnis.

Boeing secara aktif mengejar strategi untuk globalisasi dan penciptaan nilai global melalui kemitraan baru, joint ventures, merger, dan akuisis, hubungan suplier dan perluasan dalam kancah internasional.

Saat ini 5.300 atau kira – kira 3 persen dari 174.000 karyawan Boeing dan anak perusahaannya berbasis di luar Amerika Serikat. Mereka tersebar di seluruh 61 negara dan teritorial, termasuk 3000 orang di Australia dan ratusan lebih di Inggris, Jerman dan Rusia, dan lai – lain.
Kunci untuk mencapai hal ini adalah perluasan strategi global yang pada bulan Januari 2001 dibentuk oleh organisasi Hubungan Internasional Boeing yang dipimpin oleh Pickering. Pada saat itu dikatakan bahwa “Kita jelas – jelas memahami bahwa kita perlu membawa fokus yang lebih besar untuk kehadiran global”. Satu tahun sebelumnya, ditetapkan tahap dorongan global ketika diperkenalkan majalah Aviation, Week & Space Technology. Boeing berada di ambang pintu menuju sangat global, dunia yang mobile, dan implikasi bagi penerbangan itu sangat besar”.
Salah satu dari kepercayaan utama Hubungan Internasional adalah membentuk negara baru atau eksekutif regional dan tim strategi negara. Di masa lalu, tidak ada eksekutif negara yang dipekerjakan secara penuh waktu. Kantor “luar negeri” terutama hanya merupakan operasi bisnis individual yang difokuskan pada satu aktivitas seperti penjualan atau usaha dengan seseorang seperti eksekutif negara.
Hal ini, bagaimanapun, berubah dengan sangat cepat. Lima eksekutif negara (country executives) telah direkrut di tahun sebelumnya, jauh lebih terencana. Staff HRD secara agresif mengidentifikasi kandidat yang memenuhi kualifikasi, orang – orang yang kaliber dan memiliki pengetahuan tentang budaya dan bahasa lokal, untuk mengepalai jaringan pada 25 negara atau kantor regional di tahun 2005.                             
Eksekutif baru tersebut akan bekerja dengan unit bisnis untuk mengidentifikasi suplier, kemitraan, dan peluang joint-ventures, dan memperhatikan regulasi dan masalah pemerintahan yang dapat mempengaruhi Boeing. Mereka juga memberikan saran dan bantuan kampanye pemasaran. Tetapi untuk penjualan, harus dilakukan oleh orang – orang yang mendesain dan membuat produk.
Pemimpin country executives juga akan meningkatkan visibilitas Boeing dan memperluas komitmennya untuk negara – negara yang mereka layani. Mereka secara aktif mengkomunikasikan bahwa komitmen pada audiens di negara tersebut – industri, media, pemerintahan, akademia, dan stakeholders lainnya – dan membentuk hubungan yang kuat dengannya. Mereka juga membantu menyampaikan pesan Boeing secara jelas lintas budaya, untuk melakukan bisnis dengan cara yang sensitif dan efektif.


Ketika Boeing memproduksi secara global, maka Boeing juga mendapatkan sumber secara global. Walaupun beberapa persyaratan yang ditentukan seperti kondisi pembelian bagi pembelian utama Boeing oleh konsumen non-USA, sebagian dipenuhi sebagai bagian dari pencarian mitra dan supplier yang memiliki kualitas tinggi dan berbiaya rendah, yang dapat memberikan nilai tambah bagi Boeing untuk semakin meningkatkan kompetitivitas secara keseluruhan.
Program Kepemimpinan Global Boeing juga membantu eksekutif perusahaan untuk mengembangkan dan memperluas mindset global mereka. Kursus 27 hari yang diambil oleh manajer dilakukan untuk mempelajari suplier, konsumen, pesaing Boieng di sekitar mereka. Tujuan utamanya adalah untuk mensensitifkan eksekutif tersebut dengan sejarah, politik, budaya, dan tradisi wilayah spesifik mereka. Dengan latar belakang ini, partisipan mempelajari praktek bisnis, dinamika kompetitif, dan peluang pasar dalam area terseubut dan melaporkannya kembali pada Dewan Eksekutif perusahaan.
Bagian lain dari strategi globalisasi adalah mempercepat penyampaian pengetahuan global yang mendalam dengan kepemimpinan Boeing. Manajer dan staffnya secara reguler menulis artikel dan analisis mengenai situasi politik dan ekonomi dunia. Hal tersebut kemudian diteruskan kepada anggota – anggota Dewan Eksekutif Boeing, memberukan informasi yang akurat dan wawasan mengenai prospek bisnis dunia serta perubahan politik yang dapat mempengaruhi unit bisnis dan pasar Boeing.
Pada akhirnya, globalisasi juga berkaitan dengan manusia – Orang – orang Boeing – semakin melesat. Dari sudut pandang sumber daya manusia, globalisasi meningkatkan kumpulan sumber – sumber daya yang bertalenta. Dan, hal ini juga memberikan kita  pandangan yang berbeda pada dunia – dunia yang dipenuhi dengan pelanggan, teknologi, dan peluang produksi yang perlu kita perlukan untuk membangun nilai dan tinggal dengan sejahtera. Ketika Boeing lebih efektif secara global, perusahaan akan menjadi lebih berpengetahuan, lebih fleksibel, dan lebih terbuka terhadap gagasan – gagasan – dan akhirnya lebih berhasil sebagai sebuah bisnis.
Mentransformasikan Boeing dari perusahaan yang menjual keberhasilan secara internasional menjadi perusahaan global yang mapan tidak terjadi hanya dalam waktu semalam. Hal ini diperlukan bertahun – tahun sebelum Boeing mencapai kedalaman dan lokalisasi global yang diperlukan untuk mempertahankan persaingan jangka panjang. Bagaimanapun, dengan dukungan yang kuat dari dewan direktur Boeing, pimpinan dan pemimpin unit bisnis, Boeing akan dapat mencapai barisan depan dengan strategi untuk mengembangkan mindset global dan kehadiran global.
Ketika Boeing memasuki abad ke-21, langkah perubahan – perubahan worldwide – terakselerasi. Perusahaan menjadi semakin global, menghubungkan dirinya sendiri secara elektronik dengan suplier dan pelanggan di seluruh dunia.
Visi Boeing adalah untuk menciptakan akses instan pada informasi oleh setiap orang dalam perusahaan dari manapun di seluruh dunia. Visi ini akan direalisasikan sepenuhnya ketika tim virtual, tersebar di seluruh dunia, bekerja bersama, seperti mereka pada satu ruang yang sama. Untuk alasan ini, Boeing berkomitmen untuk mengembangkan dan menggunakan layanan “e” secara cepat. “Enabling technology” yang akan membantu mengubah cara orang bekerja di Boeing termasuk Internet, yang mana akan melanjutkan memainkan peran penting dengan mengijinkan perusahaan mengembangkan model bisnis baru. Pimpinan, pelanggan, dan suplier di seluruh dunia dapat terhubung satu sama lain dan Boeing melalui Web dengan investasi minimum. 

Sekian dulu pembahasannya yaa....
Untuk paper versi lengkap
atau mau request judul lain
hubungi saya aja
Diana - o85868o39oo9
Ditunggu Ordernya Yaaa
Thanks

ARTIKEL - KONSEP BAURAN PEMASARAN PADA BANK BNI



 


a. Produk
        Klasifikasi Produk
Dilihat dari karakteristiknya yang tidak berwujud dan tidak dapat dipisahkan antara Bank BNI dengan nasabahnya, maka Bank BNI dikategorikan sebagai jasa.
        Merek
Keputusan mengenai merek dari menggunakan nama dagang perusahaan, yaitu Bank BNI.
        Jenis Produk
Tabungan, Giro, KPR BNI Griya, Asuransi BNI Life Insurance, BNI Wirausaha, Simfoni, BNI Haji, BNI Securities, BNI Syariah, dan lain – lain.

b. Suku Bunga
Penentuan suku bunga kredit merupakan masalah yang cukup penting, karena besarnya suku bunga kredit menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan nasabah untuk bertransaksi di suatu bank.
Secara umum Bank BNI memberlakukan sistem single rate, artinya suku bunga pinjaman adalah sama untuk setiap nasabah. Bank BNI menggunakan model pembebanan suku bunga floating rate untuk meminimalisasi terjadinya risiko suku bunga, mengingat suku bunga dana pihak ketiga juga bersifat floating. Bank BNI selalu berusaha untuk menawarkan suku bunga yang cukup menarik dan mengikuti kondisi pasar.

c. Lokasi
Penentuan lokasi suatu cabang bank merupakan salah satu kebijakan penting. Bank yang terletak dalam lokasi yang strategis sangat memudahkan nasabah dalam berurusan dengan bank. Sebelum Bank BNI memutuskan untuk mendirikan suatu kantor cabang baru maka terlebih dahulu dilakukan peninjauan ke lokasi tersebut. Lokasi yang dipilih harus memenuhi kriteria seperti dekat dengan pusat keramaian, akses terjangkau setelah jam kerja berakhir, tidak berada di daerah rawan, dan lokasi harus berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan dana.

 d. Promosi
Promosi merupakan cara untuk mengkomunikasikan produk layanan Bank BNI agar diketahui oleh masyarakat luas. Bentuk-bentuk promosi yang dilakukan Bank BNI, antara lain:
       Periklanan
Media yang digunakan untuk mempromosikan KPR Bank BNI adalah semua lini, baik dari lini atas (TVC, majalah, surat kabar, radio) dan media lini bawah (brosur, spanduk, dan banner, dan lain – lain).
       Penjualan personal
Promosi melalui penjualan personal merupakan salah satu cara yang digunakan dalam mempromosikan  Bank BNI. Melalui penjualan personal inilah produk Bank BNI ditawarkan kepada nasabah. Hubungan baik dengan seseorang yang telah menjadi nasabah Bank BNI memungkinkan tenaga pemasar untuk mengkomunikasikan produk-produk Bank BNI.
       Hubungan Masyarakat
Kegiatan hubungan masyarakat yang pernah dilakukan Bank BNI dalam mempromosikan produk adalah dengan mengikuti pameran-pameran, amal dan BNI Peduli, Beasiswa pendidikan, dan lain - lain. Publikasi laporan tahunan tentunya dilakukan oleh Bank BNI..
       Promosi penjualan
Bank BNI senantiasa melakukan promosi penjualan.

e. Orang
Bank BNI telah memiliki Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang transparan dan terpadu. MSDM ini meliputi proses rekrutment, pengembangan dan pembinaan SDM dalam rangka membantu pencapaian tujuan-tujuan organisasi pada umumnya dan tujuan-tujuan dalam bidang SDM pada khususnya.
Proses rekrutmen yang dilaksanakan telah terstandarisasi sehingga diharapkan dapat tercipta the right man on the right place. Setiap karyawan baru akan melalui masa percobaan dan training selama tiga bulan pertama. Hal ini bertujuan agar setiap karyawan mengenal bidang pekerjaannya dan beradaptasi dengan budaya perusahaan. Bank BNI menyediakan program pendidikan dan pelatihan.
Pada tahun 2004, program pelatihan dan pendidikan  difokuskan kepada manajemen risiko. Tahun 2005 Leadership dan Service Quality sudah mulai direncanakan untuk dilaksanakan.

f. Proses
Proses pengajuan aplikasi relatif mudah. Misalnya, untuk  pengajuan kredit KPR prosesnya lebih sederhana dibandingkan dengan kredit komersial, dari mulai syarat pengajuan hingga proses analisanya pun relatif lebih sederhana.
Proses dari mulai pengajuan hingga dana dicairkan adalah sebagai berikut: Setelah kelengkapan data diserahkan oleh pemohon ke Bank BNI maka dilakukan peninjauan ke lokasi oleh apraisal, hasil penilaian dari apraisal diserahkan ke Acount Officer untuk diproses lebih lanjut, setelah disetujui oleh pejabat yang berwenang lalu diserahkan ke administrasi kredit, didaftarkan ke Notaris untuk dilakukan pengikatan, setelah ditandatangani perjanjian antara pemohon dan Bank BNI di depan Notaris maka dilakukan pencairan pinjaman.

g. Layanan Pelanggan
Demi meningkatkan pelayanan kepada nasabah, Bank BNI telah memiliki suatu bagian yang bernama Information Service Assistance (ISA) yang bertujuan untuk memberikan pelayanan terhadap nasabah melalui telepon, melalui ISA nasabah dapat memberikan masukan ataupun keluhan. Layanan pun semakin ditingkatkan dengan menyediakan layanan perbankan melalui counter selama tujuh hari dalam  seminggu, untuk saat ini layanan ini masih terbatas di counter-counter tertentu.Layanan pelanggan ini diberikan kepada semua nasabah Bank BNI..

h. Physical evidence.
Bukti fisik yang terkait dengan BNI adalah gedung, peralatan, tatanan eksterior dan interior, penampilan karyawan, buku tabungan, lembar aplikasi, furniture, mesin hitung, dan lain – lain yang menjadi cerminan Bank BNI.

 SIMPULAN
Bank BNI merupakan bank yang sudah lama berdiri di Indonesia, dan merupakan bank yang memiliki banyak nasabah. Dalam memberikan pelayanannya, Bank BNI mengoptimalkan segala aspek dari konsep bauran pemasaran perusahaan jasa, khususnya perbankan. Bauran pemasaran Bank BNI melibatkan sisi product, price, place, promotion, people, process, dan physical evidence. Seluruh aplikasi dari bauran pemasaran tersebut dilaksanakan dengan cara yang terintegrasi dan melibatkan seluruh elemen – elemen yang ada dalam perbankan tersebut.
  
DAFTAR PUSTAKA
 Tjiptono, Fandy, Service Management – Mewujudkan Layanan Prima, 2008. Penerbit Andi, Yogyakarta
 Kottler, P, and K.L. Keller (2006), Marketing Management, 12th ed, Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall.
 Annual Report BNI 2009
 http://www.bni.co.id  
 http://en.wikipedia.org/wiki/Bank_Negara_Indonesia

Artikel ini cuma versi ringkasnya aja
Untuk artikel lengkap atau
mau request artikel judul lain
silakan hubungi saya
Diana - o85868o39oo9
Ditunggu ordernya yaa?
Thanks

REVIEW JURNAL - PACKAGING AS BRAND COMMUNICATION: EFFECTS OF PRODUCT PICTURES ON CONSUMER RESPONSES TO THE PACKAGE AND BRAND



Kemasan sebagai Brand Communication : Pengaruh Gambar Produk pada Respon Konsumen terhadap Kemasan dan Brand


Underwood, Robert L; Klein, Noreen M
Journal of Marketing Theory and Practice 10. 4 (Fall 2002): 58-68.



Pendahuluan
Konsumen dan tren industri saat ini berpendapat semakinpentingnya peran kemasan produk sebagai sarana komunikasi pemasaran bagi manajer brand. Tren tersebut termasuk pada meningkatnya keputusan pembelian produk tidak tahan lama pada rak supermarket (Vartan &Rosenfeld 1987; Prone 1993; POPAI 2001). Penelitian yang mengukur pengaruh ukuran kemasan pada penggunaan konsumen (Wansink 1996), mengidentifikasi dan memeriksa isu pengemasan secara etis (Bone and Corey 1992, 2000), dan memeriksa ketelitian dan dan kompetensi komunikatif dari kemasan (Polonsky et al. 1998; Underwood and Ozanne 1998).  Dengan demikian bagian dari penelitian empiris sekarang muncul untuk memandu keputusan manajerial mengenai rancangan kemasan. Aliran sentral dalam penelitian ini berkaitan dengan pengaruh visual dari kemasan terhadap respon konsumen untuk sebuah produk. Beberapa penelitian telah mengukur dampak tampilan kemasan relatif (yaitu, kebaruan, warna) pada perhatian konsumen, kategorisasi, dan evaluasi (Plasschart 1995; Schoormans, Robben, and Henry 1997; Garber, Burke and Jones 2000), perhatian visual selama memilih merek (Pieters and Warlop 1999), dan pengaruh perbandingan produk (pada kemasan) terhadap perhatian dan pilihan konsumen (Underwood, Klein and Burke 2001). Beberapa penelitian mengilustrasikan bahwa bentuk, fungsi, dan tampilan kemasan dapat memiliki pengaruh yang kuat pada respon konsumen terhadap sebuah produk. Studi saat ini merupakan perluasan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan menyelidiki pengaruh penempatan gambar produk pada kemasannya.
Tinjauan Literatur
Harckham (1989) mencatat bahwa kemasan adalah tempat pertemuan pembeli dengan produk karena kemasan seringkali memproyeksikan kesan awal yang dibentuk konsumen tentang merek,kualitas, atau nilainya.
Pengaruh Desain Kemasan
Kemasan merupakan isyarat ekstrinsik; yaitu, atribut yang berkaitan dengan produk tetapi bukan merupakan produk fisik (contoh lainnya termasuk harga dan merek) )Olson dan Jacoby, 1972).
Teori penggunaan isyarat (Richardson, 1994) mengajukan bahwa konsumen seringkali menggunakan isyarat ekstrinsik sebagai indikator yang mewakili kualitas produk. Hal ini terjadi ketika (1) merek tidak familiar agi konsumen, (2) ketika konsumen tidak memiliki cukup peluang untuk mengevaluasi atribut intrinsik dari sebuah produk, dan (3) ketika konsumen tidak suap untuk mengevaluasi atribut – atribut intrinsik.
The accessibility – diagnosticity framework milik Feldman dan Lynch (1988) berpendapat bahwa probabilitas menggunakan segala bagian informasi sebagai input untuk penilaian atau pilihan merupakan fungsi positif dari (1) aksesibilitas input, (2) aksesibilitas input – input alternatif, dan (3) diagnositas atau relevansi yang dirasakan dari input.
Picture elicit imagery processing milik Pavio (1986), didefinisikan Maclnnis dan Price (1987) sebagai representasi dalam bekerjanya memori sensor informasi. Maclnnis dan Price (1987) mengemukakan bahwa pencitraan dari brand individu ini mengarah pada lebih sedikit merek yang dievaluasi, yang mana meningkatkan kemungkinan sebuah merek untuk dibeli.
Bagi produk- produk dalam domain ini, kami membuat hipotesis berikut :
H1       : Memasukkan gambar produk pada kemasan akan secara positif mempengaruhi :
a.       Sikap terhadapkemasan
b.      Kepercayaan mengenai atribut – atribut merek sensoris
c.       Evaluasi merek
Familiaritas Merek (Brand Familiarity)
Model yang diajukan menunjukkan bahwa familiaritas merek (tinggi vs rendah) memoderasi pengaruh positif dari desain kemasan pada sikap terhadap kemasan, kepercayaan atribut merek, dan evaluasi merek.
H2       : Memasukkan gambar produk pada kemasan akan lebih memiliki pengaruh yang lebih jelas pada merek dengan familiaritas rendah daripada merek dengan familiaritas tinggi, dengan mengacu pada :
a.       Sikap terhadap kemasan
b.      Kepercayaan tentang atribut merek sensoris
c.       Evaluasi merek
Gambar 1- Model Konseptual dari Pengaruh Gambar Kemasan


 




 
Penelitian Empiris
Kami menguji hipotesis di atas dalam eksperimen yang dilakukan dengan 265 subjek pada universitas negeri yang besar. Subjek mengevaluasi citra kemasan merek nasional atau private label yang menggunakan komputer dalam tiga kategori produk.
Desain
Desain eksperimental adalah bauran desain 2 (desain kemasan) x 2(familiaritas merek) x 3(kategori produk). Subjek secara acak ditentukan pada satu dari empat kelompok perlakuan yang bervariasi dalam desain kemasan untuk brand target (dengan atau tanpa gambar) dan familiaritas merek target (tinggi vs. rendah).
Hasil
Studi memungkinkan pengukuran berulang analisis variansi lintas produk menggunakan GLM. Tabel 2 menunjukkan hasil analisis GLM tersebut pada pengaruh desain kemasan pada sikap terhadap kemasan, kepercayaan merek, dan evaluasi merek untuk produk dalam studi ini.
Kepercayaan Merek
Hasil studi memberikan kesimpulan yang jelas agi manajer produk, yang mana perusahaan secara positif meningkatkan kepercayaan pembeli tentang rasa produk secara mudah dengan menambahkan gambar produk yang menarik pada kemasan. Bagaimanapun, pengaruh ini nampaknya terbatas pada atribut – atribut intrinsik yang dapat secara logis disimpulkan dari gambar.
Evaluasi Merek
Gambar kemasan dalam studi ini mengarah pada perubahan kepercayaan positif tentang selera merek, yang mana dapat mempengaruhi evaluasi merek. Bagaimanapun, hasil dari analisis ini tidak menunjukkan adanya pengaruh gambar kemasan pada evaluasi merek ; dengan demikian tidak mendukung hipotesis H1c.

Implikasi Manajerial
Beragam faktor pasar (misalnya, perkembangan merek, dana iklan yang diarahkan untuk promosi penjualan dan point-of-purchase) dan tren konsumen (yaitu meningkatnya pengambilan keputusan di dalam toko, gaya hidup mobile) telah membuat manajer brand memfokuskan perhatian yang lebih besar pada kemasan sebagai sarana komunikasi pemasaran. 

Review ini cuma versi sampel aja 
(jadi emang kurang lengkap)
untuk versi lengkapnya atau
review jurnal judul lain
silakan hubungi saya
Diana - o858688o39oo9
Ditunggu Ordernya Yaa?
Thanks

STUDI KASUS - AUDIT BANK CENTURY



LATAR BELAKANG MASALAH
Kebobrokan Bank Century sebenarnya sudah berawal dari sejak terbentuknya bank itu sendiri., ditambah lemahnya pengawasan pemerintah yang seakan dengan mudah percaya. Uang rakyat 6,7 trilyun menguap tanpa ada kejelasan arahnya kemana. Terbentuk dari beberapa bank itu “sakit”, yang diselamatkan atas dasar akibat sistemik. Kasusnya pun berakhir menggelinding seiring pembeberan audit dari proses pencairan dana kepada bank Century oleh BPK, menyeret beberapa pejabat yang berwenang dalam perekonomian saat itu, Boediono dan Sri Mulyani. Dalam dasar sederhananya adalah : Bank Century merupakan bank kecil yang dikelola oleh orang yang tidak benar. Tanggal 13 November 2008, bank Century kolaps karena kalah kliring. Pemerintah dan BI pada saat yang takut masakahnya akan berakibat sistemik, dan mendorong Indonesia ke dalam krisis moneter memutuskan mem-bail out Bank Century. Padahal kalupun dilihat banyak yang tidak setuju karena menilai Bank Century terlalu kecil dan tidak signifikan. Masalahnya tidak ada ukuran jelas dalam menentukan dampak kerusakannya. Bank Century dari awalnya sudah memiliki kekacauan dalam manajemennya, dari penggelapan dana valuta asing, pemberian kredit yang sembarangan dan penempatan dana investasi yang tidak jelas. Tak tanggung-tanggung juga ternyata sang pemilik, Robert Tantular membobol bank miliknya sendiri.

Ketika ada yang menduga Bank Century diselamatkan bukan karena faktor sistemik, tapi karena konspirasi sementara pejabat BI untuk menyelamatkan deposan besar, yang diduga merupakan penyumbang salah satu partai politik, maka kasusnya pun beruah menjadi bahan politik. Hak angket pun muncul ketika para politisi berjuang atas nama rakyat, yang sebenarnya rakyat sendiri tidak tahu kemana jelasnya arahnya.

Kasus Bank Century (BC) yang telah diselamatkan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan dana akhir Rp6,762 triliun masih menyisakan kontroversi dan akan menjadi pekerjaan rumah bagi Komisi XI (Keuangan dan Perbankan). LPS menangani PT Bank Century Tbk berdasarkan Keputusan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dan Keputusan Komite Koordinasi (KK) tanggal 21 November 2008 yang memutuskan penyerahan BC kepada LPS untuk ditangani sesuai dengan UU LPS.

Berdasarkan UU LPS, penanganan bank gagal yang berdampak sistemik dilakukan dengan melakukan penyelamatan. Berdasarkan UU LPS, sejak dilakukan penanganan bank gagal, LPS mengambil alih segala hak dan wewenang RUPS, kepemilikan, kepengurusan, dan/atau kepentingan lain pada BC.

Jumlah tambahan modal yang disetorkan LPS kepada BC, yaitu sebesar Rp6,762 triliun, seluruhnya didasarkan atas hasil penilaian Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas perbankan sehingga bank tersebut memenuhi ketentuan mengenai tingkat kesehatan bank.

Penyebab Bank Century Gagal  (Default)
Krisis yang terjadi di Bank Century (BC) bermula dari kejahatan pemilik dalam dua bentuk; praktik penipuan dan penempatan dana yang tidak prudent. BC sendiri merupakan sebuah bank yang tercipta dari hasil merger, yaitu PT Bank CIC Intenational, PT Bank Danpac, dan PT Bank Pikko.Adapun kronologi masing-masing dijelaskan berikut.
Praktik penipuan (fraud). Praktik penipuan terjadi melalui penjualan produk investasi reksa dana.
Kebijakan penempatan dana yang tidak didasarkan pada praktik perbankan yang sehat (prudential banking).

Kontroversi Bailout
Karena kejahatan pemilik tersebut akhirnya BC mengalami krisis likuiditas, CAR-nya menjadi negatif dan mengalami gagal bayar (default) atas kewajibannya kepada nasabah. Akhirnya setelah rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terdiri atas BI, Menkeu, dan LPS, pada 23 November 2008, diputuskanlah BC perlu untuk diselamatkan LPS dengan dana akhir Rp6,762. Meski sebelumnya, likuidasi (pembubaran) BC sempat menjadi opsi saat dua kali rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), 20-21 November 2008 (Menurut Kabiro Stabilitas Sistem Keuangan BI, Wimboh Santoso). Dengan dasar agar tidak menimbulkan risiko sistemik terhadap bank-bank lain. Alasan sistemik ini masih menjadi kontroversi.

Perkembangan Terakhir
  • Enam bulan setelah penyelamatan bank itu telah membuahkan hasil setidaknya berupa perbaikan kinerja, terlihat dari peningkatan likuiditas dan rentabilitas dengan kemampuan membukukan laba Rp199 miliar hingga 31 Juli 2009.
  • Rencana perubahan nama Bank Century menjadi Bank Mutiara menunjukkan adanya komitmen untuk menjadi lebih baik.
  • Penyelamatan BC potensial menimbulkan masalah lain, setelah diungkapkan adanya 18 bank umum dan lima bank daerah yang potensial bermasalah seperti halnya BC, ketika krisis finansial memuncak akhir tahun lalu. Pengungkapan informasi di balik penyelamatan tersebut potensial menggerogoti kepercayaan terhadap perbankan nasional. Bisa jadi bank-bank kecil atau bank sekelas BC berpotensi menjadi korban pemindahan dana ke bank lain yang dianggap lebih aman.
  • Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (JAM Pidsus) Kejagung Marwan Effendy menyatakan penyuntikan dana Rp6,7 triliun ke Bank Cenutry tidak melanggar hukum karena mendasarkan pada Perppu No. 4/ 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan.
  • Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menegaskan audit investigasi atas kasus dana talangan sebesar Rp6,7 triliun kepada PT Bank Century Tbk tidak akan terpengaruh dengan adanya pernyataan Kejaksaan Agung mengenai kasus Bank Century tersebut.
  • PPATK mendapat banyak tekanan untuk mengusut aliran dana ke Bank Century itu. Dan hal ini sudah dilaporkan ke Kepala Polri mengenai ancaman tersebut.
  • Beberapa pihak sedang mendorong DPR untuk menggunakan hak angket atau penyelidikan. Dukungan DPR melalui Panitia Khusus Angket, diharapkan menjadi dukungan psikologis dan politis, juga turut menjaga agar anggota BPK tak dikriminalisasikan karena menelusuri aliran dana.


Referensi

Achmad Aris, “Audit investigasi Bank Century jalan terus”, Bisnis Indonesia, 27/10/09
Aries Heru Prasetyo, ”Asa bagi Wajah Baru Century”, Kompas 5 Oktober 2009
Aviliani, ”Pelajaran dari kasus Bank Century”, Bisnis Indonesia, 26 Mei 2009.
Infobank, 23-26 Oktober 2009.
Iman Sugema, “Risiko Sistemis Bank Century”, Republika, 07 September 2009.
Kompas, “Ada Upaya Penghentian: DPR Perlu Gelar Hak Angket Bank Century”, 27 Oktober 2009
Sunarsip, ”Benang merah kasus Bank Century”, Bisnis Indonesia, 7/9/09
Tajuk Bisnis Indonesia, ”Dilema Century”, 31/8/09 

Studi Kasus ini hanya versi ringkasnya aja,
untuk versi lengkap atau
mau request studi kasus lain
silakan hub saya
Diana - o85868o39oo9
Ditunggu ordernya yaah?
Thanks