Keberhasilan
Media Sosial Sebagai Propaganda Politik
(Studi
Kasus: Kemenangan Anies-Sandi di Pilgub DKI Jakarta 2017)
Pendahuluan
Perkembangan
zaman, saat ini terus terjadi. Hal yang paling menonjol adalah adalah dalam
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Terknologi (IPTEK), dimana teknologi komunikasi
dan informasi menjadi yang paling dapat dirasakan oleh masayrakat sekarang ini.
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi
tersebut, media, baik untuk media massa maupun media sosial mengalami kemajuan
yang pesat. Saat ini media merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan
manusia Hampir disetiap sendi kehidupan baik individu maupun secara berkelompok,
masyarakat sangat membutuhkan media informasi. Perkembangan media tersebut
lebih banyak dipicu oleh banyaknya kebutuhan akan informasi yang cepat akurat
dan dapat di percaya. Dalam perkembangan budaya dan teknologi tidak terlepas
dari media yang ada. Bahkan media baik media massa maupun media sosial sudah
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan budaya manusia saat ini.
Setiap orang sangat membutuhkan media. Informasi yang ada di media menjadi
kebutuhan pokok bagi individu, masyarakat, organisasi bahkan budaya suatu
daerah. (Musfialdy, 2015).
Kemajuan teknologi di bidang komunikasi dan informasi yang sangat
luar
biasa ditandai dengan hadirnya
internet dan berbagai
media sosial di dalamnya. Kemajuan ini telah mampu membawa dunia kepada
sebuah era baru, yang menunjukan komunikasi dan kebutuhan akses informasi
menjadi suatu kebutuhan yang tidak
dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat
di
zaman yang serba modern ini (Putra,
Bandiyah, & Noak, 2016). Bersamaan dengan
hal tersebut, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi juga semakin
memudahkan interaksi antar individu maupun kelompok. Lalu lintas pesan dan
pemberitaan tidak sepenuhnya dikuasai negara tetapi bebas mengalir pada
khalayak (Susanto, 2017).
Salah satu jenis media yang paling sering digunakan saat ini
adalah media sosial. Berdasarkan data dari Global Media Statistics tahun 2016,
Media social memiliki pengguna aktif sebesar 79 juta. Hal ini dapar terjadi
karena media sosial berkembang pesat sejalan dengan pertumbuhan dan kemudahan
akses informasi yang didukung oleh kekuatan teknologi komunikasi (Susanto,
2017).
Jumlah ini tentu masih terus meningkat, dimana berdasarkan data
yang dirilis We Are Social per Agustus 2017, jumlah di seluruh dunia
kian meningkat drastis yang menyentuh angka 3,8 miliar dengan penetrasi 51
persen dari total populasi di dunia (Jeko, 2017). Pada 2017 tersebut, 71 persen (sekitar
2,46 milyar) pengguna internet yang
paling banyak adalah pengguna media sosial dengan angka yang diperkirakan akan
terus bertambah. Hal ini karena, media
sosial adalah salah satu aktivitas online paling populer dengan tingkat
keterlibatan pengguna yang tinggi dan memperluas kemungkinan seluler (Satistika,
2018).
Kemudian, Pada akhir Januari 2018, We Are Social dan
Hootsuite, merilis data mengenai jumlah pengguna internet dan media sosial di
dunia. Berdasarkan data itu, pengguna internet di dunia telah mencapai 4 miliar
(Jamaludin, 2018). Bisa dipastikan
bahwa jumlah pengguna media sosial juga mengikuti peningkatan untuk tahun 2018.
Khususnya daikarenakan semakin mudaknya akses terhadap internet, seperti
maraknya smartphone, dan meningkatnya penawaran-penawaran paket internet
sebagai akses.
Dengan jumlah yang
sedemikian banyak, dan semakain lama masih terus meningkat, tidak heran jika
saat ini media sosial, banyak dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Maraknya traffic penggunaan media
sosial ini sudah bukan menjadi hal yang baru. Sejak mengalami booming di tahun
2012, keterikatan masyarakat terhadap media sosial semakin meningkat. Media
sosial yang awalnya hanya digunakan sebagai media untuk bersosialisasi dengan
temandan kerabat dekat, kini mulai menembus komunikasi antara individu dengan
institusi (Ardha, 2014), termasuk didalamnya
dalam bidang politik. Dimana, media sosial yang memiliki kekuatan dalam penyebaran
informasi menjadi pilihan untuk mempengaruhi, memotivasi, dan melakukan
tindakan yang dikehendaki oleh penyebar pesan (Susanto,
2017).
Berkaian dengan hal ini, maka dalam makalah ini akan
membahas mengenai keberhasilan media sosial sebagai propaganda politik, dengan
menngunakan sebuah studi kasus kemenangan Anies-Sandi
di Pilgub DKI Jakarta 2017. Dimana dalam hal ini akan dijelaskan strategi
seperti apa yang dilakukan oleh pasangan ini untuk meraih kursi sebagai
gubernur di DKI Jakarta untuk periode 2017-2022.
Pembahasan
1.
Pengertian
Propoganda Politik
Propaganda berasal dari bahasa latin, yaitu propagare
yang berarti mengembangkan atau memekarkan. Kata itu muncul dari kata Congregatio De Propaganda Fide pada
tahun 1622 ketika Paus Gregorius XV mendirikan organisasi yang bertujuan
mengembangkan dan memekarkan agama kahtholik Roma baik di Italia maupun di Negara-negara
lain (Sastropoetro, 1988). Propaganda
merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang sering kali digunakan oleh
individu ataupun kelompok sebagai media untuk menyebarluaskan suatu keyakinan
atau doktrin.
Kini istilah
propaganda sangat identik dengan satu aktivitas komunikasi yang berupaya
memanipulasi psikologis khalayak. Dalam politik, propaganda memainkan peran
yang sangat penting karena merupakan satu di antara pendekatan persuasi politik
selain periklanan dan retorika. Dalam praktiknya, propaganda mengelaborasi
pesan politik guna mendapatkan pengaruh secara persuasif. Biasanya digunakan
oleh seseorang atau sekelompok orang terorganisir yang ingin menciptakan
partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan individu-individu masyarakat yang
dipersatukan melalui manipulasi psikologis. Sementara itu, tak dapat dimungkiri
bahwa hampir seluruh pendekatan persuasi kepada khalayak di era informasi ini
menempatkan media massa sebagai instrumen saluran yang mesti digunakan. Media
massa mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting (Heryanto
& Farida, 2010).
Selain
itu, Harrold D. Lasswell mendefinisikan propaganda semata merujuk pada kontrol
opini, dengan simbol-simbol penting, atau berbicara lebih konkrit dan kurang
akurat melalui cerita, rumor, berita, gambar, atau bentuk-bentuk komunikasi
sosial lainnya. Dalam hal ini, Lasswell melihat propaganda membawa masyarakat
dalam situasi kebingungan, ragu-ragu dan terpaku pada sesuatu yang licik yang
tampaknya menipu dan menjatuhkan mereka. Propaganda diartikan sebagai proses
disemasi informasi untuk memengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang atau
kelompok masyarakat dengan motif indoktrinasi ideologi (Cangara,
2011).
Pendapat lain dari Herbert Blumer, mengemukakan bahwa propaganda dapat dianggap
sebagai suatu kampanye politik yang dengan sengaja mengajak dan membimbing
untuk memngaruhi, membujuk atau merayu banyak orang guna menerima suatu
pandangan, idiologi atau nilai (Arifin, 2011). Propaganda sekarang
merupakan bagian politik
rutin yang normal
dan dapat diterima, dan tidak
hanya terbatas pada pesan-pesan yang
dibuat selama perayaan politik,
kampanye, krisis, atau
perang.
2. Kelebihan Media Sosial
3.
Studi Kasus Pilgub DKI Jakarta 2017 dan
Keunggulan Strategi Propaganda Politik Melalui Media Sosial Pasangan
Anies-Sandi Mencapai Kemenangan
Tahun 2017, menjadi salah satu pusat
perhatian masyarakat umum terkait dengan agenda Pemilihan Gubernur untuk
menduduki kursi kepemimpinan periode 2017-2022 di wilayah DKI Jakarta sebagai Ibu kota
sekaligus kota yang selalu menjadi sorotan berbagai pihak dan kalangan
masayarakat, hal ini tidak terkecuali.
Dalam
perjalananya Pemilihan Umum Kepala Daerah
(Pemilukada) atau Pilgub
(Pemilihan Gubernur) disebut juga yang dilakukan pda tahun 2017 dilakukan
selama du putaran.Sebagaimana
yang ditentukan dalam UU No. 29 Tahun 2007, dalam pemilihan ini juga dilakukan dengan
dua putaran seperti yang sebelumnya pernah terjadi pada tahun 2012, sebab belum
ada pasangan calon yang memperoleh suara lebih dari 50%. Dimana pada putaran
kedua dapat dilakukan perbaikan atas berbagai persoalan yang muncul di putaran
pertama seperti akurasi DPT, kampanye, masa tenang, pencoblosan, dan penghitungan
serta rekapitulasi suara (Pahlevi, 2012).
Pada
Putaran pertama, pihak KPUD Jakarta mengumumkan secara
resmi hasil pemilihan gubernur (Pilgub) DKI yang dilaksanakan 15 Februari 2017
atas tiga pasangan calon sebagai peserta. Hasil dari proses rekapitulasi itu
yakni, Pasangan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)-Sylviana Murni mendapatkan suara
937.950 dengan presentasi 17,02 %, pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot
Syaiful Hidayat memperoleh 2.364577 dengan presentase 42,99 %, sedangkan
pasangan nomor urut 3 Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahudin Uno memperoleh
2.197.33 dengan presentase 39,95 % (Fardiansyah, 2017).
Selanjutnya, KPU DKI Jakarta menetapkan pasangan
cagub-cawagub yang bersaing di kontestasi Pilkada DKI putaran kedua, yaitu
pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)—Djarot Saiful Hidayat dan pasangan Anies
Rasyid Baswedan—Sandiaga Salahudin Uno dinyatakan menjadi calon pada putaran
kedua, sesuai dengan yang tertuang dalam surat keputusan KPU DKI Jakarta nomor
48/KPTS/KPU Prov 010/2017 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan
Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017,
dengan menetapkan calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta yang
memperoleh suara terbanyak pertama pada putaran pertama untuk mengikuti
pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta pada putaran selanjutnya (Ramdhani,
2017).
Sementara itu, pada Putaran Kedua, dengan dua
pasangan yang bersaing, ditetapkan bahwa pasangan Anies-Sandi unggul dengan perolehan suara 57,95
persen, dengan partai pengusung Gerindra dan PKS, meraih 3.240.057 suara.
Sedangkan pasangan cagub-cawagub
DKI Jakarta nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat mendapatkan
42,05 persen suara, atau sebanyak 2.351.141 dengan PDIP, Golkar, Hanura, dan
NasDem sebagai partai pengusungnya (Alief, 2017).
Berdasarkan
hasil kedua putaran yang berlangsung, hal ini dapat dilihat dari segi jumlah
akhir untuk kedua pasangan berbanding terbalik, dimana Ahok-Djarot (42,99%)
yang sebelumnya lebih unggul dibandingkan Anies-Sandi (39,95%) di putaran
pertama, berbalik posisi dengan keunggulan Anies-Sandi (57,95%) dibanding
Ahok-Djarot (42,05%). Dari perbandingan angka dapat dilihat bahwa pemilih
pasangan Ahok-Djarot cenderung menurun
(dari 42,99% menjadi 42,05%). Dari angka ini dapat diketahui bahwa ada
sebagaian kecil (atau mungkin besar) pendukung Ahok-Djarot pada pemilihan
putaran kedua telah berpaling dan memutuskan untuk mendukung pihak lawan
(Anies-Sandi), meskipun ada kemungkinan bahwa ada tambahan suara dari yang
warga sebelumnya mendukung pasangan AHY-Sylviana, tidak
dapat dipungkiri menurunnya jumlah suara untuk Ahok-Djarot, membuktikan bahwa
ada beberapa pihak yang memlih untuk memindahkan dukungannya, sehingga
menyebabkan kemenagan untuk pihak Anies-Sandi.
Hal ini kemungkinan karena adanya propaganda politik
yang terlibat didalamnya. Dimanna melalui kampanye, sebagai jalur komunikasi
untuk mempengaruhi pemilih, telah berhasil membuat pemilih berubah pikiran,
sehingga memberikan suaranya untuk pelaku propoganda tersebut (kubu Anies-Sandi).
Salah satu bentuk propaganda yang dilakukan oleh pasanagan Anies-Sandi
adalah dengan melalui media sosial, dimana seiring dengan perkembangnya zaman,
teknologi dan informasi memungkinkan setiap orang dapat memperoleh informasi.
Bahkan jika dulu banyak pemilih yang kekurangan informasi mengenai profil
pasangan calon pemilu, saat ini mereka bisa mencari informai yang tersebar di
internet dengan mudah dan cepat dan mampu mempertimbangkan sendiri keputusan
saat pemilihan umum dilaksanakan.
Berkaitan dengan hal tersebut, Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI
Jakarta yang dilaksanakan pada tahun 2017, meskipun demikian sejak awal tahun
2016, sudah terlihat bagaimana antusiasme masyarakat menyambut Pilgub tersebut.
Di dunia maya, terutama di media sosial, Pemilihan Gubernur DKI Jakarta
berhasil menarik perhatian, tidak hanya bagi warga DKI Jakarta, tetapi juga
bagi masyarakat Indonesia secara umum. Perhatian dari masyarakat dunia maya
(netizen) ditandai dengan banyaknya pesan, baik berupa status ataupun tanggapan
terhadap para calon gubernur dan proses pemilihannya (Kurniasih, 2016)n yang disampaikan melalui
akun-akun pribadi media sosial merekam yang secara tidak langsung ikut
meramaikan proses kampanya yang tengah berlangsung, khusunya didunia maya.
Sebelumnya
di sebutkan bahwa dalam dua putaran yang dilakukan dalam pemilihan, pasangan
Anies-Sandi keluar sebagai pemenang dan (sekarang) menjabat untuk memimpin DKI
Jakarta periode 2017-2022, meskipun pada akhirnya Sandiaga Uno memutuskan untuk
meninggalkan jabatannya yang baru seumur jangung sebagai Wakil Gubernur DKI
Jakarta, dan memilih untuk maju bersama Prawowo Subianto di detik terkahir masa
pendaftaran pasangan Capres-Cawapres untuk Pemilihan Presiden 2019 (Hakim, 2018). Meskipun demikian,
strategi yang dilakukan pasangan Anies-Sandi dan Tim Pemenangnya di Pemilihan
Gubernur DKI Jakarta telah berhasil membuktikan bahwa media sosial, merupakan
cara yang jitu untuk keberhasilan tersebut.
Sebelumnya,
ada tiga trategi utama yan dilakukan oleh psangan ini, diantarannya yaitu
serangan darat, udara dan operasi politik:
1. Serangan darat, dengan menyediakan
relawan tempat pemungutan suara. Tim teritori akan menyediakan koordinator
untuk relawan dan setiap gang akan disediakan regu penggerak pemilih. Relawan
ini, bertugas menjadi saksi dan mendata yang berpotensi untuk swing voters agar
kemudian dapat diajak untuk berkenalan dengan Anies dan Sandi.
2. Serangan udara, akan dimulai dengan
tim untuk media konvensional, media sosial, dan tim data saksi pemilih.
3. Operasi politik dilakukan dnegan
kerjsama secara politik
Dalam hal
ini, akan lebih difokuskan pada strategi serangan udara, terutama dalam media
sosial, karena ini merupakan strategi yang paling berpengaruh. Berikut
merupakan penjelasan strategi yang dilakukan oleh Anies-Sandi bersama Tim
Pemenangnya melalui propaganda politik media sosial untuk meraih kemenangan:
1.
Dimulai
dari Pembentukan INSIDER (Anies-Sandi Digital Volunteer)
INSIDER,
merupakan Pendukung pasangan Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Uno dalam proses Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017,
yang mana mereka ini merupakan relawan yang mengampanyekanAnies-Sandi, dengan
menggunakan media sosial sebagai lahan utama yang akan di olah. Dalam hal ini, ada
tiga hal penting yang diperhatikan oleh setiap anggota (Gunawan,
2016),
yaitu:
·
Konten
Konten ini
mewujudkan wajah dari pasangan yang dicalonkan,
yaitu Anies dan Sandi, dengan copy writernya atau isi pesannya, harus disampaikan
secara jelas dan dapat diterima masyarakat. Berfokus pada pembuatan konten yang
membuat diri memiliki rasa bangga untuk menshare konten tersebut dan juga
menggerakan hati netizen lain untuk ikut menshare postingan tersebut. Pada
akhirnya konten ini sangat berpengaruh untuk membentuk opini masyarakat.
·
Positioning
Berkomitmen untuk stay
positive, mengedepankan demokrasi sejuk, dan kampanye damai, kita ikuti
saja arahan itu.
·
Self-branding
Dilakukan dengan secara konsisten memposting simbol atau lambang
yang menjadi karakteristik paslon (pasangan) nomor urut 3 (Anies Sandi),
seperti mislanya dengan slogan “Maju kotanya, bahagia warganya”, “salam 3
jari”, dan “salam bersama”.
Dalam hal ini, postingan atau konten yang disajikan adalah mengenai hal-hal
yang membuat kedua sosok menjadi istimewa dan patut untuk menjadi pemimpin masa
depan di DKI Jakarta, tentunya dengan halhal positif yang dimiliki oleh setiap
karakter, seperti misalya Anies yang merupakan tokoh penggerak nasional
Indonesia mengajar, gerakan turun tangan yang diepolopori Anies, Top 50
cendikiawan, dan lain sebagainya. Sementara Sandi yang memiliki banyak hal
positif yang bisa dibanggakan seperti meraih Suma Cumlaude, pebisnis sukses,
hobby olahraga dan lain sebagainya. Seluruh hal tersebut bisa dimasukan kedalam
konten kampanye dengan tujuan tujuannya selain mengetahui visi misi dan program
kerja keduanya, masyarakat juga bisa mengenal kepribadian paslon lebih dalam,
dan mengetahui sepak terjang yang telah mereka lakukan selama ini (Gunawan,
2016).
2.
Target
Pemilih Muda
Pemilih pemuda memang menjadi target utama, sehingga
pendekatan dengan media sosial merupakan hal yang penting, keren apada
dasarnya, pemilih muda banyak yang tengah kecanduan media sosial, seperti
misalnya Facebook dan Twitter. Dalam angka untuk kemenangan. Tim Insider, lebih
berfokus dalam mengelola sosial media Facebook dengan anggapan bahwa kebanyakan
anak muda akan memilik Facebook dibandingkan Twitter ketika membuat akun sosial
media pertama mereka, dengan konten yang tidak terlalu banyak memuat konten
politik (Yulianti, 2017).
Dalam
hal ini, Tim Insider cukup sukses mempengaruhi pilihan netizen yang mayoritas
merupakan anak muda, dengan menampilkan karakter Sandiaga Uno yang
gesit, gemar berolahraga, stylish, dan penuh ide-ide kreatif. Dapat dikatakan,
strategi ini cukup sukses, pasalnya tidak dapat dipungkiri bahwa pengguna media
sosial yang kebanyakan anak muda, dimana mereka lebih condong memilih
tokoh-tokoh muda karena identik dengan menawarkan perubahan (Moerti, 2017).
3.
Dilakukan
dengan Santun
Berkaitan dengan hal ini, kampanye di media sosial
harus dilakukan dengan mengutamakan nilai-nilai etis, serta gagasan dan program
kerja pasangan calon. INSIDER dengan komitmen untuk melakukan pelatihan
intensif dengan tujuan agar tim pendukung dan relawan dapat berkampanye secara
santun (Dariyanto, 2016). Hal ini karena
selain media sosial bisa menyampaikan pesan yang lebih mendalam kepada
masyarakat, namun tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat banyak tantangan yang
harus dihadapi antara lain terkait masalah bully, dan kampanye hitam serta
sejumlah informasi hoax yang disebar para buzzer di dunia maya (Moerti, 2017), yang nantinya dapat
berbalik arah. Sehingga, jika kampanye melalui media sosial dilakukan dengan
etika akan membuktikan bahwa pasangan Anies-Sandi memiliki citra yang baik di
mata masyarakat.
Kesimpulan
Berdasarkan
penjelsan yang telah dilakukan dengan studi kasus “Kemenangan Anies-Sandi di
Pilgub DKI Jakarta 2017” dapat dikatakan bahwa media sosial seperti Facebook
dan Twitter yang digunakan sebagai komunikasi atau propoganda merupalan langkah
yang strategis untuk mencapai tujuan politik, khususnya dalam hal mempengaruhi
pola pikir masyarakat dalam memutuskan pilihan saat pemilian umum dilakukan.
Mengingat bahwa saat ini kehidupan masyarakat tidak terlepas dari pengaruh
adanya sosial media sebagai media komunikasi untuk mendapatkan informasi. Hal ini
terbukti bahwa dengan strategi pendekatan yang sesuai yang dilakukan oleh
Anies-Sandi bersama Tim Pemenengnya berhasil mengantarkan Cagub-Cawagub
Anies-Sandi menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022,
sebelum akhirnya Sandi memutuskan untuk mundur dan maju menjadi pendamping
Prabowo Subianto untuk Pilpres 2019 pada tanggal 9 Agustus 2018 (detik terakhir
batas pencalonan pasanagn Capres-Cawapres) .
Daftar Pustaka
Alief, B. (2017, April 20). Hasil Akhir Real Count
KPU: Ahok-Djarot 42,05%, Anies-Sandi 57,95%. Retrieved Agustus 16, 2018,
from detikNews:
https://news.detik.com/berita/d-3480120/hasil-akhir-real-count-kpu-ahok-djarot-4205-anies-sandi-5795
Ardha, B. (2014).
Social Media Sebagai Media Kampanye Partai Politik 2014 Di Indonesia. Jurnal
Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, , 105-120.
Arifin, A. (2011). Komunikasi
Politik . Yogjakarta: Graha Ilmu.
Cangara, H. (2011). Komunikasi
Politik:Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Dariyanto, E. (2016,
November 22). Tim Anies-Sandi Serukan Kampanye Santun di Media Sosial.
Retrieved Agustus 16, 2018, from detikNews:
https://news.detik.com/berita/d-3351633/tim-anies-sandi-serukan-kampanye-santun-di-media-sosial
Fardiansyah, A. (2017,
Maret 04). Ini Hasil Pilgub DKI Putaran Pertama. Retrieved Agustus 16,
2018, from Okezone:
https://news.okezone.com/read/2017/03/04/338/1634341/ini-hasil-pilgub-dki-putaran-pertama
Gunawan, H. (2016,
November 24). Strategi INSIDER untuk Mendongkrak Nama Anies-Sandi di Medsos.
Retrieved Agustus 16, 2018, from Tribunnews:
http://www.tribunnews.com/metropolitan/2016/11/24/strategi-insider-untuk-mendongkrak-nama-anies-sandi-di-medsos
Hakim, R. B. (2018,
Agustus 10). Drama Penunjukan Sandiaga Uno Jadi Cawapres Prabowo.
Retrieved Agustus 16, 2018, from Kompas:
https://nasional.kompas.com/read/2018/08/10/08230561/drama-penunjukan-sandiaga-uno-jadi-cawapres-prabowo?page=all
Heryanto, G., &
Farida, A. R. (2010). Komunikasi Politik. Ciputat: embaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jamaludin, F. (2018,
Maret 05). Media sosial merajai pengguna internet di dunia. Retrieved
Agustus 16, 2018, from Merdeka.com:
https://www.merdeka.com/teknologi/media-sosial-merajai-pengguna-internet-di-dunia.html
Jeko, I. R. (2017,
Agustus 08). Jumlah Pengguna Internet Dunia Sentuh 3,8 Miliar. Retrieved
Agustus 16, 2018, from Liputan6:
https://www.liputan6.com/tekno/read/3051109/jumlah-pengguna-internet-dunia-sentuh-38-miliar
Kurniasih, N. (2016).
Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 dalam Meme: Sebuah Analisa Isi Terhadap
Meme-meme di Dunia Maya. Prosiding Seminar Nasional dan Kebudayaan,
279-284 .
Moerti, W. (2017, April
24). Tim cyber Anies-Sandi sukses gaet pemilih muda lewat kampanye medsos.
Retrieved Agustus 16, 2018, from Merdeka.com:
https://www.merdeka.com/politik/tim-cyber-anies-sandi-sukses-gaet-pemilih-muda-lewat-kampanye-medsos.html
Musfialdy. (2015). Peran
Media Massa Saat Pemilihan Umum M Engawasi Atau Diawasi. Jurnal RISALAH,
Vol. 26, No.2, 69-76.
Pahlevi, I. (2012).
Pemilukada DKI Jakarta Dua Putaran . Info Singkat: Pemerintahan Dalam
Negeri, Vol. IV, No. 14/II/P3DI/Juli/2012.
Putra, I. G., Bandiyah,
& Noak, P. A. (2016). Gerakan Sosial Politik Meme Pada Media Sosial Instagram
Untuk Bali Tolak Reklamasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Udayana.
Ramdhani, J. (2017,
Maret 04). KPU Tetapkan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi Maju Putaran Dua Pilkada.
Retrieved Agustus 16, 2018, from detikNews: https://news.detik.com/berita/d-3438375/kpu-tetapkan-ahok-djarot-dan-anies-sandi-maju-putaran-dua-pilkada
Sastropoetro, S. R.
(1988). Partisipasi, Komunilasi, Persuasi, dan Disiplin Dalam Pembangunan
Nasional. Bandung: Alumni.
Satistika. (2018). Number
of social media users worldwide from 2010 to 2021 (in billions). Retrieved
Agustus 16, 2018, from Satistika:
https://www.statista.com/statistics/278414/number-of-worldwide-social-network-users/
Susanto, E. H. (2017). Media
Sosial Sebagai Pendukung Jaringan Komunikasi Politik. Jurnal ASPIKOM, Volume
3 Nomor 3, 379-398.
Yulianti, T. (2017,
Februari 07). Strategi Anies-Sandi Manfaatkan Media Sosial untuk Kampanye.
Retrieved Agustus 16, 2018, from tirto.id:
https://tirto.id/strategi-anies-sandi-manfaatkan-media-sosial-untuk-kampanye-ciyM
Mau
dibuatkan paper seperti ini?
Atau
tugas-tugas custom lainnya?
Silahkan
contact ke WA 085868039009 (Diana)
Happy
Order :)