Fenomena
Paslon Fiksi Dildo dalam Kampanye Pilpres 2019
Latar Belakang
Memasuki tahun baru 2019, tandanya Indonesia akan memulai
babak baru. Salah satunya diawali dengan agenda Pemilihan Presiden (Pilpres),
mengingat bahwa Presiden Joko Widodo dan Wakil Presidennya, M. Jusuf Kalla,
telah memasuki sesi terakhir msa kepemimpinannya yang telah diemban sejak tahun
2014 lalu. Pemilu Presiden 2019 mendatang diikuti oleh dua pasangan calon
Presiden dan Wakil Presiden. Pasangan nomor urut 01, Joko Widodo dan Ma’ruf
Amin dicalonkan oleh PDI Perjuangan, Golkar, PKB, PPP, Nasdem dan Hanura.
Sementara, pasangan nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno
dicalonkan oleh Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat. Dua calon Presiden ini pernah
bertarung pada pemilu presiden tahun 2014 lalu dengan selisih perolehan suara
sebesar 6,3%. Saat itu, Joko Widodo mendapatkan suara sebesar 53,15%, dan
Prabowo Subianto mendapatkan 46.85% suara. Dari 34 provinsi, pasangan Joko Widodo–M.
Jusuf Kalla mengalami kekalahan di 10 provinsi yakni: Aceh, Sumatera Barat,
Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan
Selatan, Gorontalo, dan Maluku Utara (Fernandes, 2018).
Selanjutnya, dalam suatu Pemilihan
Umum (Pemilu), maka agenda-agenda utamanay atentu tidak terlepas dari adanya
kampanye. Dalam Negara yang menganut sistem demokrasi, tentunya kampanye
politik menjadi sangat penting dalam memperkenalkan kandidat kepada masyarakat.
Kampanye politik dipahami sebagai upaya terorganisir yang berusaha mempengaruhi
proses pengambilan keputusan dari seseorang maupun kelompok tertentu (Fatimah,
2018).
Berkaitan dengan hal ini, kampanye dapat dikatakan sebagai bagian dari
komunikasi politik, karena dalam kampanye politik, hal yang paling signifikan
adalah tentang pesan-pesan yang disampaikan oleh kandidat. Masing-masing
berusaha membawa tema atau topik tertentu untuk ditawarkan pada masyarakat.
Sebagai contoh, yang sering di temui adalah ungkapan tentang dengan janji-janji
politik. Hal ini bisa jadi benar, karena itu merupakan bagian dari pesan dalam
kampanye politik, meski tidak selalu bermakna demikian (Fatimah,
2018).
Hal ini merupakan fenomena yang alami, karena para kandidat dan timnya akan
selalu berusaha menyampaikan pesan yang kemungkinan dapat mendongkrak suara
masyarakat untuk memilihnya.
Namun demikian, menjelang Pemilu 2019 yang akan dilaksanakan pada tanggal 17
April 2019 mendatang (Detik, 2019), ada satu fenomena
yang menarik dan sedikit berbeda dengan pemilu-pemilu yang telah terjadi
sebelumnya, yaitu kemunculan Pasangan Calon (Paslon) Fiksi, yang dikenal dengan
nama Dildo (Nurhadi-Aldo). Pasangan capres-cawapres fiksi ini sebenarnya hanyalah
rekaan warganet di media
sosial semata (CNN Indonesia, 2019). Namun demikian,
kehadirannya banyak mendapat perhatian publik, bahkan keduanya diperlakukan
seperti layaknya paslon resmi, termasuk dalam pembentukan tim kampanye.
Sekaitan dengan fenomena baru ini maka, dalam makalah ini akan di bahas
lebih jauh mengenai kemunculan pasangan fiksi ini, mulai dari apa, siapa, alasan
mengapa fenomena yang demikian ini mulai muncul dikalangan masyarakat publik,
dapa tujuan utamanya. Selain itu, akan dilihat juga bagaimana rekasi publik
terhadap kehadiran kedua pasangan fiksi yang sebenarnya justru mendapat banyak
perhatian tersebut. Karena pada dasarnya fenomena paslon fiksi ini memang
tergolong baru. Pengaruh keberadaaan teknologi informasi dan komunikasi seperti
nternet dan media sosial tampaknya menjadi salah satu pemicu kemunculan fenomena
ini.
Pengertian
Dildo
Paslon Presiden dan Wakil Presiden Dildo (Nurhadi-Aldo),
merupakan pasangan
capres-cawapres fiksi yang sebenarnya hanyalah rekaan warganet di media sosial semata (CNN
Indonesia, 2019).
Awal kemunculannya adalah sejak akhir 2018 lalu, merupakan fenomena baru yang
mewarnai dunia maya. Lebih tepatnya pasangan, di media sosial, Nurhadi menjadi
capres fiksi bersama Aldo selaku cawapresnya, telah muncul sejak pertengahan
Desember 2018 (Rifai, 2019).
Memasuki awal tahun, kedua Paslon ini mulau ramai di perbincangkan,
khususnya setelah munculnya poster yang menunjukkan seolah-oolah paslon ini
adalah asli. Dalam poster tersebut, sekilas, Nurhadi-Aldo tampak seperti
pasangan politikus yang sungguh-sungguh ingin memikat para pemilih: dua pria
setengah baya berpose seperti poster calon pada umumnya, dengan nama partai dan
slogan kampanye. Namun ketika diamati baik-baik, nama Nurhadi ditulis dengan
tinta merah pada bagian "DI" dan nama Aldo ditulis merah pada huruf
"LDO". Maka dari itu terbentuah nama DILDO. Kemudian untuk membuatnya
semakin tampak nyata, Paslon fiksi ini pun juga memiliki Tim Sukses (Timses)
sendiri, keduanya juga di diusung oleh sebuah koalisi yang di beri nama
"Koalisi Indonesia Tronjal Tronjol Maha Asyik" (BBC Indonesia, 2019), dan diusung oleh
Partai Untuk Keadilan Iman, (Rifai, 2019). Secara singkat, Nurhadi-Aldo
adalah pasangan calon presiden dan wakil presiden fiksi yang diciptakan oleh
sekelompok anak muda yang merasa gerah dengan kampanye hitam yang banyak
terjadi di panggung politik Indonesia (BBC Indonesia, 2019).
Alasan
Kemunculan Dildo
Kemunculan Dildo, tentu bukan tanpa sebab dan tanpa alasan.
Di berbagai sumber pemberitaan, salah satu alasan kemunculannya adalah sebagai
lucu-lucuan, menginagt bahwa konten humor di media sosial mulai banyak di
gemari oleh para warganet. Namun alasan ini bukan menjadi salah satu alasan
utama. Dari hasil wawancara terhadap salah satu anggota Timses, diketahui bahwa
di berbagai sosial media sekarang banyak kampanye hitam saling menjelekkan.
Masyarakat mulai terkotak-kotak. Nurhadi-Aldo hadir untuk meredam itu, untuk
meredam konflik antar kubu, khususnya dengan konten yang sengaja di kemas
dengan sensasi humor (BBC Indonesia, 2019).
Tujuan
Dildo
Mungkin memang munculnya akun-akun sosial media Nutgadi
di Facebook, Twitter, dan Instagram didasari hanya ingin membuat konten
lucu-lucuan semata. Namun akun ini tak ingin sekadar menjadi akun shitposting, tapi juga punya tujuan. Shitposting sendiri merupakan aktivitas
online yang awalnya dikenal sebagai posting konten yang mengejutkan atau
ofensif. Shitposting bisa juga
dipakai untuk konten yang "tidak berfaedah". Dalam hal ini, kampanye
Nurhadi-Aldo adalah cara mereka menyampaikan kritik untuk pemerintah dan
politisi di Indonesia (BBC Indonesia, 2019). Dimana seperti yang
di ketahui banyak orang bahwa menjelang Pilpres tahun 2019, kedua kubu sah yang
terdaftar, yaitu Pasangan nomor urut 01, Joko Widodo dan Ma’ruf Amin, dan
pasangan nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno, telah
melakukan kampanye sejak 23 September 2018 dan akan dilakukan hingga tanggal 13
April 2019 mendatang (Detik, 2019),
ini telah melakukan berbagai upaya untuk menarik suara rakyat, termasuk
fenomena saling serang isu-isu berbagi negatif.
Bentuk kritik untuk pemerintah dan
politisi di Indonesia ini sangat tercermin dalam potingan-postingan yang
diunggahnya, mulai dalam bentuk quote,
meme, maupun konten yang berupa tulisan.
Meskipun tidak ketinggalan bahwa konten yang terdapat didalamnya tetep
mengandung unsur humor, dengan kalimat-kalimat yang lucu mengundang gelak tawa.
Dimana ini merupakan menjadi tanda bahwa dalam mengkritik pemerintahan, Dildo
dan Timses tidak ingin mengundang permusuhan.
Reaksi
Publik dengan adanya Dildo
Terlepas dari asal-usal dan tujuan maupun alasan
kemunculan pasangan capres dan cawapres fiksi ini, tentu yang paling menarik
adalah reaksi publik. Mengingat bahwa promosi pasangan melalui media digital
secara online yang mampu menyetuh seluruh lapisan masyarakat tentu akan banyak
sekali rekasi yang muncul. Tidak terkecuali dari kedua pihak yang tengah
bersaing untuk memperebutkan kursi kepemimpinan tertinggi di Indonesia. Ada
yang menyambut dengan positif namun ada pula yang justru merasa khawatir.
Pertama dari pihak warganet atau
netizen sendiri, dimana secara tidak langsung warganet sangat antusias dengan
keberadaan pasangan fiksi ini. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pengikut
akun-akun sosial media yang di bentuk oleh Timses, seperti Facebook, Twitter,
dan Instagram, dimana dalam waktu yang cukup singkat pengikutnya sudah mencapai
angka ribuan orang. Ini menunjukkan bahwa mereka yang memutuskan untuk
mengikuti akun buatan Timses ini karena penasaran dengan konten-konten yang
akan diunggah oleh para admin. Selain itu antusiasisme juga dapat dilihat dari
jumlah komen, like, maupun share yang dilakukan oleh para netizen,
dimana ini semakin membuat ramai dunia maya, tak terkecuali dunia perpolitikan
yang menjadi topik utama konten.
Selanjutnya, adalah reaksi media pemberitaan.....
Kesimpulan
Bersarkan uraian yang telah di ungkapkan dalam makalah
ini maka dapat disimpulkan bahwa Memasuki tahun baru 2019, tandanya Indonesia
akan memulai babak baru. Salah satunya diawali dengan agenda Pemilihan Presiden
(Pilpres). Menjelang Pilpres 2019, banyak kejadian yang menarik perhatian publik,
khususnya di dunia maya. Selain karena kedua pasangan calon presiden pernah
bertarung di sesi Pilpres sebelumnya di 2014 lalu, dengan perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi yang semakin pasar segala informasi untuk mengenai
kedua pasangan mudah sekali untuk diperoleh, maka fenomena-fenomena baru pun
juga bermunculan. Termasuk salah satunya adalah kasus hoax dan perseteruan
anatar kumu di media sosial.
Artikel ini adalah versi sampel saja.
Untuk versi lengkap atau
bisa juga tugas custom, based on request
silahkan WA ke 085-8680-39009 (Diana)
Ditunggu ordernya kakak :))