FILM SEBAGAI MEDIA DIPLOMASI PUBLIK
Diplomasi
publik merupakan sebuah upaya untuk mempengaruhi publik internasional untuk
mencapai kepentingnan nasional suatu negara. Diplomasi publik berkaitan dengan pembentukan
citra suatu negara. Pelaksanaan diplomasi publik sendiri bertujuan untuk
memelihara hubungan atau relasi antar negara. Dalam lingkungan internasional,
diplomasi publik merupakan aktifitas komunikatif publik atau masyarakat
domestik suatu negara kepada publik di negara yang berbeda. Diplomasi publik
memiliki peran yang sangat penting yaitu sebaga alat untuk menjaga hubungan
antar negara, dan menghindari timbulnya konflik antar negara (Rachmawati, 2017; Ma’mun, 2012).
Diplomasi
publik dapat menjadi alat untuk mengukuhkan identitas diri sebuah negara atau
yang disebut juga sebagai nation branding,
karena diplomasi publik bisa digunakan untuk mencapai kepentingan nasional
suatu negara dengan cara memahami, menginformasikan, dan mempengaruhi publik
luar negeri. Konsep diplomasi publik sendiri lebih kepada government to people relations (hubungan antar pemerintah dengan
masyarakat sipil) dan people to people
relations (hubungan antar masyarakat sipil dari negara yang berbeda). Maka
dari itu, diplomasi publik disebut juga sebgai second track diplomacy yang merupakan upaya diplomasi yang
dilakukan oleh badan non pemerintah secara tidak resmi. Diplomasi publik ini
bukanlah pengganti first track diplomacy
(government to government relations),
akan tetapi lebih ke membantu melancarkan proses diplomasi dari first track diplomacy dengan cara
mendorong para diplomat utnuk menggunakan informasi penting yang didapatkan
oleh badan pelaku dalam second track
diplomacy(Ariance, 2017).
Salah
satu metode yang digunakan dalam diplomasi publik adalah melalui media
perfilman, yang dinilai sebagai salah satu cara yang efektif untuk
mempromosikan Indonesia ke luar negeri. Gagasan ini dikemukakan pertama kali
oleh Kementrian Luar Negeri RI (Kemlu RI) pada tahun 2014 yang akhirnya menggelar
Focus Group Dicussion (FGD). Diskusi
yang diadakan di Kantor Kemlu RI mengambil tema film sebagai aset dan media
diplomasi publik. Tujuan dari diskusi ini adalah untuk menyebarkan citra baik
negara melalui film (Tuwo, 2014).
Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω
Dasar
yang melatarbelakangi film sebagai aset diplomasi adalah karena karena film
memiliki nilai seni, kretifitas, dan turut serta berperan dalam membentuk citra
negara. Film merupakan media yang dapat menggambarkan dan mempresentasikan
karakter dan identitas masyarakat yang lebih bersahabat. Film sendiri merupakan
salah satu unsur dalam soft power,
maka dari itu film sudah tepat jika digunakan sebagai media diplomasi publik (Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, 2014). Diplomasi Publik
Kemlu RI pun menilai bahwa beberapa film Indonesia sudah bagus dan berkualitas
(The Raid, Laskar Pelangi). Bahkan beberapa film Indonesia sudah sering di
sejumlah festival film luar negeri, diputar ke beberapa perwakilan RI luar
negeri, serta dijadikan souvenir untuk tamu negara. Dengan adanya FGD ini,
Kemlu berharap agar para diplomat muda Indonesia tahu dan paham pentingnya film
sebagai aset diplomasi publik negara (Tuwo, 2014).
Film
merupakan media yang berfungsi sebagai sarana transmisi budaya masyarakat dan
memiliki peran penting untuk menyampaikan pesan dan nilai budaya. Film sendiri
sering digunakan sebagai media untuk menggambarkan budaya dan nilai bangsa
untuk membangun identitas nasional. Film juga mampu mengubah gagasan subyektif
menjadi obyektif rasional karena film memberikan padangan dan pemikiran baru
pada beberapa hal (Ariance, 2017).
Salah
satu jenis film yang digunakan sebagai media diplomasi adalah fim kartun atau
animasi. Keberhasilan Jepang menggunakan film animasi sebagai alat diplomasi
akhirnya dicontoh leh negara lain. Bahkan ada negara yang memasukkan film
animasi ke dalam tujuan industri kratif dan diatur dalam regulasi yang
diterbitkan oleh pemerintah pusat. Tujuan dibuat kebijakan khusus ini adalah agar
film animasi yang diproduksi menggambarkan identitas negara tersebut dan dapat berkontribusi
dalam pemahaman budaya negara tersebut seperti halnya kontribusi anime dalam pemahaman budaya Jepang (Ariance, 2017).
Film
sendiri merupakan salah satu unsur dalam soft
power. Penggunaan soft power
dalam diplomasi sendiri juga mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan
teknologi informasi di era globalisasi ini. Pelaksanaan diplomasi publik di
Indonesia sendiri mengalami perkembangan sejak dimulai pada tahun 2002. Saat
ini kebijakan diplomasi publik berlandaskan pada budaya (Tamara, 2017).
Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω
Film
dipilih sebagai media diplomasi publik karena film dapat menggambarkan dan
mempresentasikan karakteristik dan identitas bangsa dengan lebih efisien dan
dengan tampilan yang lebih bersahabat. Pemahaman isi pesan pun lebih mudah
ditangkap karena mengandalkan fitur audio dan visual.
Daftar Pustaka
Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω
Ini hanya versi sampelnya saja yaa...
mau tau kelanjutannya?
TRUSTED !! Perlu dibantu tugas
kuliahnya? Cari jastug?
- Sebutin order detailnya
- Estimasi (biaya & waktu)
- Transfer DP 50%
- Progress pengerjaan
- Due Date hasilnya dikirim
- Pelunasan 50%
Segera contact Paper Underground
saja!
WA: 085 868O 39OO9 (langsung ke
Owner)
Email: paper_underground@yahoo.com
Have great day, dear!
Thank you…