Posisi Huawei Dalam Konflik Perang
Dagang AS-China
Perang dangan bukanlah
fenomena baru. Belakangan, sistem perekonomian global mengalami ketidakstabilan
akibat adanya perang dagang antara negara-negara besar yang mendominasi
perkembangan perekonomian dunia. Dua negara yang kini tengah saling berseteru
dalam perang dagang ini adalah Amerika Serikat dan China. Perang dagang antara
Amerika Serikat dengan China yang kini
tengah menjadi sorotan internasional, bukan hanya tentang perang tarif
ekspor-impor barang semata. Namun, peristiwa penangkapan Meng Wanzhou, kepala
keuangan (Chief Financial Officer/CFO) sekaligus putri pendiri perusahaan
teknologi China, Huawei, di Kanada pada tanggal 1 Desember 2018 lalu
menggambarkan ada perang yang lebih dari sekadar persoalan tarif ekspor-impor,
yaitu dominasi industri teknologi informasi (Wijaya, 2018) . AS memberikan
tuduhan berbagai tuduhan pelanggaran yang di lakukan oleh pihak China melalui
kerjasamanya dengan Huawei sebagai salah satu perusahaan ponsel pintar dan
peralatan jaringan terbesar di dunia ang berasal dari China sendiri. Salah satu tuduhanyang diberikan dalah
bahwa AS menduga produk-produk Huawei ditanam alat yang dapat
memata-matai komunikasi militer AS. Meskipun, Huawei sendiri sudah berulang
kali membantahnya (Septiadi & Hidayat, 2019) . Dengan adanya
kejadian ini, membuat AS merasa dirugikan dalam
beberapa hal akan keberadaan Huawei ini. Tekanan yang diberikan oleh Huawei terhadap
negaranya, membuat AS melakukan berbagai cara untuk menahan ekspansi Huawei di
dunia (CNN Indonesia, 2018) . Mengenai
permasalahan ini, penulis akan mengungkapkan seperti apa posisi Huawei dalam
konflik pernag dagang antara AS dan China, apakah ia sebagai korban atau justru
sebagai kunci penyelamat untuk meredam perang dagang yang tengah mengancam
kestabilan perekonomian global saat ini. Berkaitan dengan hal ini, penulis
beranggapan bahwa posisi Huawei lebih mengarah kepada posisinya yang justru
sebagai korban, karena ancaman bisnis yang dapat merugikan pihak Huawei.
Dampak buruk bagi
Huawei berikutnya akibat perang dagang AS dan China adalah bahwa kini Huawei
telah menjadi salah satu perusahaan Asing yang di blokir oleh AS. Selain
memperingatkan bahwa AS tidak boleh memakai produk buatan Huawei, khususnya
teknologi 5G, AS juga memasukkan Huawei kedalam Blacklist mereka, Huawei dianggap sebagai brand yang terlarang dalam urusan perdagangan.
Akibatnya, sebagai salah satu yang masuk kedalam daftar ini, Huawei dilarang
membeli komponen dalam bentuk apapun dari perusahaan AS tanpa persetujuan
pemerintah AS. Jika Huawei ingin membeli komponen tertentu dari perusahaan AS,
Huawei harus mengajukan izin kepada pemerintah AS untuk membeli komponen
tersebut. Hal ini tentunya sangat merugikan bagi Huawei untuk keberlanjutan
binisnya, pasalnya berdasarkan pernyataan dari seorang pejabat pemerintah AS,
dikethaui bahwa Huawei saat ini masih sangat bergantung pada para pemasok
komponen dari Amerika Serikat (Pratomo, 2019) . Adanya kebijakan
ini tentunya membuat Huawei kesulitan untuk mendapatkan pasokan komponen yang
digunakan untuk mengembangkan bisnis telekomunikasinya.
Selanjutnya, terkait dengan dampak terhadap
penjualan dan masuknya Huawei kedalam blacklist AS, berdasarkan dari laporan
yang ada, CEO Huawei
Technologies Co Ltd Ren Zhengfei mengatakan, Huawei berpotensi kehilangan
pendapatan hingga US$ 30 miliar dari keputusan Presiden AS Donald Trump
melarang produk-produk Huawei masuk ke AS. Karena, dengan tidak adanya suplai komponen,
tidak bisanya mereka berpartisipasi dibanyak organisasi internasional, juga tidak
bisanya Huawei bekerjasama dengan universitas, serta tidak bisa menggunakan
komponen apapun asal Amerika, pada akhirnya ini membuat Huawei tidak bisa mendirikan
jaringan apapun. Untuk menghadapi kondisi yang demikian, pada akhirnya Huawei membuat
keputusan untuk menurunkan target pendapatannya.
Ini hanya sampel saja yaa..
Untuk versi lengkapnya atau
minta dibuatkan custom
silahkan WA ke 0882-9980-0026
Happy order kakak :))