STRATEGI PENANGANAN RISIKO PELEMAHAN NILAI TUKAR RUPIAH
Hampir sepanjang tahun 2018 hingga bulan September ini, nilai
tukar rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Menurut catatan
Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang tertera pada situs Bank
Indonesia, hingga Rabu 5 September 2018, US$1 setara Rp14.927. Sejumlah bank
bahkan telah menjual dolar AS seharga Rp15.000 (Lingga, 2018). Dampak dari pelemahan
ini, harga barang konsumsi yang bergantung pada produk impor berpotensi
melonjak jika rupiah terus melemah.
Selain itu, rupiah juga perlu waspada terhadap rencana
kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve (Fed) dua kali lagi sepanjang bulan
September sampai Desember 2018 (Nordiansyah, 2018). Kebijakan Fed ini dikhawatirkan
akan membawa dampak keluarnya arus modal asing dari negara berkembang ke negara
maju seperti Amerika Serikat. Jika hal tersebut terjadi maka dolar AS akan
menguat sehingga berdampak terhadap mata uang negara lain termasuk rupiah yang
akan semakin melemah. Pemerintah memang telah menyiapkan langkah strategis
untuk menghadapi masalah tersebut, misalnya dengan penguatan sektor industri
manufaktur penghasil devisa, mengurangi impor, mendukung sektor pariwisata dan
perbaikan iklim investasi (Mahesa, 2018). Meski demikian,
tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai pihak masih tetap merasakan dampak dari
pelemahan rupiah tersebut, salah satunya adalah para pelaku usaha yang
beroperasi di Indonesia.
Terdapat berbagai risk
event yang dikhawatirkan akan dihadapi oleh perusahaan, di antaranya adalah market risk, credit risk, liquidity
risk, operational risk, legal and regulatory risk, business risk, strategic
risk, dan reputation risk. Market risk atau risiko pasar adalah
risiko yang akan terjadi apabila terdapat pergerakan variabel pasar yang
berbeda dengan portofolio yang dimiliki oleh bank. Salah satu variabel pasar di
sini adalah perubahan kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Risiko yang
paling nyata dari hal ini adalah perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan
atau disewakan. Di sisi lain untuk credit
risk, perusahaan menghadapi risiko kredit dalam hal misalnya perusahaan
tidak menerima pembayaran di muka secara tunai untuk produk atau jasa yang
dijualnya. Akibatnya, perusahaan menanggung suatu risiko selama tenggang waktu
penyerahan barang atau jasa dengan waktu pembayaran. Dengan pelemahan rupiah,
dikhawatirkan terjadi penurunan daya beli yang akan meningkatkan risiko kredit
bagi perusahaan.
Risiko likuiditas dapat disebabkan bank tidak mampu menghasilkan
arus kas dari aset produktif, atau yang berasal dari hasil penjualan aset
termasuk aset likuid, atau dari penghimpunan dana masyarakat, transaksi antar
bank, atau pinjaman yang diterima (Ikatan Bankir Indonesia, 2012). Suatu perusahaan
juga dapat terpapar terhadap risiko likuiditas jika pasar yang diikutinya
mengalami penurunan likuiditas. Hal ini berbeda dengan risiko operasional, yang
merupakan risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya
kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank (Ikatan Bankir
Indonesia, 2014).
Risiko operasional yang dihadapi perusahaan akibat melemahnya rupiah dapat
dipicu oleh persentase kenaikan biaya bahan baku dan persentase kenaikan harga
pokok penjualan.
Risiko hukum dan regulasi yang mungkin dihadapi oleh
perusahaan dalam hal ini adalah saat pihak otoritas publik melarang penetapan
kebijakan perusahaan tertentu, misalnya melarang dilakukan peningkatan harga
padahal harga bahan baku telah meningkat drastis karena melemahnya nilai tukar
rupiah. Risiko bisnis adalah risiko yang muncul dari keputusan investasi (Mardiyanto,
2009).
Melemahnya nilai rupiah meningkatkan risiko bisnis karena adanys ketidakpastian
tingkat pendapatan yang akan diterima oleh investor.
Risiko strategis merupakan pengeluaran-pengeluaran yang
mengharuskan perusahaan untuk berpikir pada skala strategis (Umar, 2000). Risiko tersebut
harus dipecahkan pada tingkat pimpinan dan memerlukan perencanaan strategis.
Risiko strategis yang mungkin dihadapi perusahaan misalnya risiko kenaikan
harga bahan baku, dan risiko perubahan tingkat bunga. Risiko reputasi adalah
risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholders yang berumber dari
persepsi negatif terhadap perusahaan. Risiko reputasi ini muncul misalnya saat
perusahaan terpaksa menaikkan harga produk untuk menghadapi melemahnya nilai
rupiah, namun pelanggan memilih untuk menggunakan produk lain karena mereka
menganggap harga yang ditawarkan terlalu murah.
Sebagai seorang pelaku usaha di Indonesia, penting untuk
mengembangkan strategi pengelolaan risiko yang relevan untuk menghadapi
berbagai risiko tersebut. Beberapa strategi risiko yang dapat diterapkan adalah
sebagai berikut:
a.
Bauran produk
Perusahaan berencana untuk menerapkan strategi bauran produk
atau strategi produk, yaitu suatu kegiatan digunakan oleh perusahaan dalam
memasarkan sekumpulan lini produk yang ditawarkan pada pembeli. Tujuan dari
dilakukannya strategi ini adalah untuk menunjang kegiatan perusahaan, dengan
harapan dapat menjadi suatu bentuk kompensasi atas risiko yang ditimbulkan
karena pelemahan nilai rupiah. Selain itu, juga ada berbagai alasan
dilakukannya strategi produk untuk perusahaan. Di antaranya adalah setiap
produk yang ada dalam perusahaan akhirnya tidak akan terpakai lagi karena
pangsa pasar dan volume penjualan dikurangi produk saingan. Lagipula,
keuntungan pada umumnya akan menurun karena usia produk semakin menua. Dengan
dilaksanakannya strategi ini, diharapkan dapat meningkatkan laba perubahan,
dengan kata lain dapat meningkatkan volume penjualan suatu perusahaan.
b.
Efisiensi biaya produksi dan pemasaran
Agar perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain
dibutuhkan suatu proses produksi yang efisien dan efektif, yang dapat dicapai jika
ditunjang dengan perencanaan dan pengendalian kualitas produk yang optimal.
Dengan demikian, perusahaan dapat menekan biaya produksi tanpa mengurangi
kualitas produk yang dihasilkan.
Setiap penyimpangan atau kesalahan yang terjadi pada proses
produksi harus dideteksi sedini mungkin sehingga dapat mengurangi pemborosan
biaya yang dikeluarkan untuk memproses kembali barang yang cacat. Konsumen menjadi
puas dan setia terhadap produk yang ada yang nantinya akan meningkatkan
penjualan juga, yang dikarenakan hasil produksi yang berkualitas. Produk cacat
dan unit yang dikerjakan ulang merupakan hal yang harus mendapat perhatian yang
cukup besar dari perusahaan. Karena hal tersebut akan mempengaruhi efisiensi dan
efektifitas serta kelancaran kegiatan produksi dan juga mempengaruhi produksi
barang yang akan dipasarkan.
Dalam efisiensi biaya pemasaran, repeat customer merupakan sumber pemasaran yang dapat merekomendasi
layanan kepada teman dan rekannya dan mendukung secara positif layanan dan
produk yang ditawarkan. Mereka merupakan sumber word of mouth. Hal ini tentu
akan mengurangi biaya pemasaran bagi perusahaan yang pada akhirnya akan
meningkatkan profit.
c.
Penyediaan cadangan valuta asing
Penyediaan cadanga valuta asing merupakan hal yang penting
karena keterbatasan cadangan valuta asing ini menyebabkan kemampuan untuk
mengimpor barang-barang baik bahan baku; maupun barang modal yang sangat
dibutuhkan untuk pembangunan sektor industri menjadi terbatas pula (Sari, 2006). Belum lagi ditambah
dengan adanya demonstration effect
yang dapat menyebabkan perubahan pola konsumsi masyarakat. Akibat dari
lambatnya laju pembangunan sektor industri, seringkali menyebabkan laju
pertumbuhan supply barang tidak dapat
mengimbangi laju pertumbuhan permintaan.
d.
Strategi hedging
Strategi hedging atau lindung nilai adalah suatu investasi
yang dilakukan khususnya untuk mengurangi atau meniadakan risiko pada suatu
investasi lain. Lindung nilai adalah suatu strategi yang diciptakan untuk
mengurangi timbulnya risiko bisnis yang tidak terduga, di samping tetap
dimungkinkannya memperoleh keuntungan dari invetasi tersebut. Prinsip hedging adalah
menutupi kerugian posisi aset awal dengan keuntungan dari posisi instrumen
hedging. Sebelum melakukan hedging, hedger hanya memegang sejumlah aset awal.
Setelah melakukan hedging, hedger memegang sejumlah aset awal dan instrumen
hedging-nya disebut portfolio hedging (Putro & Hardanto, 2012). Dengan transaksi
hedging, maka fluktuasi nilai tukar rupiah akan lebih terkendali. Selama ini kebutuhan
pembayaran utang luar negeri diambil dari pasar spot yang riskan terhadap
fluktuasi. Apabila dilakukan hedging, valas yang dibutuhkan untuk hedging akan
menurunkan permintaan valas di pasar spot Indonesia.
Dengan dilakukannya berbagai strategi manajemen risiko
tersebut, diharapkan perusahaan tidak akan terkena dampak yang terlalu besar
dari pelemahan nilai tukar rupiah yang saat ini tengah dialami oleh Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Bankir Indonesia. (2012). Manajemen Risiko
2: Mengidentifikasi Risiko Likuiditas, Reputasi, Hukum, Kepatuhan, dan
Strategik Bank. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ikatan Bankir Indonesia. (2014). Memahami bisnis
bank syariah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lingga, R. A. (2018, September 6). Rupiah melemah
ke kisaran 15.000, perlukah masyarakat panik? Retrieved September 6, 2018,
from BBC Indonesia: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45424105
Mahesa, O. A. (2018, September 5). Rupiah Melemah,
Begini Strategi Pemerintah Hadapi Gejolak Ekonomi Global. Retrieved
September 6, 2018, from Klik Positif:
http://finansial.klikpositif.com/baca/37858/rupiah-melemah--begini-strategi-pemerintah-hadapi-gejolak-ekonomi-global
Mardiyanto, H. (2009). Intisari manajemen keuangan.
Jakarta: Grasindo.
Nordiansyah, E. (2018, June 14). Waspada Gerak
Rupiah dengan Rencana Fed Rate Naik 2 Kali Lagi . Retrieved September 6,
2018, from Metro TV News:
http://ekonomi.metrotvnews.com/makro/GNlAM5Bb-waspada-gerak-rupiah-dengan-rencana-fed-rate-naik-2-kali-lagi
Putro, & Hardanto, S. (2012). Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Penggunaan Instrumen Derivatif Sebagai Pengambilan Keputusan
Hedging (Studi Kasus Pada Perusahaan Automotive and Allied Products Yang
Terdaftar di BEI Periode 2006-2010). Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro.
Sari, D. I. (2006). Akuntansi Inflasi dalam Menilai
Relevansi Laporan Keuangan Suatu Perusahaan. Akademia.
Umar, H. (2000). Business an introduction.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ini hanya sampel saja…
Mau tau versi lengkapnya?
Atau mau order (custom) sesuai request
juga bisa
Silahkan WA/ Call ke o85868o39oo9
(Diana)
Ditunggu yaa.. Happy Order :)