RINGKASAN KASUS
Kikkoman
adalah salah satu perusahaan tertua dan terbesar di Jepang, yang terkenal di seluruh dunia karena kecapnya (disebut shoyu dalam bahasa Jepang). Kecap
Kikkoman memegang 50 persen pangsa pasar untuk saus botol oriental di Amerika
Utara dan 30 persen di Jepang. Untuk memenuhi permintaan di seluruh dunia (yang
dijual pada 100 negara di seluruh dunia), produksi telah mengalami peningkatan
selama 20 tahun terakhir. Pada tahun 1997 sendiri, Kikkoman memproduksi dan
menjual 116 juta galon dari cairan berwarna eboni ni. Ini merupakan kuantitas
yang luar biasa. Fakta lainnya yang membuat statistik ini cukup mengesankan adalah karena Kikkoman membuat kecapnya dengan
menggunakan metode yang kembali pada abad ke-17, yang memerlukan beberapa bulan
penyulingan sebelum disiapkan.
Walaupun perusahaan ini bersandar pada
nilai tradisional, bahan – bahan alami (termasuk mikroorganisme yang cocok untuk menciptakan
kultur yang disebut koji) telah
menggunakan subtitusi kimia yang digunakan oleh pesaing, Kikkoman telah
menggunakan proses manufaktur yang maju. Pabrik manufaktur state-of-the-art di Walworth, Winconsin, dan sebuah merek baru di
Belanda menggunakan teknologi yang paling modern yang pernah ada. Kenyataannya,
di luar bisnis kecap, Kikkoman dianggap sebagai pemimpin dunia dalam bidang
teknik genetika, bioteknologi, dan biokimia. Dalam kenyataannya, dengan
menggunakan teknologi pembelahan sel, Kikkoman telah menggembangkan spesies
buah sitrus yang baru.
Secara aktual, terdapat beberapa cara yang tidak umum di
Kikkoman. Pada permulaannya, pendiri perusahaan ini adalah wanita – hal yang
sangat jarang ditemukan pada abad ke-16. Dan juga, tidak seperti perusahaan –
perusahaan Jepang, yang mana memproduksi barang yang berasal dari Amerika
(seperti otomotif dan elektronik), Kikkoman
membelokkan produk Jepangnya yang unik agar ditemukan di dapur – dapur seluruh
dunia. Dan juga, perusahaan ini melekat dengan
tradisi Jepang yang kuat, yaitu loyal kepada pemilik perusahaan, sebuah
idealisme yang jarang ditemukan pada perusahaan Amerika. Kenyataannya, komitmen
Kikkoman untuk memperlakukan pekerjanya seperti keluarga melandasi seluruh
aspek operasi perusahaan. Menariknya, kelekatan Kikkoman dengan penghargaan terhadap tradisi harmoni dan loyalitas Asia membuat Kikkoman menjadi mitra yang
menarik bagi perusahaan – perusahaan berbasis Amerika, seperti Xerox, untuk
melakukan ekspansi ke pasar Jepang dan China. Sekarang ini, dari bagian yang
lebih besar dair kemitraan, Kikkoman dikatakan sebagai salah satu dari pemain
utama dalam dunia bisnis internasional.
Kikkoman telah membuahkan hasil di negara tempat melakukan
bisnisnya.pabrik Wisconsin, misalnya, satu – satunya item – termasuk bahan –
bahan (kedelai, gandum, garam, dan air) dan peralatan – yang tidak diproduksi
secara lokal adalah item khusus yang diperlukan untuk membuat kecap. Kikkoman
menjadi kontributor yang unggul bagi komunitas lokal, tidak hanya dalam hal
pajak, tetapi juga dalam meciptakan kontribusi terhadap apapun dari proyek H4
untuk beasiswa SMU.
Jelas bahwa Kikkoman, yang berakar pada feodalisme Jepang
tetapi juga menembus tepian bioteknologi, yang berarti telah menanggung resiko
selama bertahun – tahun. Orang Jepang kuno berkata “Katak di danau tidak akan
tahun lautan”. Jelasnya, Kikkoman telah melalui banyak danau dan terus
bereksplorasi untuk menemukan banyak lautan.
MASALAH
1)
Apakah kasus ini mengilustrasikan tentang kealamian global
dari bisnis sekarang ini?
2)
Apakah tantangan yang dihadapi pekerja Kikkoman yang akan
dihadapi apabila mereka bekerja di Winconsin?
3)
Apakah Kikkoman menunjukkan derajat tanggung jawab sosial yang tinggi, dan bagaimana perusahaan akan diuntungkan?
LANDASAN TEORI
1)
Menghadapi Keanekaragaman Internasional
dan Intranasional
Sudah tiba saatnya manajer mempelajari
dan memahami perilaku dan kultur manajerial perusahaan – perusahaan
multinasional sehingga terjalin saling pengertian dan kerjasama yang lebih
baik. Untuk menganalisis variasi kultur,
kita perlu mengidentifikasi enam dimensi kultur dasar hubungan manusia dengan
alam, orientasi waktu, orientasi aktivitas, sifat manusia, fokus rasa tanggung
jawab, dan konsepsi tentang ruang.
2)
Menghadapi Tantangan Internasional
Ekonomi global ini memberikan tantangan bagi manajer yang semula hanya
beroperasi secara nasional saja. Mereka menghadapi sistem – sistem hukum dan politik, situasi ekonomi, dan
kebijaksanaan perpajakan yang berbeda. Tetapi mereka juga harus bisa mengerti
dan mengikuti berbagai kultur nasional, yaitu nilai – nilai penting yang
dipraktikkan, yang memberikan kekhususan kepada
negara – negara yang bersangkutan, yang di negaranya sendiri mungkin tidka
pernah dialami sepanjang hidup. Hal seperti inilah yang sering menimbulkan
kesulitan bagi manajer multinasional.
Parochialism, yaitu pandangan sempit seorang manajer yang
kurang mampu untuk mengenali adanya perbedaan – perbedaan di antara sesama
manusia, dan ethnocentric views, yaitu
keyakinan bahwa nilai kultur dan kebiasaan suatu bangsa itu lebih baik dari
bangsa – bangsa lain, sering menghinggapi sebagian besar manajer Amerika
Serikat. Manajer Amerika merasa superior, sehingga mereka mensyaratkan
penggunaan bahasa Inggris bagi orang – orang yang ingin berhubungan dengan
mereka.
3)
Mengelola Keanekaragaman
dalam Organisasi
Kekhawatiran yang besar akan perbedaan kultur bangsa dalam
mengantisipasi terciptanya “desa global” atau “dunia tanpa batas negara”
menjadi kurang relevan. Diharapkan dalam jangka panjang, perbedaan – perbedaan
kultur negara akan “menghilang” sehingga “desa global” yang terjadi nanti
merupakan suatu kesatuan kultur yang homogen. Tetapi dapatkah hal tersebut
terjadi, dimana kultur nasional menjadi homogen dengan kultur global? Dalam
beberapa aspek mungkin hal itu bisa terjadi meskipun sulit dan membutuhkan waktu
lama (sangat lama).
Penelitian menunjukkan bahwa strategi struktur dan teknologi
organisasi berangsur – angsur menjadi sama. Namun demikian, masih saja terjadi
perbedaan antara manusia – manusia dalam organisasi karena perbedaan kultur.
Dengan kata lain, kultur nasional masih terus akan menjadi kekuatan yang tidak
boleh diabaikan dalam menjelaskan sebagian besar peranan perilaku organisasi
(Child, 1981).
PEMBAHASAN
1)
Ilustrasi Kasus tentang Kealamian Global dari Bisnis Sekarang Ini
Kikkoman merupakan contoh dari
perusahaan lokal yang menjalar ke ranah internasional karena adanya permintaan
yang cukup tinggi terhadap produk di wilayah Amerika, dan oleh karenanya
perusahaan melakukan ekspansi sekaligus eksplorasi mengenai peluang baru dalam
bidang teknologi untuk memajukan bisnisnya. Tetapi meskipun telah terpisah
ribuan kilometer dari tempat asalnya dan telah melakukan serangkaian adaptasi,
terdapat nilai budaya yang tetap dipegang teguh oleh Kikkoman sebagai
perusahaan Jepang. Kikkoman tetap berpegang pada nilai – nilai tradisional
Jepang, yang menjunjung tinggi harmonisasi, loyalitas, dan sifat yang
kekeluargaan terhadap karyawannya, bahkan tercermin juga dari cara persiapan
pengolahan kecap yang memerlukan waktu penyulingan beberapa bulan seperti yang dilakukan
di Jepang.
Kasus ini mencerminkan bahwa kultur
nasional masih terus akan menjadi kekuatan yang tidak boleh diabaikan dalam
menjelaskan sebagian besar peranan perilaku organisasi. Jika manusia itu bisa
menjadi lebih homogen, tentu kita bisa melakukan pendekatan “bebas kultur”
dalam mendalami perilaku organisasi. Akan tetapi, pendekatan ini nampaknya
belum relevan pada saat ini karena alasan :
a.
Banyak perbedaan dalam
perilaku organisasi karena kultur – kultur nasional
b.
Perbedaan ini dapat
menerangkan terjadinya sebagian besar variasi sikap dan perilaku
c.
Paling sedikit sampai
dengan saat ini, dan mungkin sampai bertahun- tahun yang akan datang, perbedaan
ini belum akan berkurang secara signifikan.
Dari kasus Kikkoman dapat dikatakan bahwa meskipun telah
banyak dilakukan komunikasi kultur antar negara (cross cultural), masih saja ada sifat – sifat unik dari tradisi dan
kebiasaan khusus sebuah negara yang membentuk sikap dan perilaku manusia di
negara tersebut.
2)
Tantangan yang dihadapi pekerja Kikkoman
yang akan dihadapi apabila mereka beroperasi di
Winconsin adalah :
a.
Perbedaan Budaya
Konsekuensi logis dari perpaduan budaya adalah perbedaan
budaya itu sendiri. Praktek sosialisasi yang sedikit berbeda dari Jepang dan
Wincosin menyebabkan adanya perbedaan tipe karyawan berdasarkan kulturnya.
Misalnya saja, rata – rata karyawan Amerika lebih kompetitif dan mementingkan
diri sendiri daripada karyawan Jepang yang lebih menyukai prestasi baik daripada pekerjaan yang telah
terstandarisasi sebagai penghargaan dari tim kerja dan sebuah kelompok. Perbedaan
budaya ini dapat menciptakan goncangan budaya (cultural shock), maupun adaptasi budaya dari karyawan yang
ditempatkan di Winconsin.
b.
Kendala Bahasa
Seperti telah dipaparkan bahwa orang Amerika cenderung lebih
bersifat superior, sehingga mereka mensyaratkan orang lain untuk berbicara
dalam bahasa Inggris, hal ini tentunya menyebabkan adanya kendala bahasa antara
pekerja Amerika dan pekerja Jepang.
3)
Kikkoman menunjukkan derajat tanggung jawab sosial yang tinggi.
Tanggung jawab sosial perusahaan ini terlihat pada :
-
Komitmen Kikkoman untuk memperlakukan
pekerjanya seperti keluarga yang melandasi seluruh aspek operasi
perusahaan.
-
Kikkoman menjadi mitra yang menarik bagi perusahaan –
perusahaan berbasis Amerika, seperti Xerox, untuk melakukan ekspansi ke pasar
Jepang dan China.
-
Kikkoman menjadi kontributor yang unggul bagi komunitas
lokal, tidak hanya dalam hal pajak, tetapi juga dalam meciptakan kontribusi
terhadap apapun dari proyek H4 untuk beasiswa SMU.
Manfaat yang didapat Kikkoman dari tanggung jawab sosial
tersebut adalah :
-
Kikkoman diperhitungkan
menjadi salah satu pemain dalam dunia bisnis internasional.
-
Kikkoman memiliki citra
perusahaan yang baik, di Jepang maupun di Amerika.
-
Implkasi lebih lanjut
pada penjualan produk. Terbukti sampai sekarang ini Kikkoman memegang 50 persen pangsa pasar
untuk saus botol oriental di Amerika Utara dan 30 persen di Jepang.
REFERENSI
Maman Fathurochman, SE,
Modul Perilaku Organisasi, Pusat
Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Jakarta.